x

Ultah ke-88, Ini 4 'Dosa' Besar PSSI yang Sulit untuk Dilupakan

Kamis, 19 April 2018 18:45 WIB
Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
Logo PSSI.

Bertepatan pada hari ini, Kamis 19 April 2018, induk sepakbola Indonesia, PSSI, baru saja merayakan hari jadinya yang ke-88. Sudah ada sejak 19 April 1930, bila dianalogikan seperti manusia maka PSSI sudah sangatlah tua.

Bila dianalogikan seperti manusia, tentu PSSI tidak dapat berbuat banyak atau melalukan berbagai macam aktivitas karena keterbatasan usia. Tidak hanya itu, bila dianalogikan seperti manusia, tentu PSSI memiliki banyak dosa-dosa yang dirasa sulit untuk dilupakan.

Namun PSSI bukanlah manusia. PSSI yang dikenal sebagai Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia ini merupakan sebuah organisasi yang mewadahi atau mengurusi segala persoalan sepakbola di Indonesia.

Meskipun berupa sebuah organisasi yang, sudah seharusnya dipatuhi dan ditaati oleh setiap insan pencinta sepakbola Tanah Air, PSSI tetap memiliki beberapa kesalahan di masa-masa lampau yang rasanya sulit untuk dilupakan oleh masyarakat Indonesia.

Berikut ini beberapa dosa besar PSSI selama 88 tahun berdiri sebagai induk sepakbola Indonesia, yang berhasil dirangkum oleh INDOSPORT.


1. Sempat Bersinar

Azwar Anas.

Sebelum kita membahas soal dosa-dosa yang pernah dialami oleh PSSI selama ini, kita perlu mengetahui bahwa sejatinya induk sepakbola Indonesia sempat mengalami prestasi yang cukup menggembirakan, bila dibandingkan dengan masa-masa saat ini.

Seperti saat PSSI dipimpin oleh Azwar Anas, pada periode 1991 hingga 1999. Kala itu, Timnas Indonesia sempat mencapai peringkat tertinggi mereka di FIFA yakni di posisi 76. Azwar juga berhasil membuat Tumnas Indonesia untuk kali pertama tampil di Piala Asia.

Bahkan, Azwar bagaikan karakter ‘Avatar’ dalam sebuah film animasi, yang dapat menggabungkan Perserikatan dan Galatama menjadi sebuah liga yang disebut Liga Indonesia kala itu.

Namun, semua berubah ketika PSSI tidak lagi dipimpin oleh Azwar.


2. Tercoreng Sepakbola Gajah

Sepakbola Gajah Indonesia vs Thailand di Piala Tiger 1998

Ini terjadi di tahun 1998 dalam kejuaraan Piala Tiger. Indonesia dan Thailand kala itu tergabung dalam Grup A, yang mana keduanya sudah dipastikan lolos. Namun, keduanya harus menjalani laga pamungkas untuk menentukan juara Grup A. Nantinya, sang jawara Grup A akan berhadapan dengan runner-up Grup B, Vietnam.

Diketahui, keduanya tidak ingin bertemu Vietnam dan lebih memilih untuk bertemu Singapura yang berstatus sebagai jawara Grup B. Pertandingan antara Indonesia dan Thailand pun berjalan aneh, dengan puncaknya Mursyid Effendi melakukan gol bunuh diri yang disengaja.

Tentu, Azwar yang kala itu masih menjadi ketum PSSI pun turut menuai kecaman dari seluruh penjuru negeri.

Apalagi dirinya dikenal tegas, pasca memberikan hukuman seumur hidup kepada Ketua Komisi Wasit, Jafar Umar, yang dianggapnya melakukan sejumlah pengaturan skor, meskipun Umar mengaku dirinya hanya kambing hitam dari salah satu pengurus PSSI, dan tidak terungkap hingga dirinya tutup usia.

Azwar pun mengundurkan diri pasca kejadian sepakbola gajah tersebut. Sementara Indonesia dan Thailand diberikan hukuman oleh FIFA, yakni didenda berupa 40 ribu US Dollar.


3. Ketum PSSI Korupsi

Nurdin Halid (tengah).

Pasca era Azwar, PSSI pun sempat dipimpin oleh Agum Gumelar. Tidak ada hal aneh yang cukup signifikan ketika dibawah arahan Agum Gumelar, meskipun Indonesia hanya mampu meraih runner-up dua kali di bawah arahannya.

Namun keanehan terjadi ketika PSSI mulai dipimpin oleh Nurdin Halid pada tahun 2003. Selama tujuh tahun kepemimpinannya, Nurdin justru disibukkan dengan kasus-kasus korupsi, bukan soal olahraga sepakbola.

Dirinya sempat menjadi tersangka kasus penyelundupan gula illegal di tahun 2004. Bahkan di tahun yang sama, dirinya juga menjadi tersangka korupsi distribusi minyak goreng dan sempat dipenjara selama dua tahun enam bulan karena pelanggaran impor beras di tahun 2005.

Uniknya lagi, ketika masih dipenjara pun Nurdin masih menjabat sebagai ketua PSSI. Puncaknya adalah ketika PSSI tetap mempertahankan Nurdin sebagai presiden PSSI yang membuat pencinta sepakbola Indonesia geram.

Baca Juga

4. Dualisme dan Sanksi FIFA

PSSI.

Salah satu dosa besar PSSI yang tetap diingat oleh masyarakat Indonesia adalah terjadinya dualisme yang terjadi dalam tubuh PSSI. Hal tersebut terjadi ketika Nurdin Halid dilengserkan oleh Djohar Arifin.

Terpilihnya Djohar Arifin tidak banyak diakui oleh para anggota PSSI. Alhasil, mereka yang tidak menerima Djohar pun terdepak dari Exco PSSI, dan membuat Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI), arahan Tony Apriliani dan La Nyalla Mattalitti.

Pada akhirnya, di tahun 2015 La Nyalla terpilih menjadi Ketua Umum PSSI yang baru. Namun, hal tersebut membuat Imam Nahrawi selaku Menteri Pemuda dan Olahraga membekukan PSSI.

La Nyalla pun protes, dan meminta Cak Imam untuk mencabut pembekuannya tersebut. Menpora menolak, dan justru FIFA memberikan hukuman kepada PSSI dengan keanggotaannya dicabut sementara, yang membuat Timnas Indonesia tidak bisa berlaga di ajang internasional.

Pada akhirnya, La Nyalla pun mengundurkan diri saat dirinya menjadi tersangka dalam kasus pencucian uang saat masih menjabat sebagai Kepala Kamar Dagang dan Industri di Jawa Timur pada periode 2011 hingga 2014.


5. Bentrokan Suporter

Persita sempat berduka dengan meninggalnya Banu Rusman.

Terakhir adalah bentrokan suporter yang terjadi pada tahun 2017 lalu. Salah seorang suporter setia Persita Tangerang, Banu Rusman, meninggal dunia saat menonton pertandingan Persita vs PSMS Medan di di Stadion Mini Persikabo, Bogor, Rabu (11/10/17) silam.

Kerusuhan yang terjadi pasca laga membuat Banu harus dibawa ke rumah sakit di Cibinong, yang mana dipindahkan ke Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) di Cawang, Jakarta. Namun sayang, nyawanya tak terselamatkan.

Hal ini membuat Edy Rahmayadi berjanji bahwa dirinya akan mengusut kericuhan di laga tersebut. Itu ia ungkapkan langsung di akun Twitter resminya.

Namun yang terjadi hingga kini adalah ketidakjelasan mengenai kasus Banu Rusman. Bahkan, Edy pun kini tengah cuti dari jabatannya sebagai Ketua PSSI karena tengah mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatra Utara.

PSSIDjohar ArifinLanyalla MattalittiSepakbola GajahEdy RahmayadiLiga IndonesiaNurdin HalidBanu Rusman

Berita Terkini