x

Miris! 7 Legenda Sepakbola Ini Ternyata Tak Pernah Bermain di Piala Dunia

Rabu, 15 November 2017 17:43 WIB
Editor: Arum Kusuma Dewi

Banyak pemain yang berhasil meraih berbagai prestasi bersama klub yang dibelanya, namun, tidak sedikit juga pemain yang kurang bersinar saat membela negaranya.

Sebut saja Eric Cantona yang meraih berbagai prestasi bersama Manchester United, tetapi bersama negaranya, Ia bahkan belum pernah merasakan atmosfer turnamen sepakbola terbesar di dunia.

Baca Juga

Selain itu ada lagi satu nama yang berasal dari klub Setan Merah, nasibnya pun tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh Cantona.

Logo Piala Dunia Rusia 2018.

Dihimpun INDOSPORT dari berbagai sumber, inilah 7 legenda sepakbola yang tidah pernah mengikuti gelaran tertinggi turnamen sepakbola, Piala Dunia.


1. RYAN GIGGS - WALES

Ryan Giggs.

Apa yang bisa dikatakan lagi mengenai kontribusi pria asal Wales ini untuk satu-satunya klub yang ia bela sepanjang kariernya, Manchester United? Andai dia tidak lahir satu generasi dengan David Beckham, mungkin dia benar-benar akan mendapatkan pengakuan yang jauh lebih layak. Becks memang kelewat menyedot perhatian di eranya bersama United.

Giggs mempersembahkan dua trofi Liga Champions dan 13 titel Liga Primer Inggris dengan kontribusi besar dari sayap kiri dalam 963 penampilan bersama Setan Merah, sebuah jumlah penampilan yang sepertinya belum akan dilampaui dalam waktu dekat oleh pemain United manapun saat ini.

Ryan Giggs.

Mewakili Wales, Giggs menjalani debutnya pada 1991 dan memilih pensiun pada 2007, sebuah keputusan yang diakuinya dilakukan demi memperpanjang usia karier sepakbolanya. Selama 16 tahun mewakili Wales, Giggs tak sekali pun membawa negaranya lolos ke Piala Dunia. Sepertinya itu tugas yang terlalu berat untuk dipikulnya sendirian.


2. GEORGE WEAH - LIBERIA

George Weah.

Serie A adalah panggung sepakbola terbaik pada 1990an dan kedigdayaan kompetisi tersebut salah satunya terwakili dengan sempurna oleh nama George Weah yang terpilih sebagai Pemain Terbaik FIFA edisi 1995 setelah kesuksesannya bersama AC Milan.

Striker kelahiran 1 Oktober 1951 itu juga dikenang dengan salah satu insidennya dengan bek Porto, Jorge Costa pada November 1996. Weah diketahui meninju wajah pemain asal Portugal tersebut karena, menurut pengakuannya, melontarkan ejekan rasis kepada dirinya. 

Tuduhan Weah tidak terbukti, bahkan tak satu pun rekannya di Milan yang mengakui mendengar ejekan yang dituduhkan Weah kepada Costa.

George Weah.

Pria yang sekarang aktif di dunia politik ini akhirnya meminta maaf kepada lawannya itu, namun permintaan maafnya ditolak karena Costa merasa sudah tercemari nama baiknya dan Weah sendiri mendapatkan skorsing enam laga oleh UEFA. 

Konyolnya, Weah masih menerima penghargaan Fair Play Award di tahun tersebut. Weah sendiri terlalu menonjol untuk ukuran negaranya, Liberia, yang memang tidak pernah berhasil lolos ke Piala Dunia.


3. ALFREDO DI STEFANO - ARGENTINA, KOLOMBIA, SPANYOL

Alfredo Di Stefano.

Ya, memenangi trofi bergengsi Piala Champions sebanyak lima kali bersama Real Madrid ternyata bukanlah sebuah jaminan bagi Alfredo Di Stefano untuk mencicipi Piala Dunia. 

Dalam kasusnya bisa dikatakan kualitas rekan-rekan senegaranya bukanlah faktor utama kenapa dia tidak pernah bisa pergi ke Piala Dunia, namun turnamen itu sendiri seperti menghindar dari jangkauan Di Stefano.

Legenda El Real itu sejatinya memiliki tiga kewarganegaraan sepanjang menjalani karier sebagai pesepakbola. Pada 1950, dia adalah penggawa tim nasional Argentina yang memilih untuk absen dalam turnamen empat tahunan tersebut. 

Alfredo Di Stefano.

Bermain untuk Kolombia pada 1954 ternyata tidak juga mengubah nasibnya, FIFA memutuskan negara tersebut tidak memenuhi syarat untuk mengikuti turnamen yang mereka kelola. 

Spanyol adalah negara ketiga yang diperkuat Di Stefano dalam kariernya, tapi pada 1958 Negeri Matador gagal lolos, sementara ketika negaranya berhasil lolos empat tahun berselang dia malah harus absen karena cedera. 


4. GEORGE BEST - IRLANDIA UTARA

Legenda George Best

Pesepakbola tampan nan flamboyan yang namanya begitu dipuja oleh pendukung Manchester United hingga hari ini tidak pernah tampil di Piala Dunia karena dia adalah bintang Irlandia Utara yang melesat sendirian di era 1960an hingga 1970an.

George Best menjadi tokoh sentral ketika Setan Merah meraih trofi tertinggi Eropa pertama mereka pada 1968 dan sudah dipercaya sebagai sosok yang jenius oleh seorang pencari bakat United ketika usianya masih berusia 15 tahun.

George Best.

Membukukan 37 penampilan untuk Irlandia Utara sepanjang aktif sebagai pesepakbola, Best bisa dikata sedikit tidak beruntung karena lahir terlalu cepat sebelum Irlandia Utara lolos ke Piala Dunia pada 1984, ketika usianya sudah menginjak 36 tahun dan tidak lagi dalam performa terbaiknya. 

Andai saja George Best terlahir pada 1956 dan bukannya 1946 tentu hal berbeda akan ia rasakan kala itu.


5. BERND SCHUSTER - JERMAN

BERND SCHUSTER.

Pria asal Jerman ini memiliki karier di level klub yang agak sedikit susah dipercaya mengingat dia memperkuat tiga klub asal Spanyol yang saling membenci satu sama lain; Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid. 

Hebatnya lagi, dia selalu mampu mempersembahkan trofi di ketiga klubnya itu dan menjadi pemain penting. Namun, seluruh karier eks pelatih Malaga sebagai pesepakbola ini memang kerap diwarnai kontroversi.

Prestasi Schuster juga berlanjut ketika membela Jerman. Dia adalah salah satu anggota skuat Der Panser yang menjuarai Piala Eropa edisi 1982 dan menjadi pemain terbaik kedua turnamen di belakang rekan senegaranya yang legendaris, Karl-Heinz Rummenigge. Namun rupanya ini menjadi turnamen internasional terakhir Schuster bersama Jerman.

BERND SCHUSTER.

Schuster berselisih dengan pihak Federasi Sepakbola Jerman, pelatih, dan rekan senegaranya karena klubnya saat itu, Barcelona, tidak mencapai kesepakatan mengenai keikutsertaan Schuster dalam sebuah laga persahabatan kontra Brasil. 

Schuster pun memilih untuk pensiun dari timnas di usia yang baru menginjak 24 tahun.


6. ERIC CANTONA - PRANCIS

Striker Prancis Eric Cantona mengontrol bola selama pertandingan Swedia vs Prancis dari kejuaraan Eropa yang diselenggarakan di Stockholm pada 10 Juni 1992.

Jika Anda saat ini berusia 30 tahun ke atas, pada pertengahan 1990an Anda pasti sudah cukup matang untuk mengetahui sebuah tren tengah berkembang di kalangan suporter Manchester United. Banyak di antara mereka memilih untuk tidak melipat kerah baju atau seragam yang mereka kenakan saat santai atau ketika sedang bersekolah. 

Tren itu lahir karena Eric Cantona, maestro Setan Merah di era tersebut. Pria Prancis itu memiliki pengaruh yang begitu besar hingga banyak yang bersedia mengikuti gayanya tersebut dan insiden tendangan kung fu ke suporter Crystal Palace akan selalu menjadi bahan pembicaraan yang tidak pernah basi untuk dibahas.

Sayangnya, insiden itu bisa dikatakan menghabisi peluang Cantona untuk mencicipi Piala Dunia. Skorsing yang dijatuhkan kepada Cantona untuk insiden yang terjadi pada Januari 1995 tersebut juga termasuk larangan bermain di level internasional. 

Eric Cantona, mantan pesepakbola Manchester United.

Timnas Prancis yang tengah membangun kembali kekuatan mereka di bawah kepelatihan Aime Jacquet mulai menyandarkan kekuatan tim pada pemain-pemain baru seperti Zinedine Zidane dalam persiapan menuju Euro 1996.

Jacquet sendiri sebenarnya menunjuk Cantona sebagai kapten, namun ketika sang striker mendapatkan skorsing, di saat bersamaan Jacquet justru menemukan formula tim yang lebih pas tanpa kehadiran Cantona. Jadi ketika Prancis berhasil mengangkat trofi pada 1998 di negeri mereka sendiri, Cantona tidak berada di sana.


7. IAN RUSH - WALES

Ian Rush.

Menjadi top skorer Liverpool sepanjang masa dan bermain di periode terbaik klub adalah sebuah pencapaian yang sulit ditandingi. Ian Rush memang cukup hebat untuk bisa melakukan kedua hal itu bersama Liverpool, tapi – sama halnya dengan Ryan Giggs – terlalu sulit baginya untuk mengangkat prestasi tim nasional Wales sendirian.

Rush sudah melakukan debutnya untuk Wales pada 21 Mei 1980, tujuh bulan sebelum ia menjalani debutnya untuk Liverpool. Rush memperkuat timnas Wales sampai 1996. 

Selebrasi Ian Rush (kanan)

Dalam 15 tahun karirnya sebagai pemain timnas Wales, Rush sudah mencetak 28 gol dan 73 penampilan. Salah satu pencapaian terbaiknya adalah ketika ia mencetak hattrick ke gawang Kepulauan Faroe dalam kemenangan 6-0 pada 9 Oktober 1992 di laga Kualifikasi Piala Dunia 1994.

RusiaPiala DuniaAlfredo Di StefanoRyan GiggsEric CantonaPiala Dunia 2018George BestIan RushBernd SchusterGeorge WeahBola Internasional

Berita Terkini