In-depth

Persipu FC, Klub Liga 3 Asal Depok Temuan 'The Flash' Asia Tenggara

Rabu, 16 Desember 2020 10:05 WIB
Editor: Indra Citra Sena
 Copyright:

INDOSPORT.COM - Siapa tak kenal Suryo Agung Wibowo. Dia merupakan legenda atletik Indonesia yang sempat satu dekade menyandang predikat manusia tercepat di Asia Tenggara dengan catatan waktu 10,17 detik, sebelum dipecahkan oleh sprinter Lalu Muhammad Zohri pada 2019 (10,15 detik).

Selain atletik, Suryo Agung juga dikenal sangat menggemari sepak bola. Terbukti dia pernah menjadi pusat perhatian media ketika secara mengejutkan bergabung dan masuk skuat Persikab Kab. Bandung untuk berlaga di Divisi Utama (sekarang Liga 2) 2014, meski sebatas lima kali merumput di atas lapangan.

Tak disangka, Suryo Agung juga berandil 'mendirikan' klub Liga 3 asal Depok yang menancapkan eksistensinya di belantika sepak bola Tanah Air sejak 2017, Persipu FC. Semua bermula dari relasi pertemanan sang legenda dengan Andrew Baskoro selaku owner tim berlambang Harimau tersebut.

Suryo Agung dan Andrew Baskoro saling mengenal satu sama lain sejak 2013 dan semakin akrab saat mereka berdua sama-sama membela Persikab Kab. Bandung di Divisi Utama 2014. Hubungan inilah yang kemudian membidani lahirnya Persipu FC pada 2017.

"Ceritanya begini. Lucu kalau diingat-ingat ya," kata Andrew Baskoro kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT di Jakarta, Selasa (15/12/20).

"Jadi kebetulan waktu itu saya memang berniat mengakuisisi sebuah klub untuk mentas di Liga 3. Mas Suryo Agung yang saya kenal baik sejak 2013 lalu datang menawarkan klub asal Bandung milik temannya, Tiki Taka, kepada saya," lanjutnya.

Namun, asal-usul pembentukan Persipu FC sejatinya sudah dari jauh-jauh hari sebelum akuisisi tersebut. Tahun 2017 sebatas titik awal perjalanan klub menuju jenjang yang lebih tinggi, yaitu kompetisi level nasional sekaligus keanggotaan PSSI.

Faktanya, Persipu FC didirikan pada 2008 alias 12 tahun silam. Klub ini awalnya hanyalah wadah kumpul-kumpul Andrew Baskoro yang kala itu masih aktif berkarier sebagai pesepak bola profesional di Persikad Depok bersama teman-teman dekatnya, baik sesama pemain maupun bukan.

"Ibaratnya Persipu FC dulu itu tim tarkam lah. Hiburan di kala libur kompetisi buat kami yang berkarier sebagai pesepak bola. Klub ini berdiri sejak 2008 sebagai sebuah perkumpulan," cetus Baskoro.

Uniknya, Persipu FC bukanlah singkatan dari apa pun, melainkan sebuah nama klub seperti salah satu raksasa Liga 1, Arema FC. Hal ini selalu mengundang pertanyaan mengingat klub Indonesia berawalan "Per" biasanya memiliki kepanjangan yang berkaitan dengan daerah asalnya.

"Persipu FC bagi saya adalah sebuah nama klub. Kurang lebih sama seperti Arema FC ya. Saya akui memang ada kisah tersendiri di balik pemilihan nama ini, tapi kurang etis bila diceritakan karena sangat berpotensi menimbulkan mispersepsi publik," tutur Andrew Baskoro.

Seiring perjalanan waktu, personel lama Persipu FC yang seangkatan dengan Baskoro mulai berkurang. Klub justru lebih banyak berisikan pemain-pemain muda berusia belasan atau di bawah 20 tahun.

Situasi ini lantas menimbulkan satu ganjalan besar di benak Andrew Baskoro. Dia merasa terpanggil untuk meningkatkan status Persipu FC dari amatir kelas tarkam ke profesional sebagai tempat bernaung bagi para pemain muda tersebut.

"Di pikiran saya, sayang sekali anak-anak muda seperti kalian bermain di tarkam bukannya merintis karier profesional. Saya pun tergerak menjadikan Persipu FC klub profesional yang terdaftar sebagai anggota PSSI dan mentas di Liga 3," imbuhnya.

Setelah resmi mengakuisisi Tiki Taka pada 2017, Baskoro memindahkan markas klub dari Bandung ke Depok. Alasannya supaya lebih dekat dengan tempat tinggalnya dan kota tersebut memang punya keterkaitan historis dengannya.

"Saya kan pernah main di Persikad Depok. Banyak kenal orang juga di sini, termasuk Ketua Askot Depok, Meiyadi Rakasiwi, kan pelatih saya dulu. Nah karena klub yang kami akuisisi berasal dari Jawa Barat, regulasinya harus tetap di provinsi ini. Depok bagi saya paling strategis sebagai markas Persipu FC," jelasnya.

Niat baik Andrew Baskoro, yang diketahui sempat berseragam Persela Lamongan di ISL 2009-2010, berbuah manis. Perlahan tapi pasti, Persipu FC mampu menancapkan eksistensi di jagat sepak bola nasional. Prestasi mereka tergolong lumayan meski belum bisa melangkah jauh sampai Liga 3 Putaran Nasional.

Target Persipu FC sejak awal memang tak muluk-muluk. Andrew Baskoro ingin membina dan mengasah bakat anak-anak muda, syukur-syukur bisa menjadi batu lompatan ke level yang lebih tinggi seperti Liga 2 atau bahkan Liga 1.

"Yang jelas setiap tahun kami ada progres. Mulai dari 2017 pertama kali ikut Liga 3 langsung tembus babak 16 besar zona Jawa Barat, lalu 2018 membentuk tim U-18 untuk Piala Soeratin, 2019 bikin tim putri, kemudian tahun ini mulai merambah U-15," ujar Andrew Baskoro.

Uniknya, Baskoro selaku owner Persipu FC ternyata sempat rangkap jabatan sebagai pelatih periode 2017-2019. Dia tercatat memegang lisensi kepelatihan C AFC yang notabene syarat minimal seorang juru taktik klub Liga 3.

Belakangan, Baskoro melepas jabatan pelatih dan memilih bekerja di balik layar sebagai owner. Dia menyerahkan kendali teknis kepada dua rekannya, Sinangjono Wijaya dan Ardiansyah Rachman, yang sudah meneken kontrak beberapa waktu lalu.

"Jadi keduanya akan berduet melatih Persipu FC nanti. Kurang lebih seperti timnas Swedia di Piala Dunia 2002 yang ditangani oleh dua pelatih kepala, Lars Lagerback dan Tommy Soderberg," ucap Andrew Baskoro.

Perihal persiapan menuju Liga 3 2021, Persipu FC masih menunggu kepastian soal regulasi dan waktu kick-off dari PSSI. Mereka kini bermaterikan 27 pemain yang belakangan rutin melakoni laga uji coba untuk menjaga kondisi dan kemungkinan bakal bermarkas di antara Stadion Merpati atau Stadion Mahakam, Depok.