5 Klub Ini Terdegradasi Usai Juara Liga
Mempertahankan gelar juara tentu lebih sulit ketimbang meraihnya. Kesuksesan sebuah tim dalam meraih prestasi dalam satu musim tak akan mudah diulang pada musim berikutnya.
Tradisi kegagalan seperti ini kerap kali terjadi terhadap beberapa tim yang baru saja meraih gelar juara liga. Musim ini saja ada Chelsea, yang berstatus juara bertahan Liga Primer Inggris 2014/15. The Blues harus tersungkur di posisi ke-16 klasemen sementara musim 2015/16.
Meski musim masih panjang dan The Blues belum resmi terdegradasi, namun peringkat Chelsea di klasemen sangat jelas menggambarkan jika status juara bertahan juga tak akan aman dari ancaman keterpurukan.
Berikut INDOSPORT merangkum sederet klub yang harus terdegradasi setelah meraih gelar juara liga di kompetisi lokal masing-masing.
1. Juventus - Serie A
Secara teknis, Juventus terdegradasi ke Serie B setelah memenangkan gelar Serie A pada 2006, bukan setelah bermain dalam satu musim.
Penyebab terdegradasinya Bianconeri adalah karena skandal Calciopoli yang menimpa tim asal Turin pada 2006 yang lalu. Juventus berhasil memenangkan gelar juara Serie A pada musim 2005/06 dengan rekor 27 kemenangan dan kalah hanya 1 kali yakni pada pekan ke-38.
Juventus berhasil mengangkat mahkota Serie A dengan total 91 poin dan hanya terpaut 3 poin dari AC Milan. Sayangnya, sebelum perhelatan Piala Dunia 2006, sepakbola Italia digemparkan dengan kasus Calciopoli tersebut.
Manajer Umum Juventus, Luciano Moggi dan Antonio Giraudo berada di jantung masalah ini. Mereka dituduh mempengaruhi keputusan soal wasit yang akan memimpin pertandingan di Serie A dan pemain kunci dari tim lawan yang bakal diusir dari lapangan di pertandingan melawan Juventus. Seluruh transkrip percakapan telepon bahkan diterbitkan di surat kabar.
Lalu, tak hanya gelar Serie A musim 2005/06 mereka yang dicabut tetapi juga gelar musim 2004/05. Klub-klub lain juga tak luput dari masalah ini, seperti AC Milan, Fiorentina, Lazio dan Reggina mendapatkan pengurangan poin.
The Old Lady akhirnya kehilangan sejumlah pemain besar seperti Fabio Cannavaro, Lilian Thuram dan Zlatan Ibrahimovic yang memutuskan hengkang karena Juventus harus bermain di Serie B. Namun, ada pemain yang masih setia bersama Juventus yakni Gianluigi Buffon, Alessandro Del Piero, Pavel Nedved, Mauro Camoranesi dan David Trezeguet.
“Seorang pria sejati tidak pernah meninggalkan istrinya.” Kata Del Piero pada saat itu. Juventus akhirnya meraih gelar Serie B di musim berikutnya dan memperoleh promosi kembali ke Serie A.
2. Herfolge Boldklub - Liga Super Denmark
Herfolge Boldklub (atau Herfolge BK) meraih mahkota juara Denmark hanya sekali dalam sejarah mereka yakni pada musim 1999/2000.
Denmark Superliga hanya memiliki 12 tim, tapi setiap tim bermain satu sama lain 3 kali selama satu musim sehingga setiap tim akan bermain dalam 33 laga. Di musim itu, Herfolge BK memenangkan 16 dari 33 pertandingan, imbang 8 kali dan kalah 9 kali dengan total 56 poin.
Herfolge Boldklub sukses mengalahkan Brondby IF dalam perebutan gelar liga dengan hanya terpaut 2 angka di klasemen akhir. Meskipun, Herfolge Boldklub tak memiliki top skor liga di musim itu, pahlawan mereka adalah sang gelandang Jesper Falck dan Kenneth Jensen yang mencetak 10 gol masing-masing tapi tetap berada di posisi ke-8 dalam daftar pencetak gol.
Namun, musim berikutnya, Herfolge harus terdegradasi usai penampilan buruk di liga dengan hanya menang dalam 7 pertandingan dan itu menjadi rekor terburuk kedua di liga. Herfolge juga menjadi tim defensif terburuk kedua di liga, kebobolan 65 gol dan hanya mencetak 41 gol.
3. FC Nurnberg â Bundesliga
Di pentas Bundesliga Jerman, pencapaian FC Nurnberg cukup baik yakni berhasil meraih gelar Bundesliga sebanyak 10 kali antara 1920 dan 1968.
Tapi, sebagian besar kesuksesan diraih selama tahun 1920-an dan setelahnya Nurnberg selalu gagal untuk mengulang sejarah. Namun gelar 1967/68 memiliki arti signifikan bagi Nurnberg. Ini merupakan gelar pertama mereka setelah Jerman memutuskan untuk memiliki liga nasional tunggal (Bundesliga dibentuk pada tahun 1962) bukan liga regional.
Manajer Max Merkel kemudian memutuskan untuk merombak tim yang sebagian besar berisikan para pemain senior dan memasukkan sejumlah pemain muda. Namun, perombakan Merkel tersebut justru berbuah petaka bagi Nurnberg.
Meskipun Nurnberg bertahan sebagai tim papan tengah di awal musim 1968/69, namun Nurnberg tetap terdegradasi di akhir musim.
Pemain Nurnberg, Horst Leupold akhirnya angkat bicara usai timnya terdegradasi dan terkait kebijakan transfer Merkel.
“Ia tidak mengerti mengapa begitu banyak pemain baru bergabung dengan kami setelah kami memenangkan gelar.”
4. Manchester City - Divisi Pertama Inggris
Gelar liga pertama Manchester City di Divisi Pertama diraih pada musim 1936/37. Yang membuat kemenangan lebih indah adalah fakta bahwa rival mereka, Manchester United terdegradasi setelah finish di posisi kedua terbawah di meja setelah 42 pertandingan.
Meskipun City memulai musim dengan kekalahn atas Middlesbrough, namun The Citizens hanya kalah dalam 7 pertandingan musim itu dan menjalani 22 laga tanpa terkalahkan termasuk 15 kemenangan.
City akhirnya berhasil membawa pulang gelar liga dengan catatan 57 poin dan hanya terpaut 3 angka dari peringkat 2 klasemen, Charlton Athletic. Sayangnya, City harus terdegradasi di musim berikutnya. Pertahanan yang rapuh menjadi salah satu penyebab kegagalan City.
City harus menelan 20 kekalahan dari 42 pertandingan dan mereka hanya berhasil finish di posisi ke-21 klasemen akhir di atas West Bromwich Albion yang hanya berbeda selisih gol. Anehnya, City adalah tim yang mencetak gol paling banyak musim itu namun kebobolan 77 gol.
5. AC Milan - Serie A
Pada musim 1978/79, Perugia menjadi tim pertama yang tak terkalahkan sepanjang musim dengan catatan menang 11 kali dan imbang 19 kali. Sayangnya, 19 kali hasil imbang di liga membuat Perugia hanya finish di posisi kedua terpaut 3 poin di belakang sang juara, AC Milan (44 poin).
Gelar tersebut menjadi gelar ke-10 AC Milan. Tapi skandal perjudian besar yang dikenal sebagai skandal Totonero terungkap pada bulan Maret 1980. Skandal tersebut juga disebut sebagai 'taruhan bawah tanah'.
Penangkapan massal dilakukan terhadap sejumlah klub Serie A seperti Milan, Napoli, Lazio, Perugia, Bologna dan Avellino. Sejumlah klub tersebut dinyatakan bersalah. Milan dan Lazio harus terdegradasi ke Serie B karena terlibat dalam skandal itu.
Meskipun Milan kembali di musim berikutnya, namun mereka terdegradasi lagi pada tahun 1982 sebelum kembali ke papan atas lagi pada tahun 1983.