Fakta Mencengangkan Sepakbola Vietnam
Timnas Indonesia U-19 akan menghadapi Vietnam di pertandingan ke-3 Piala AFF U-18, Senin (11/09/17). Sama-sama meraih hasil manis di dua laga perdana, pertemuan kedua kesebelasan kuat di Asia Tenggara itu bakal menentukan perjalanan tim tersebut.
Vietnam unggul agresifitas gol atas Indonesia setelah berhasil unggul 8-1 (vs Brunei Darussalam) dan 5-0 (vs Filipina). Sementara Timnas U-19, dengan koleksi poin dan jumlah kemenangan yang sama, masih kalah selisih gol meski menang 2-1 melawan Myanmar dan 9-0 atas Filipina.
Terakhir kali Indonesia bertemu dengan Vietnam adalah di ajang penyisihan grup SEA Games 2017. Bermain tanpa Evan Dimas yang mengalami akumulasi kartu kuning, anak asuh Luis Milla ditahan imbang lawannya dengan skor 0-0.
Beberapa pengamat mengatakan jika gaya bermain sepakbola Vietnam mirip dengan Jerman. Apalagi setelah mereka diasuh oleh eks juru taktik Timnas senior Indonesia asal Austria, Alfred Riedl.
Di ajang Piala Asia tahun 2007 silam, mereka sempat mengalahkan Uni Emirate Arab (UEA) dan menahan imbang Qatar. Vietnam lantas melaju hingga babak perempatfinal, namun sayang kandas di babak itu. Kecemerlangan mereka di ajang tersebut membuat Vietnam mulai diperhitungkan, dan imbasnya, kompetisi liga mereka semakin ramai.
Salah satu bintang Brasil ketika itu, Denilson, pernah merasakan atmosfer sepakbola di Vietnam, tepatnya tahun 2009. Lucunya, ia hanya bermain selama 45 menit saja bersama Hai Phong Cement FC. Usai laga tersebut ia memutuskan mengundurkan diri karena cedera parah.
Banyak fakta-fakta menarik dan mencengangkan yang pernah dan sedang terjadi di Vietnam. Berikut INDOSPORT merangkumnya dalam deretan fakta mencengangkan sepakbola Vietnam.
1. Pernah Punya Dua Timnas
Seperti halnya Jerman Barat dan Jerman Timur dahulu kala, Vietnam terbagi menjadi dua wilayah, yakni Vietnam Utara dan Vietnam Selatan.
Dulu, Vietnam Utara 'mewakili' ideologi komunis, maka tidak heran dalam rentang 1956-1966, mereka umumnya hanya menghadapi negara-negara komunis saja seperti China, Uni Soviet, dan Korea Utara.
Di ajang Games of the New Emerging Forces (GANEFO), sebuah event olahraga bentukan Ir. Soekarno atas dasar kontra Olimpiade, Vietnam diwakili oleh Vietnam Utara. Pesertanya pun kebanyakan dari negara-negara sosialis saat itu seperti Pakistam, Pelstina, Suriah, Yaman, Kamboja, Mongolia, Nepal, dan lain-lain.
Sebaliknya, Vietnam Selatan lebih bisa diterima dunia dan tergabung dengan FIFA. Di era yang sama, mereka sempat mengikuti dua Piala Asia, di mana di dua kesempatan itu Vietnam Selatan sanggup menempati posisi keempat.
2. Kekerasan Sepakbola di Vietnam
Tahun 2008, Le Cong Vinh merupakan pahlawan seluruh rakyat Vietnam. Di final Piala AFF 2008, gol telatnya di menit 90+4 ke gawang membuat Vietnam memastikan gelar juara kompetisi sepakbola tertinggi di Asia Tenggara tersebut.
Bertanding My Dinh National Stadium, Hanoi, Vietnam tertinggal di menit 21 berkat gol Teerasil Dangda dan bertahan hingga detik-detik akhir laga. Padahal agregat saat itu 2-2 karena di leg pertama Thailand tumbang 1-2.
Namun gegap gempita suporter di jalan-jalan utama Vietnam langsung pecah ketika Cong Vinh melesakkan gol penentu yang membuat skor agregat menjadi 3-2.
Seluruh rakyat Vietnam langsung menggila dan melakukan pesta semalam suntuk. Sayang, ada kejadian menyesakkan kala itu, di mana empat suporter dilaporkan tewas.
"Sedikitnya empat orang meninggal dunia selama perayaan kemenangan di jalan-jalan Vietnam usai raih gelar juara Piala AFF 2008. Tiga di antaranya tewas karena kecelakaan lalu lintas, satunya lagi meninggal akibat balapan liar drag race di provinsi Ba Ria-Vung," tulis Reuters (30/12/08).
Itu bukan yang pertama karena pada Agustus 1999, empat orang juga meninggal 150-an lainnya mengalami luka serius setelah Vietnam mengalahkan Myanmar. Ada beberapa versi menyebutkan jika chaos diakibatkan oleh kecelakaan di jalan, namun ada juga kabar yang mengatakan bahwa korban tewas karena timpukan batu dari polisi.
Pada April 2013, Associated Press melaporkan 18 orang ditangkap karena dituduh menusuk kiper Do Ngoc padahal timnya menang atas Song Lam Nghe 1-0. Tidak cuma menggunakan pisau, polisi juga menemukan ada granat yang telah disiapkan. Gila!
3. Suap dan Sepakbola Gajah di Vietnam
Siapa bilang kasus rekayasa pertandingan, pengaturan skor atau suap-menyuap cuma ada di Indonesia? Vietnam juga punya sekarah panjang.
Sejak tahun 2005-2006, kepolisian Vietnam membongkar sedikitnya 50 kasus suap yang menyeret wasit serta ofisial atau perangkat tim dan pertandingan.
Masih di tahun 2006, pengadilan juga menangkap 22 orang yang diduga merekayasa hasil pertandingan, bahkan ada delapan pemain Vietnam U-23 yang terlibat.
Tahun 2007, Associated Press membuka aib Vietnam dengan mengklaim jika tujuh wasit dan dua ofisial tim bersalah karena melakukan sepakbola gajah. Hukumannya luar biasa, tujuh tahun penjara.
Kasus suap dan sepakbola gajah bahkan sampai ke telingan media internasional seperti Reuters dan BBC. Tahun 2005 silam misalnya, mantan Presiden Federasi Sepakbola Vietnam (VFF), Nguyen Trong Hy membenarkan bahwa anaknya sendiri terlibat pengaturan skor kepada BBC.