3 Formasi yang Bisa Perbaiki Performa Liverpool
Padahal satu bulan yang lalu, Liverpool merupakan penantang serius Chelsea dalam perebutan gelar juara Liga Primer Inggris. Bahkan, saat pergantian Tahun Baru, The Reds masih mampu meraih kemenangan atas Manchester City untuk terus menempel ketat Chelsea.
Namun, setelah itu, performa tim yang bermarkas di Anfield tersebut menurun drastis. Dari 10 pertandingan sepanjang tahun 2017 di semua kompetisi, Jordan Henderson dkk hanya mampu meraih satu kali kemenangan.
Liverpool dipastikan tersingkir dari ajang Piala FA dan Piala Liga. Terakhir, tim besutan Klopp tersebut menelan kekalahan dari Hull City dengan skor 2-0, yang membuat The Reds melupakan ambisi menghapus dahaga gelar juara di pentas Liga Primer Inggris.
Apa penyebab buruknya performa Liverpool? Nampaknya, tim lawan sudah bisa menemukan formula untuk mengatasi formasi 4-3-3 yang sudah digunakan Klopp. Tidak hanya itu, Henderson dkk tidak mampu menciptakan banyak peluang.
Sudah saatnya bagi mantan arsitek Borussia Dortmund tersebut mengganti formasi tersebut. Berikut ini, INDOSPORT mengupas tiga formasi yang mungkin bisa digunakan Klopp untuk memperbaiki performa The Reds.
1. Gunakan Formasi 4-2-2-2
Masalahnya adalah Liverpool terlalu lama menguasai bola. Keadaan ini justru mampu dimanfaatkan tim lawan. Mereka merebut bola dan melakukan serangan balik yang mematikan. Hal itu terlihat jelas ketika gol kedua Hull City yang dicetak oleh Oumar Niasse.
Berawal dari bola sapuan pemain belakang Hull City, Andrea Ranocchia, Niasse yang lepas dari kawalan pemain bertahan langsung berlari ke kotak penalti lawan. Dengan tenang, Niasse pun memperdayai Simon Mignolet.
Melihat hal itu, Klopp harus berani melakukan perombakan sistem permainan Liverpool. Salah satunya mengganti formasi lamanya dengan 4-2-2-2. Sistem ini mungkin masih baru. Tapi, sangat cocok jika Klopp ingin bermain lebih direct football.
Pemain yang paling cocok untuk menempati lini belakang di formasi itu adalah Clyne, Matip, Lovren, dan Milner. Namun, posisi bek sayap harus bisa bertahan lebih baik jika ingin menggunakan formasi ini. Pasalnya, mereka tidak mendapatkan bantuan dari lini tengah.
Dua gelandang tengah harus mengurangi kebiasaannya dalam bergerak sesuka hati. Pekerjaan utama kedua pemain ini adalah mendikte tempo permainan timnya. Mereka sesekali memberikan umpan yang bisa membelah pertahanan lawan.
Untuk posisi ini, Klopp bisa menurunkan Henderson dan Georginio Wijnaldum. Keduanya sangat tenang ketika sedang menguasai bola dan memiliki kemampuan dalam memberikan umpan memanjakan. Sedangkan untuk dua posisi di lini serang akan diperebutkan Philippe Coutinho, Adam Lallana, dan Roberto Firmino.
Coutinho pantas menjadi pemain inti di formasi ini. Dia memiliki kemampuan dalam mengkreasikan peluang bagi rekan setimnya. Sedangkan Lallana adalah tipe pemain gelandang bertenaga kuda yang dibutuhkan Klopp.
Kini, masalah utama Liverpool adalah lini depan. Ya, dalam 10 pertandingan terkahir, pasukan Klopp memang kesulitan untuk mencetak gol ke gawang lawan. Apalagi, The Reds sangat minim pilihan di lini depan.
Sadio Mane sudah pasti menjadi pilihan utama. Pekerjaan Rumah (PR) bagi Klopp adalah mencari pemain pendampingnya. Kemungkinan besar pemain yang pas untuk menjadi pendamping Mane adalah Daniel Sturridge.
Dengan memanfaatkan kecepatan dan kelincahan kedua penyerang itu, Liverpool akan mudah mencetak gol ke gawang lawan.
2. Formasi Sejuta Umat
Formasi ini sudah tidak asing lagi bagi para pencinta sepakbola. Pasalnya, banyak pelatih menggunakan formasi 4-2-3-1. Pasalnya, formasi sejuta umat ini membuat sebuah tim menjadi lebih seimbang.
Bahkan, sebelumnya Klopp juga pernah menggunakan formasi 4-2-3-1 saat melatih Borussia Dortmund dan musim perdananya bersama Liverpool.
Klopp memiliki banyak pilihan untuk menggunakan formasi ini. Untuk memperkuat lini belakang, Clyne, Matip, Lovren, dan Milner pantas kembali menjadi pemain inti. Namun, kedua bek sayap harus lebih rajin dalam membantu serangan.
Di lini tengah, Henderson dan Wijnaldum pantas menjadi pilihan utama. Keduanya memiliki kemampuan dalam memberikan umpan dan ketenangan untuk membantu bertahan. Tapi, jika menghadapi tim lawan yang memiliki gelandang besar, Emre Can patut untuk dicoba.
Untuk membantu lini depan, Coutinho dan Mane sudah pasti menjadi pilihan utama. Keduanya memiliki kecepatan yang cocok menempati posisi sayap. Sedangkan di posisi nomor 10, Firmino lebih pantas ketimbang Lallana.
Sedangkan lini depan, Sturridge mempunyai atribut yang membuatnya pantas untuk menjadi pemain inti.
3. Tiru Formula Sukses Conte
Para penggemar sepakbola Liga Primer Inggris mungkin sudah tidak asing dengan formasi ini. Ya, setelah dibantai oleh Liverpool dan Arsenal, Antonio Conte memang membuat sebuah gebrakan baru.
Pria asal Italia tersebut menggunakan formasi 3-4-3. Hasilnya, Conte membawa Chelsea menjadi tim yang sangat sulit ditaklukkan. Bahkan, The Blues mampu mencatat rekor 13 kemenangan beruntun.
Klopp mungkin bisa meniru formasi yang diterapkan oleh Chelsea itu. Di sistem ini, tiga bek yang bisa diandalkan adalah Can, Matip, dan Lovren.
Untuk menempati posisi bek sayap, arsitek asal Jerman ini bisa menurunkan Clyne dan Milner. Sedangkan dua gelandang bertahan jatuh kepada Henderson dan Wijnaldum.
Sementara sayap lini depan, Coutinho dan Mane tidak mungkin tergeser. Klopp tinggal menentukan pilihan antara Sturridge atau Divock Origi untuk melengkapi formasi lini depan.
Praktis, seandainya menggunakan formasi 3-4-3, maka Lallana dan Firmino harus rela menjadi penghuni cadangan di skuat Liverpool.