x

3 Faktor Madrid Kini Berubah Jadi Barcelona Era Guardiola

Jumat, 1 September 2017 23:01 WIB
Editor: Ramadhan
Zinedine Zidane, manajer Real Madrid.

Real Madrid tampil begitu superior di sepanjang kompetisi musim 2016/17 kemarin. Di bawah asuhan Zinedine Zidane, Los Blancos sukses menggondol empat gelar bergengsi yakni La Liga Spanyol, Liga Champions, Piala Super Spanyol, dan Piala Super Eropa. Prestasi itu semakin menegaskan jika El Real sekarang benar-benar sudah berevolusi.

Baca Juga

Madrid memang dikenal sebagai salah satu klub terbaik di jagat raya sejak beberapa dekade silam berkat kekayaan dan sederet pemain bintangnya. Namun, Madrid yang begitu trengginas di beberapa musim terakhir justru menunjukkan jika mereka tak hanya sekedar kuat di era modern saat ini, tapi juga memiliki karakter lain sebagai The Winning Team.

Citra Madrid sebagai klub ‘rakus’ dalam artian jor-joran dalam membeli pemain dan ingin meraih semua gelar juara, perlahan hilang. Madrid kini sedikit berbeda dengan Madrid dalam 6-7 tahun yang lalu, yang sering menggelontorkan dana besar demi pemain bintang.

Kehadiran Zinedine Zidane yang mengambil alih tampuk kepelatihan benar-benar membuat Madrid berubah 180 derajat. Berbagai kebijakan strategis di internal pun diubah Zidane dengan resiko yang tentu tak kecil, seperti soal pemain muda dan belanja pemain.

Zinedine Zidane merayakan gelar juara bersama anak-anak asuhnya.

INDOSPORT coba mengulas beberapa faktor yang membuat Madrid kini seperti menjelma menjadi Barcelona yang pernah jaya di era kepelatihan Pep Guardiola medio 2008-2011. Faktor-faktor yang dianggap sebagai tolok ukur keberhasilan Los Blancos saat ini.


1. Keberadaan Zidane

Zinedine Zidane, pelatih Real Madrid.

Zinedine Zidane mulai dipercaya untuk menangani tim senior Real Madrid pada tahun 2016 kemarin. Presiden El Real, Florentino Perez, mulai menaruh kepercayaan penuh kepada Zidane yang diyakini sudah mengetahui betul kondisi luar dalam Madrid.

Hal itulah yang membuat Perez juga yakin jika Zidane merupakan sosok yang selama ini dicari untuk membangkitkan lagi kejayaan Madrid. Menggaet Zidane sebagai pelatih yang notabene adalah legenda hidup klub dianggap sebagai keputusan yang tepat, di samping juga kerap dinilai sebagai perjudian.

Sebenarnya jauh sebelum Madrid memercayakan Zidane sebagai pelatih kepala, Perez sendiri pernah bermimpi ingin memiliki sosok pelatih sehebat Pep Guardiola yang bisa menangani El Real. Ya, Guardiola yang menciptakan sejarah dengan meraih gelar sixtuple dalam semusim bersama El Barca.

Bertahun-tahun mimpi untuk menciptakan Madrid sebagai sebuah tim yang superior dengan karakter pelatih hebat seperti Guardiola benar-benar sangat sulit diwujudkan Perez.  Pelatih-pelatih beken seperti Manuel Pellegrini, Jose Mourinho, Carlo Ancelotti, hingga Rafael Benitez, sama sekali tak bisa membawa kejayaan di tubuh El Real.

Barulah pada awal Januari 2016, Madrid seperti  sudah klimaks untuk mendatangkan pelatih-pelatih top dunia. Zidane yang hanya berbekal pengalaman melatih Real Madrid Castilla pun akhirnya dipercaya untuk menangani Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan.

Sempat ada keraguan pada sosok Zidane di awal-awal masa jabatannya sebagai pelatih Madrid. Zidane dianggap tak akan bisa meraih sukses sebagai seorang pelatih seperti apa yang ia lakukan saat menjadi pemain, karena ia masih dianggap sebagai sosok yang masih bau kencur di dunia kepelatihan.

Namun, mantan legenda Timnas Prancis itu akhirnya berhasil membungkam banyak kritik yang dialamatkan kepada dirinya. Zidane menyulap skuat utama Madrid dengan metode kepelatihannya menjadi tim yang benar-benar sulit dikalahkan.

Entah instruksi macam apa atau strategi seperti apa yang diterapkan Zidane saat para pemainnya menjalani sesi latihan. Yang jelas, Zidane perlahan mengubah gaya bermain Madrid dari tim yang kerap mengandalkan serangan balik, menjadi tim yang andal menguasai jalannya pertandingan, meski juga tak bisa dibilang ‘tiki-taka’ layaknya Barcelona era Pep Guardiola.

Di musim pertamanya, Zidane langsung berhasil mempersembahkan gelar juara Liga Champions untuk Madrid. Sentuhan Zidane semakin terbukti moncer kala Madrid semakin perkasa dengan merebut dua gelar yakni La Liga Spanyol dan Liga Champions di musim keduanya.


2. Irit di Bursa Transfer

Cristiano Ronaldo.

Zidane memang belum bisa dibilang sebagai sosok pelatih yang memiliki ciri khas seperti Guardiola di Barcelona. Jika Guardiola membangun gaya bermain ‘tiki-taka’ di skuat utama Barcelona, berbeda dengan Zidane yang menciptakan permainan kuat secara tim di skuat Madrid.

Kehebatan Zidane dalam meracik strategi sebenarnya juga didukung dengan faktor-faktor lain. Zidane dikenal sebagai sosok yang irit dalam belanja pemain sejak ia mengambil alih kursi kepelatihan El Real.

Tak seperti pelatih Madrid sebelumnya yang doyan belanja pemain mahal di setiap kesempatan bursa transfer, Zidane malah selalu santai dan tak bernafsu membeli pemain top. Pelatih berusia 45 tahun ini lebih memilih memaksimalkan pemain yang ada ketimbang menambal sulam skuat dengan berbelanja pemain.

Strategi Zidane dalam memperkuat skuatnya terbukti ampuh. Zidane tak butuh pemain baru untuk membuat timnya superior, tapi ia hanya perlu memoles kehebatan pemain-pemain seperti Ronaldo, Benzema, Modric, Kroos, hingga Ramos.

Zidane tampaknya memang lebih senang mematangkan kekompakan tim dengan pemain-pemain lama yang sudah terbangun chemistry-nya, ketimbang mempercayakan starting line-up diisi dengan wajah-wajah baru.


3. Pemain Muda Jadi Tulang Punggung

Gelandang Real Madrid, Marco Asensio.

Jika anda melihat ruh permainan Madrid saat ini, mungkin yang ada dipikiran tentu soal keterlibatan para pemain muda. Ya, Zidane benar-benar memberi perhatian yang lebih besar kepada perkembangan sederet pemain mudanya, persis seperti apa yang dilakukan Guardiola di Barcelona.

Di skuat utama Madrid saat ini ada nama-nama seperti Marco Asensio, Lucas Vazquez, hingga Marcos Llorente. Khusus Asensio, pemain berusia 21 tahun ini tampaknya benar-benar mulai mendapatkan kepercayaan penuh dari Zidane untuk mengisi posisi utama di skuat Madrid menyusul penampilan fenomenalnya dalam beberapa waktu terakhir.

Zidane, meski tak bisa juga dibilang terobsesi, sepertinya mengikuti strategi pembinaan pemain muda seperti apa yang diterapkan Guardiola di Barcelona saat masih menjadi pelatih. Seperti diketahui, Guardiola membangun skuat hebatnya dengan bertumpu pada pemain-pemain muda akademi La Masia.

Dan kini, Zidane mulai melakukan hal itu di skuat Madrid. Bahkan, Zidane mengubah kebijakan di bursa transfer dengan lebih memilih mendatangkan sederet bintang muda ketimbang membeli pemain top dunia yang memiliki harga selangit.

Lihat saja pemain-pemain seperti Dani Ceballos, dan Theo Hernandez, yang didatangkan Madrid pada bursa transfer musim panas ini. Ceballos dan Theo adalah dua pemain muda yang tengah bersinar bersama klubnya masing-masing.

Begitu percayanya Zidane kepada para pemain mudanya langsung terbukti. Asensio dan Lucas sudah membuktikan hal itu dan seolah menegaskan bahwa Madrid tak perlu khawatir dengan masa depan timnya karena kini mereka memiliki para pemain muda hebat yang bisa menjadi tulang punggung tim.

Real MadridBarcelonaZinedine ZidaneLaLiga SpanyolPep GuardiolaLiga Spanyol

Berita Terkini