Bola Internasional

Beda Cara Persija dan JDT dalam Kebijakan Pemotongan Gaji Pemain Akibat Virus Corona

Jumat, 10 April 2020 14:26 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© INDOSPORT
Persija Jakarta dan klub Malaysia, Johor Darul Ta'zim (JDT), punya cara yang berbeda dalam melancarkan kebijakan potong gaji pemain akibat pandemi virus corona. Copyright: © INDOSPORT
Persija Jakarta dan klub Malaysia, Johor Darul Ta'zim (JDT), punya cara yang berbeda dalam melancarkan kebijakan potong gaji pemain akibat pandemi virus corona.

INDOSPORT. COM - Persija Jakarta dan klub Malaysia, Johor Darul Ta'zim (JDT), punya cara yang berbeda dalam melancarkan kebijakan potong gaji pemain akibat pandemi virus corona.

Penyebaran virus corona memang membuat berbagai aktivitas masyarakat tak bisa berjalan normal, termasuk sepak bola. Arena lapangan hijau menghentikan kompetisinya untuk sementara, semua demi menghindari terciptanya kerumunan, sekaligus memutus rantai Covid 19.

Berhentinya kompetisi jelas berpengaruh kepada neraca keuangan klub. Minimal, dengan tidak ada pertandingan yang digelar, pemasukkan klub dari sektor penjualan tiket otomatis menjadi nihil.

Setiap klub lantas mencoba mencari cara jitu agar neraca keuangan tetap stabil, sembari memenuhi kewajiban membayar gaji pemain. Cara yang sebagian besar dipilih oleh tim-tim sepak bola, adalah dengan melancarkan kebijakan potong gaji pemain.

Persija Jakarta, selaku klub peserta Liga 1 2020, turut merasakan hal yang sama. Kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia dihentikan, jumlah pendapatan Persija Jakarta pun berkurang.

Opsi meliburkan dan memotong gaji para pemain, jadi langkah yang diambil manajemen Persija Jakarta. Meliburkan para penggawa, merupakan cara Macan Kemayoran agar seluruh elemen tim mengikuti anjuran pemerintah terkait physical distancing.

Sementara pemotongan gaji, sengaja dilakukan supaya neraca keuangan klub tak begitu terganggu. Persija Jakarta menerapkan kebijakan pemotongan gaji seusai yang dimandatkan PSSI.

Manajemen Persija Jakarta akan membayarkan gaji pemain sebesar 25 persen, atau mendapat pemotongan 75 persen. Kebijakan ini berlaku sedari bulan Maret hingga Juni 2020 mendatang.

"Prinsipnya kita ikut instruksi PSSI. Saat ini semua tahu bahwa pemasukan klub bisa dibilang berhenti. Semua harus bergandengan tangan untuk melawan dan memerangi virus corona. Kesehatan tim adalah prioritas kami,” ujar Direktur Olahraga Persija Jakarta, Ferry Paulus.

"Ini untuk menyelamatkan kelangsungan hidup tim yang secara otomatis mengalami pengurangan pemasukan pasca tidak adanya pertandingan," jelas FP.

Berkaca ke klub kaya raya Liga Malaysia, JDT, ternyata tak lepas pula dari kebijakan pemotongan gaji pemain.  Kebijakan muncul setelah otoritas sepak bola Malaysia menghentikan kompetisi sepak bola di sana, demi menghentikan laju penyebaran virus corona.

Meski kebijakannya sama, cara pemotongan gaji yang dilakukan JDT tampak cukup berbeda. Besarannya saja beda jauh, bila Persija Jakarta memotong sebanyak 75 persen, JDT melakukannya dengan kisaran 33 persen.

Manajemen JDT dan seluruh pemain telah sepakat mengalokasikan sebagian besar gaji mereka untuk membantu dana bencana kota Johor. Langkah ini diambil karena manajemen JDT berkomitmen mendukung pemerintah dalam melawan penyebaran pandemi virus corona.

"Para pemain, pelatih dan staf klub  JDT telah sepakat dengan pemotongan gaji 33% dan menyumbangkan sebagian dari gaji mereka ke dana bencana Johor," bunyi rilisan resmi JDT pada akun Facebook klub.

Begitulah kurang lebih perbedaan cara Persija Jakarta dan JDT dalam menerapkan kebijakan pemotongan gaji pemain. Walau demikian, Persija Jakarta dan JDT pasti mengarah kepada harapan yang sama, yakni berdoa agar penyebaran virus corona segera mereda dan kelangsungan hidup masyarakat serta sepak bola dapat berjalan normal kembali.