x

Mengingat Kembali Kisruh PSSI vs Kemenprora di Kepemimpinan La Nyalla

Senin, 5 Februari 2018 19:54 WIB
Penulis: Annisa Hardjanti | Editor: Ivan Reinhard Manurung
La Nyalla Mahmud Mattalitti dan Imam Nahrawi.

PSSI dibawah tampuk kepemimpinan La Nyalla nampaknya belum cukup kuat membawa sepakbola Indonesia bangkit dari masanya yang redup, cenderung kelam. Itu lah yang nyatanya terjadi pada 2015 lalu.

Situasi memanas pun berkembang hingga menyeret pemerintah pusat untuk turun tangan dalam menyelesaikan kasus tersebut. Bukannya semakin menemukan titik terang, tekad Kemenpora yang bulat rupanya semakin membuat konflik mereka dengan PSSI malah bertambah sengit.

Kemenpora sendiri sebelumnya sempat menciptakan tim sembilan yang tadinya memiliki tujuan untuk memperbaiki sepakbola negeri. Terlebih lagi hal tersebut bersangkutan dengan prestasi Indonesia yang tak kunjung bersinar di kancah internasional. Hal itu pun mendapat pertentangan dari PSSI sendiri.

Ketua Umum PSSI periode 2012-2016, La Nyalla Mahmud Matalitti.

Lalu setelah itu, PSSI juga sempat didera kendala ketika memohon adanya izin rekomendasi kompetisi Indonesia Super League (ISL), dan hal tersebut pun kemudian semakin memanaskan hubungan antara keduanya.

Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) yang di dalamnya terdapat PSSI maupun PT Liga Indonesia selaku operator liga diketahui sebelumnya menerapkan syarat ketat bagi para peserta klub di Liga tersebut.

Dari masalah tersebut, kemudian berkembang lagi lahirnya kisruh pelik lewat terbitnya dualisme klub yang terjadi dalam Persebaya Surabaya, dan begitu pula dengan rival sedaerah mereka, Arema Cronus.

Kepelikan tersebut pun berujung pada keputusan Kemenpora untuk melakukan pembekuan pada PSSI lewat surat keputusan nomor 01307 tertanggal 17 April 2015. Mulai saat itu juga, Kemenpora sepenuhnya memegang kendali atas kompetisi yang ada tanpa campur tangan PSSI.

Menpora, Imam Nahrawi.

ISL yang berada di bawah PSSI pun tetap setia hingga akhirnya komite eksekutif PSSI pun memutuskan untuk membubarkan ISL 2015. Sontak saja pihak-pihak yang terlibat di dalamnya menjadi geram hingga berujung pada hengkangnya sejumlah pemain dalam negeri untuk berkarir bersama klub asing di luar.

Menpora yang kala itu dijabat oleh Imam Nahrawi tetap tak goyah soal keputusannya memberikan sanksi pembekuan pada PSSI. Walaupun permasalahan tersebut telah masuk ke ranah pemerintah pusat, dimana kala itu, Jusuf Kalla selaku wakil presiden telah meminta Menpora untuk mencabut keputusannya tersebut.

Hasil dari keputusan Menpora tersebut semakin membenamkan PSSI dan sepakbola Indonesia, usai FIFA memutuskan untuk melakukan suspensi pada Indonesia. Hal itu semakin membuat Indonesia terpuruk di kancah sepakbola internasional.

Tim sembilan yang awalnya didirikan untuk membenahi sepakbola nasional hanya berakhir pada titik rekomendasi yang dibutuhkan namun tak sampai pada implementasi. Akhirnya, Kemenpora pun kembali berinovasi dengan membuat tim transisi.

Tanpa adanya liga yang bergulir membuat Menpora pun putar otak agar sepakbola dalam negeri tetap berjalan. Akhirnya lahirlah turnamen-turnamen nasional yang lebih nampak seperti tarung kampung versi elite.

Kita sebut saja yang kini tengah bergulir, seperti Piala Presiden, Piala Kemerdekaan, hingga Piala Soedirman. Rupanya euforia sepakbola pada turnamen semacam itu memiliki rasa yang sama dengan kompetisi liga seperti yang biasanya dilakukan.

Timnas Indonesia sempat absen dua tahun lantaran surat pembekuan PSSI yang dikeluarkan oleh Kemenpora.

Usai suspensi yang dilakukan FIFA pada PSSI, sepakbola Indonesia tumbuh semakin suram, dan membawa dampak buruk bagi peringkat timnas Indonesia di posisi 179, peringkat cukup jauh dari kata baik. Meski begitu, beruntung Timnas Indonesia U-23 sempat bermain di SEA Games 2015, meski mereka terpaksa pulang tanpa membawa medali usai hanya mampu menduduki posisi keempat.

Masalah belum berakhir, namun La Nyalla harus mundur terpaksa karena masalah yang melilitnya. Di luar PSSI, pria keturunan Bugis tersebut harus lengser dari tampuk kekuasaan usai ditetapkan sebagai tersangka kasus pencucian uang dalam pengolaan dana hibah Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur 2011 hingga 2014.

Baca Juga

Sayangnya, hingga kini, meski sepakbola Indonesia sudah jauh lebih berkembang, namun PSSI rupanya masih menyisakan utang dari suntikan dana yang terus diberikan oleh La Nyalla selama masa pembekuan tersebut.

Dan kini, La Nyalla masih terjerat kasus pun dan dengan getol meminta kembali uang yang merasa dirinya pinjamkan untuk PSSI beberapa tahun lalu. Namun PSSI sendiri diketahui belum juga melunasinya.

PSSIKementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora)Lanyalla MattalittiImam NahrawiTimnas IndonesiaLanyallaLiga Indonesia

Berita Terkini