In-depth

Cerita Hanafing, Saksi Kejayaan Niac Mitra Saat Kalahkan Arsenal

Sabtu, 18 April 2020 05:24 WIB
Penulis: Fitra Herdian Ariestianto | Editor: Coro Mountana
© Dok. Pribadi
Hanafing (kanan bawah), foto bersama pemain Niac Mitra tahun 1987. Copyright: © Dok. Pribadi
Hanafing (kanan bawah), foto bersama pemain Niac Mitra tahun 1987.

INDOSPORT.COM – Suporter sepak bola Indonesia sejati sudah pasti tidak asing lagi begitu mendengar nama Niac Mitra. Perjalanan klub legendaris ini bermula dari seorang Agustinus Wenas yang ingin karyawannya berolahraga di tengah kesibukannya bekerja.

Alhasil dia pun mendirikan Niac Mitra tersebut pada1979, tapi Agustinus Wenas tak ingin hanya mendirikan klub saja. Melainkan di dalamnya juga diisi oleh pemain-pemain serta pelatih yang bagus.

Mereka pun akhirnya mendapatkan pemain-pemain berbakat seperti, Djoko Malis, Rudy Keltjes, Jaya Hartono, Hanafing dan sejumlah nama-nama pemain lain. 

Deretan nama-nama pemain ini pun punya kualitas jempolan yang berhasil mengantarkan Niac Mitra juara Galatama. Bahkan sampai sekarang mereka masih cukup eksis baik itu sebagai pelatih.

Cerita soal kejayaan Niac Mitra itupun sempat diceritakan Hanafing kepada INDOSPORT. Niac Mitra merupakan klub yang punya deretan pemain seimbang antara pemain muda dan senior.

Kenangan Hanafing

Mereka didukung pula oleh pelatih yang berpengalaman saat itu, M Basri.

"Waktu itu pemain-pemain muda didatangkan. Saat itu saya masih usia 18 tahun gabung," kata Hanafing. 

© Roihan Susilo Utomo/INDOSPORT
Hanafing salah satu pemain di Timnas Indonesia di Sea Games 1991. Copyright: Roihan Susilo Utomo/INDOSPORTHanafing salah satu pemain di Timnas Indonesia di Sea Games 1991.

Lanjut Hanafing, di awal dia bergabung pada 1981 Niac Mitra dengan sejumlah pemain mudanya memang belum langsung moncer. Tapi seiring berjalannya waktu, kekompakan dari pemain-pemain muda itu mulai terlihat.

"Akhirnya kami, satu dengan yang lain saling mengetahui. Dia sukanya bola bagaimana, banyak faktor yang membuat saat itu kami begitu kompak. Salah satunya selalu bersama, latihan bersama di asrama sama-sama," lanjutnya.

Saking kompaknya, Niac Mitra punya julukan tersendiri dari Wenas kala itu yakni pasukan serbu. "Kenapa dibilang begitu, karena saat kami kehilangan bola langsung berusaha rebut lagi. Seperti itu kalau sudah ada di lapangan dan pertandingan di mulai," kenang Hanafing.

Bisa diprediksi dengan semangat anak muda, kekompakan Niac Mitra berhasil juara 1981-1982. Tapi sebelum itu mereka juga berhasil menjuarai turnamen Aga Khan Cup di Bangladesh.

Setelah berhasil menjuarai kompetisi Galatama musim 1981-1982. Niac Mitra terus meroket dan berlanjut di musim 1982-1983, gelar juara sempat gagal diraih untuk musim selanjutnya.

Tapi pada musim1986-1987 mereka kembali meriah juara. Selain rentetan juara tersebut, klub yang dilatih M Basri itu berhasil juga mengalahkan Arsenal dengan skor 2-0 di Stadion GBT pada 16 Juni 1983 lewat dua gol dari Fandi Ahmad dan Djoko Malis.

© Uncommonly Genius
Niac Mitra vs Arsenal Copyright: Uncommonly GeniusNiac Mitra vs Arsenal

Sayangnya setelah Niac Mitra memastikan juara 1982-1983, pemain andalan mereka Fandi Ahmad hengkang dan bergabung dengan klub FC Groningen, Belanda. Hengkangnya pemain asal Singapura itu disusul oleh pemain-pemain pilar Niac Mitra yang lain.

Dari situlah konsistensi Niac Mitra mulai goyah, dari klub yang selalu menduduki peringkat atas klasemen. Berubah menjadi klub penghuni papan tengah dan bahkan papan bawah.

Akhirnya Niac Mitra bubar pada 1990 menyusul keinginan dari PSSI yang saat itu dipimpin Azwar Anas untuk menggabungkan tim perserikatan dan galatama.

"Bosnya Niac Mitra, Pak Wenas saat itu tidak mau ada penggabungan. Katanya kami ini juga klub dari Surabaya, tapi kenapa yang boleh memakai APBD klub perserikatan," kenang Hanafing.

Itulah kisah kejayaan Niac Mitra termasuk saat kalahkan Arsenal, sebuah kenangan yang tak akan bisa dilupakan oleh Hanafing.