x

Perjalanan Julien Faubert: Menjadi Mualaf hingga Merumput ke Negara Mayoritas Muslim

Sabtu, 20 Januari 2018 16:39 WIB
Editor: Ivan Reinhard Manurung
Julien Faubert, pemain asal Prancis yang kini memperkuat Borneo FC.

Meskipun sering dilanda sejumlah masalah terkait regulasi dan juga kasus-kasus soal klub yang karap menunggak gaji pemain, kompetisi sepakbola Indonesia tetap diminati telenta-talenta asing.

Lihat saja keaktifan klub-klub peserta Liga 1 untuk musim 2018 yang sudah banyak mendatangkan pemain-pemain tanpa KTP Indonesia. Ya, mulai dari PSMS Medan di ujung Barat sampai Persipura di ujung timur Indonesia sudah memiliki legiun asing di dalam klubnya.

Pemain-pemain asing itu sendiri bukan hanya berasal dari negara-negara kecil, tetapi juga negara-negara kiblat sepakbola seperti Brasil, Inggris, Italia, dan juga Prancis.

Berbicara soal pengalaman, pemain-pemain asing tersebut pun sudah pernah merasakan asam garam di klub-klub elite. Ada yang pernah memperkuat Livepool, Chelsea, hingga raksasa Eropa, Real Madrid.

Michael Essien, eks Madrid yang kini memperkuat Persib Bandung.

Ya, siapa yang menyangka ada pemain dari klub langgana juara Liga Champions tersebut yang mau menjajal karier di Tanah Air. Menariknya tidak hanya satu pemain, melainkan dua pemain asing berstatus eks Madrid yang kini memperkuat tim Liga 1 Indonesia.

Pemain pertama adalah penggawa Persib Bandung Michael Essien, yang sudah merasakan atmosfer sepakbola Indonesia sejak 2017 lalu. Kini, yang terbaru ada nama pemain asal Prancis yang pernah berlatih bersama dengan Raul Gonzalez, yakni Julien Faubert yang didatangkan oleh Borneo FC.

Sebelum memulai berkiprah di bawah asuhan pelatih Iwan Setiawan, Julien setidaknya sudah berpetulang ke klub-klub Eropa di empat negara berbeda. Sebut saja seperti Cannes, Bordeaux, West Ham united, Kilmarnock, hinga Inter Turku.

Kehebatannya itu pula yang membuat mantan pelatih Timnas Prancis, Raymond Domenech merekrutnya dan memberinya debut bersama Timnas Prancis pada 16 Agustus 2006 silam.

Baca Juga

Namun, berbicara soal Julien sendiri tidak melulu soal kelihaiannya dalam mengolah si kulit bundar di lapangan hijau. Pasalnya, pemain kelahiran 1 Agustus 1983 ini memiliki kisah perjalanan hidup yang menarik, terutama sebagai seorang mualaf.

Berikut INDOSPORT coba merangkum kisah Julien yang memutuskan menjadi seorang muslim dan perjuangannya hingga bisa berlabuh ke Indonesia, yang memiliki lebih dari 222 juta masyarakat beragama islam:


1. Awal Memilh Mengucapkan Syahadat

Julien Faubert.

Ketika memperkuat Bordeaux pada musim 2013/14 lalu, Julien sempat menjadi sorotan masyakarat Prancis. Pasalnya, saat itu Julien memantapkan diri untuk mengucapkan kalimat Syahadat dan menjadi seorang muslim seutuhnya.

Dalam sebuah wawancara yang terbit di kolom surat kabar terkemuka asal Prancis, L'Equipe, Julien mengaku menganut agama Islam murni karena keinginannya sendiri dan tanpa paksaan.

Meski begitu, Julian mengakui bahwa keputusannya untuk menganut Islam tidak lepas dari teman-teman masa remajanya saat tinggal di kota Le Havre, Normandy, Prancis.

Berbeda dari daerah lainnya di Prancis, Le Havre memang banyak ditinggali masyarkat beragama Islam. Hal itu tidak lepas di daerah tersebut setidaknya ada empat bangunan masjid yakni di Upper Normandy, En-Nour Mosque on Rue Paul Claudel, El Fath Mosque on rue Victor Hugo, dan Bellevue mosque on rue Gustavus Brindeau.

"Saya melihat kepribadian dan moral teman-teman saya mengalami perbaikan sejak menerapkan ajaran-ajaran Islam dalam kegiatan sehari-harinya. Inilah yang mendorong saya untuk mendalami agama ini dan menemukan nilai-nilai etika yang sangat tinggi dan juga nilai-nilai tenggang rasa," ujar Julien saat ditannya alasannya memilih menjadi seorang mualaf.

Selain karena terinspirasi dari rekan-rekannya yang kebanyakan muslim, Julien juga tertarik memeluk agama Islam lantaran bertemu dengan seorang wanita muslim asal Aljazair yang tidak lama ia persunting sebagai istri.


2. Sering Dapat Perlakuan Rasis Sejak Menjadi Muslim

Julien Faubert.

Keputusan Julien untuk menjadi seorang mualaf tidak lantas membuat kehidupannya sehari-hari menjadi lebih mudah. Sebelumnya, ia sering mendapat perlakuan buruk, terutama dari mayoritas warga Prancis.

"Saat tinggal di Prancis, saya harus bicara jujur dengan Anda. Di sana, Anda bisa merasakan rasisme yang ditujukan pada orang-orang seperti saya," ujar Julien seperti dikutip dari Herald Scotland.

"Sebagai contoh, bila saya pergi ke toko perhiasan, saya bisa merasakan orang-orang memandangi saya, sembari berpikir saya hendak melakukan sesuatu yang jahat," tambahnya.

Perlakuan rasis yang diterima oleh Julien pun semakin menjadi-jadi ketika dirinya menganut Islam. Biasanya perlakuan rasis ini paling ia rasakan saat hendak berpergian menggunakan pesawat.

"Harus saya akui, setiap hari saya merasa seperti sebuah target buruan. Setiap saya hendak terbang, orang-orang keamanan di bandara akan mendatangi saya sembari meminta saya menunjukkan paspor dan memberi saya sejumlah pertannyaan. Parahnya, mereka cuma datang ke saya dan tidak orang lain," jelas Julien.

Lebih lanjut Julien memaparkan bahwa perlakuan rasis yang ia terima sebagai seorang muslim semakin parah ketika terjadi aksi teroris di kota Paris pada November 2015 lalu. Hal itu sangat disayangkan oleh Julien karena pada dasarnya ia sama sekali tidak mendukung aksi terorisme dan menanggapnya hanya memperburuk citra Islam di mata dunia.

"Sesungguhnya perlakuan rasis menjadi masalah besar di Prancis dan semakin parah sejak aksi teror di Paris."

"Saya katakan pada Anda, saya sama sekali tidak pernah setuju dengan tujuan pelaku teror tersebut. Itu sangat buruk. Mereka adalah orang-orang bodoh yang bersembunyi di balik agama Islam padahal mereka sama sekali tidak menunjukkan sikap seorang muslim," jelasnya.


3. Berlabuh ke Negara Mayoritas Muslim

Julien Faubert.

Meskipun kerap mendapat stigma negatif sejak menjadi seorang muslim, siapa yang menyangka kehidupan Julien semakin mendapat berkah. Buktinya, meski usianya sudah di atas kepala tiga, selalu ada klub yang merekrutnya.

Siapa yang menyangka juga jika pilihannya menjadi seorang muslim bisa mendapat kesempatan untuk berkarier di negara mayoritas muslim terbesar di dunia, yakni Indonesia.

Saat diresmikan oleh Borneo FC sebagai pemain baru, Julien disebut bergabung ke armada Pesut Etam bukan karena dijanjikan gaji besar. Melainkan karena fakta di Borneo ia akan memiliki banyak saudara sesama muslim.

"Faubert datang karena Indonesia merupakan negara mayoritas muslim. Dia tahu di sini adalah negara mayoritas muslim terbesar di dunia," ucap bos Borneo FC, Nabil Husein.

Melihat alasan mulia dibalik keputusannya bergabung dengan Borneo FC, semoga saja Julien bisa memberi penampilan terbaik dan membuat Pesut Etam unjuk gigi di kancah sepakbola Tanah Air.

Real MadridBorneo FCLiga IndonesiaLiga 1

Berita Terkini