x

Adu Kuat Bintang Sepakbola Jepang dan Korea Utara

Kamis, 31 Agustus 2017 17:19 WIB
Penulis: Juni Adi | Editor: Irfan Fikri
Logo Japan vs Korea Utara.

Hubungan antara Jepang dan Korea Utara baru-baru ini sedang memanas. Hal tersebut dipicu lantaran pemerintah Korut menembakkan sebuah rudal dari dekat ibu kota Pyongyang, lalu melintasi wilayah udara Jepang dan jatuh di Samudra Pasifik di lepas pantai Pulau Hokaido pada Selasa (29/08/17).

Kejadian tersebut tentu membuat panik warga Jepang, melalui Perdana Menteri Shinzo Abe, Jepang mengecam peluncuran misil yang dilakukan Korea Utara.

"Kami segera menangkap pergerakan misil (Korea Utara) selepas peluncuran dilakukan dan mengambil setiap langkah yang dimungkinkan untuk melindungi masyarakat. Hal ini merupakan sebuah ancaman yang serius dan darurat yang merusak kedamaian serta keamanan wilayah Asia Pasifik.” kata Shinzo Abe dikutip dari CNN.

Namun, kuatnya Korea Utara dalam bidang militer tak diimbangi dengan tangguhnya mereka dalam bidang olahraga khususnya sepakbola. Tim sepakbola Korea Utara belum setangguh saudaranya, Korea Selatan.

Baca Juga

Negera Komunis itu sempat beberapa kali lolos ke putaran final Piala Dunia yakni Piala Dunia 1996, 2006, dan 2010.

Namun, kiprah Korut di Piala Dunia tak bisa berbicara banyak. Korut harus dibantai oleh Portugal 7-0 dan dikalahkan oleh Brasil 2-1 pada 2010.

Berbeda dengan Jepang, sepakbola negeri Matahari Terbit ini jauh lebih sukses ketimbang Korea Utara. Selain punya Liga yang berkualitas, timnas mereka menjadi salah satu negara yang menjadi langganan lolos ke putaran final Piala Dunia. Bahkan, sudah bisa bersaing dengan tim-tim kuat semacam Brasil, Argentina dan Jerman.

Kendati demikian, kedua negara sukses melahirkan pesepakbola hebat, bahkan baik pesepakbola Korea Utara maupun Jepang sudah banyak yang berhasil tembus berkarier di Eropa. Tapi, pesepakbola Jepang atau Korea Utara kah yang lebih sukses di Benua Biru? Berikut ulasannya:

Han Kwang-Song vs Shinji Kagawa

Han Kwang-Song adalah rekrutan terbaru dari klub Italia, Cagliari, diboyong pada Maret 2017. Remaja berusia 18 tahun ini direkrut setelah tampil impresif bersama tim U-16 dan U-17 Korea Utara pada ajang Piala Dunia U-17 tahun 2015 silam.

Pemain yang berposisi sebagai penyerang itu pun sukses membuat sejarah, dirinya menjadi pemain Korea Utara pertama yang bermain di Serie A saat melakoni debutnya membela Cagliari melawan Palermo (02/04/17).

Han Kwang-Song cetak tiga gol ke gawang Virtus Entella.

Namun, pada Agustus 2017, dirinya dipinjamkan ke klub Serie B, Perugia. Ia kembali mecatat sejarah, Kwang-Song sukses mencetak hattrick ke gawang Virtus Entella pada Minggu (27/08). Hattrick itu menjadikan pemain Korut pertama yang berhasil cetak tiga gol di Liga Italia. Sejauh ini Han Kwang-Song belum merasakan gelar juara.

Berbeda dengan Han Kwang-Song, Shinji Kagawa lebih sukses berkarier di Eropa.

Kagawa mengawali kariernya di Eropa dengan membela Borusia Dortmund pada 2010. Dua musim bersama Dortmund, Kagawa sukses meraih dua gelar Bundes Liga dan dua Piala Jerman.

Shinji Kagawa saat membela Man United.

Karier Kagawa semakin naik, ia kemudian dibeli klub raksasa Inggris, Manchester United. Bersama United, dirinya juga sukses mencetak sejarah.

Kagawa jadi pemain Jepang pertama yang mencetak hattrick di Liga Inggris saat Man United membantai Norwich di ajang Liga Primer Inggris pada 2013 lalu.

Jong Tae-Se vs Shunsuke Nakamura

Pemain yang berposisi sebagai penyerang ini mengawali karier profesionalnya di liga Jepang bersama klub Kawasaki Frontale. Jong Tae-Se dapat dikatakan sebagai pemain Korea Utara yang paling populer. Tak heran, ia dijuluki sebagai Wayne Rooney dari Korut. 

Kariernya di Eropa bermula saat dirinya membela Timnas Korut di Piala Dunia 2010, tampil impresif membuat dirinya direkrut oleh klub Jerman, VfL Bochum, yang berlaga di kasta kedua Bundesliga. 

Di Bochum, ia bertahan selama dua musim (2010-2012) dan memiliki catatan yang lumayan dengan mencetak 14 gol dari 39 penampilan.

Jong Tae-Se saat membela Timnas Korut.

Di tahun 2012, ia naik kelas dengan pindah ke klub Jerman yang saat itu berlaga di divisi utama Bundesliga, FC Koln. Saat itu, ia diplot menjadi pelapis dari Lukas Podolski. Dirinya mencatatkan 10 penampilan dan nirgol, serta belum pernah mencicipi gelar juara selama berkarier di Eropa.

Sedangkan pesepakbola Jepang lagi-lagi sukses berkarier di Benua Biru. Adalah Nakamura meraih sukses di Eropa bersama klub asal Skotlandia, Celtic setelah dibeli dari Reggina pada 2005.

Setelah tiga tahun di Serie A, Nakamura kemudian mulai mendapat tawaran dari Atletico Madrid, Deportivo La Coruna, Borussia Drotmund, BorussianMonchengladbach, Leeds United, Lazio, Parma, dan bahkan kabarnya juga Real Madrid namun semua itu ditolaknya.

Gelandang Yokohama F. Marinos, Shunsuke Nakamura.

Pada akhirnya ia memeilih untuk bergaung dengan Glasgow Celtic dimana masa-masa keemasannya dimulai. Di Liga Primer Skotlandia, Nakamura makin menegaskan statusnya sebagai pesepakbola terbaik Asia di eranya. 

Empat musim membela Celtic, sang maestro tendangan bebas ini meraih beberapa gelar, diantaranya adalah tiga gelar Liga Skotlandia, satu gelar Piala Liga Skotlandia, dan satu gelar Piala Skotlandia.

JepangShinji KagawaKorea UtaraBola Internasional

Berita Terkini