x

Mercu Buana, Klub Sepakbola Milik Probosutedjo yang Hancur karena Skandal Suap

Senin, 26 Maret 2018 15:36 WIB
Editor: Lanjar Wiratri
Probosutedjo dan klub sepakbola Mercu Buana.

Probosutedjo dikenal sebagai salah satu pengusaha sukses Tanah Air. Ia memiliki beberapa perusahaan dengan jaringan yang cukup luas di Indonesia, sebut saja PT Menara Hutan Buana, Yayasan Menara Bhakti, hingga mendirikan Universitas Mercu Buana.

Baca Juga

Adik Presiden Kedua Indonesia, Soeharto, itu juga menjadi salah satu pendiri Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia. Di luar bisnisnya tersebut, tak banyak yang tahu jika Probosutedjo pernah memiliki sebuah klub sepakbola di era Galatama (Liga Sepakbola Utama) di medio 1980-an silam.


1. Klub Sepakbola Mercu Buana

Djajang Nurjaman (dibopong) merayakan gelar juara bersama Persib.

Klub sepakbola Mercu Buana berbasis di Medan, Sumatera Utara dan sempat diperkuat oleh para bintang sepakbola yang kini menjadi legenda. Sebut saja Djajang Nurdjaman dan Bambang Nurdiansyah, Djajang kini dikenal sebagai Pelatih PSMS Medan dan sebelumnya juga pernah membesut Persib Bandung.

Klub Mercubuana bermarkas di Stadion Teladan, Medan. Mercu Buana tercatat menjadi klub semiprofessional di Galatama. Djanur, sapaan akrab Djajang Nurdjaman, tercatat membela Mercu Buana selama tiga tahun, tepatnya sejak 1982 hingga 1985.


2. Probosutedjo di Balik Klub Sepakbola Mercu Buana

Probosutedjo.

Probosutedjo menjadi sosok di belakang terbentuknya klub Mercu Buana dan sengaja diberi nama itu mengikuti berbagai perusahaan yang sebelumnya didirikan pria kelahiran 1 Mei 1930 tersebut, seperti PT Mercu Buana.

Alasan pemilihan Medan sebagai markas Mercu Buana karena Probo diketahui pernah menjadi guru di Medan pada tahun 1950, ia pun mempunyai seorang istri asal Pematang Siantar. Pada 1985, Probo juga mendirikan Universitas Mercu Buana.

Probosutedjo mengaku cukup terobsesi dengan dunia si kulit bundar. Dalam biografinya yang berjudul Saya dan Mas Harto, Probo menyebut dirinya memutuskan untuk membentuk klub sepakbola Mercu Buana karena prihatin dengan prestasi Timnas Indonesia.

 “Saya tertarik membuat klub sepakbola sendiri, nama Mercu Buana pun kemudian saya niatkan untuk menjadi nama klub,” kata Probosutedjo.

“Saya danai program latihan mereka (para pemain Mercu Buana), termasuk menyediakan asrama, gaji, makanan yang sesuai kebutuhan olahragawan, sampai mendatangkan pelatih dari Inggris,” tambahnya.


3. Kiprah Klub Mercu Buana

Klub sepakbola Mercu Buana.

Mercu Buana tampil pertama kali di Galatama para musim 1980 hingga 1985 setelah melalui babak play off seleksi Galatama di tahun 1980. Mercu Buana nyaris tak terkalahkan saat menghadapi enam tim, dan tercatat hanya kalah sekali di tangan Angkasa dengan skor 1-2.

Kiprah Mercu Buana di Galatama terus mengalami peningkatan pesat. Klub tersebut menjelma menjadi salah satu klub kuat dan sempat mencapai final Galatama di musim 1983/1984, namun saying mereka kalah 0-1 atas Yanita Utama.

Namun keperkasaan Mercu Buana akhirnya mencapai surutnya pada 1985. Mereka hanya mampu menempati peringkat tujuh klasemen dan itu merupakan kali terakhir Mercu Buana berlaga di Galatama.

“Selama beberapa tahun klub ini berjalan cukup baik. Namun, lama-kelamaan saya melihat mulai muncul ketidakdisiplinan. Berbagai laporan kurang baik juga mampir ke telinga saya tentang betapa lemahnya semangat para pemain untuk berlatih. Saya masih mencoba mempertahankan sambil mengevaluasi diri karena saya juga kurang waktu untuk ikut memonitor,” kata Probosutedjo.


4. Mercu Buana Hancur karena Suap

Probosutedjo.

Kesabaran Probosutedjo terhadap klub yang dibangunnya tersebut mencapai batasnya. Probo kecewa berat karena dalam salah satu pertandingan Mercu Buana nampak melakukan hal mencurigakan. Bola dibiarkan masuk, sementara posisi kiper memungkinkan untuk menangkapnya dalam salah satu pertandingan.

Probo akhirnya mengungkap jika Mercu Buana terlibat skandal suap. Kecewa dengan para pemain yang terlibat suap, Probosutedjo akhirnya memutuskan untuk membubarkan klub yang dibangunnya dengan perjuangan tersebut untuk selamanya.

“Belakangan saya tahu bahwa pemain-pemain di klub saya sudah disuap dan mereka mau menerimanya. Bukan main kecewanya saya. Mercu Buana kemudian saya tutup. Tidak ada pentingnya mengembangkan klub yang sudah dikotori mental suap,” kata Probosutedjo.

Selain Mercu Buana, skandal suap juga menerpa klub lainnya di masa itu seperti Perkesa 78. Namun klub tersebut batal dibubarkan karena skandal memalukan itu dan berubah nama menjad Perkesa Sidoarjo.

Liga GalatamaLiga Indonesia

Berita Terkini