x

Luka Modric, Perusak Hegemoni Ballon d'Or dengan Tempaan Peluru di Masa Lalu

Selasa, 4 Desember 2018 10:14 WIB
Penulis: Coro Mountana | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
Luka Modric pemenang Ballon D'or 2018

INDOSPORT.COM - Setelah satu dekade dunia sepak bola dimonopoli oleh sosok 'robot' dan 'alien', tahun ini akhirnya publik bisa melihat sosok yang sangat sederhana berdiri menjadi seorang raja.

Sosok manusia normal itu mencium sebuah trofi bernama Ballon d’Or yang menjadi lambang supremasi bagi pesepakbola terbaik di dunia.

Luka Modric berhasil memenangkan Ballon d’Or 2018 setelah mengalahkan para pesaingnya. Uniknya, Ballon d’Or selama ini seakan dimonopoli oleh 'robot' (Cristiano Ronaldo) dan 'alien' sepak bola (Lionel Messi) secara bergantian selama 10 tahun terakhir.

"Selalu punya mimpi, saya ingin bermain di klub besar, memenangkan gelar. Ballon d'Or adalah apa yang saya impikan sejak kecil, ini sebuah kehormatan bisa memenangkannya malam ini," ucap Luka Modric saat menerima penghargaan, dikutip dari portal berita olahraga Sky Sports.

Luka Modric berhasil menjadi manusia normal yang menghentikan dominasi dari Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Tapi untuk mencapai posisi itu, Modric meraihnya dengan tidak mudah karena ia harus melewati berbagai lika-liku kehidupan yang menyakitkan.


1. Ditempa Hujanan Peluru dan Kemiskinan

Pemain Krosia, Luka Modric meraih gelar pemain terbaik di Piala Dunia 2018.

Di tengah suara hujanan peluru dan granat, tampak sosok tua renta berusaha untuk melarikan diri dengan menghindari ranjau darat dan kejaran gerombolan bersenjata.

Tapi sial, dirinya terpojok dan tidak bisa kemana-mana oleh sekelompok bersenjata yang berasal dari Serbia.

Sontak ia langsung ditembak secara membabi buta oleh para sekawanan itu hingga meninggal dunia. Kejadian tersebut benar-benar membuat jiwa Luka Modric terguncang karena yang meninggal itu adalah Luka Modric Snr, notabenenya merupakan kakek Modric.

Setelah itu, kehidupan Luka Modric tidak pernah lebih baik karena harus hidup sebagai pengungsi akibat perang di daerah Balkan yang mana termasuk Kroasia, tanah kelahirannya.

Tanpa listrik dan air, Modric hanya bisa mendengar dentuman peluru dan granat di mana-mana.

Masa Kecil Luka Modric

Lebih parahnya lagi itu terjadi saat Modric baru berusia 6 tahun dan ia sudah melihat sosok yang paling dekatnya yaitu sang kakek yang harus meninggal dengan tragis.

Tetapi mungkin karena hidup yang serba sulit itu telah menempa Modric menjadi sosok yang pantang menyerah.

Termasuk, dirinya yang tidak menyerah untuk terus bermain sepak bola meski hidup sebagai pengungsi. Sebuah tempat parkir atau lahan sempit tetap dapat disulap oleh Modric kecil seakan menjadi Stadion Santiago Bernabeu.

Melihat sang anak memiliki kecintaan yang begitu besar akan sepak bola, Stipe dan Jasminka menyisihkan uang agar bisa membuat Modric bergabung dengan NK Zadar.

Stipe dan Jasminka adalah orang tua Modric yang rela berkorban padahal kondisi keluarga saat itu benar-benar miskin dan itu dilakukan demi anaknya.

Baca Juga

Namun, perjalanan Modric menuju pemain sepak bola tidaklah mudah karena di NK Zadar, dia tidak dianggap bakal sukses akibat tubuh kecil yang dimilikinya.

Tapi untungnya pelatih pertamanya, Davorin Matosevic berpendapat lain tentang bakat Modric.

“Apa yang langsung menjadi pusat perhatian saya adalah caranya mengontrol bola. Sentuhannya lembut dan penuh presisi, bagi pemula itu sangat luar biasa,” ungkap Davorin seperti yang dilansir dari FourFourTwo International.

Perjalanan karier Luka Modric akhirnya berlanjut di Zagreb hingga berlanjut di Tottenham Hotspur. Di London, Luka Modric menunjukan kepiawaiannya yang sampai membuat Sir Alex Ferguson membandingkan dirinya dengan Paul Scholes.

Sir Alex Ferguson.

“Mereka (Modric dan Scholes) mampu memberikan umpan manis secara konsisten dan satu hal yang orang selalu ragukan dari Modric ada pada stamina. Padahal ia miliki stamina yang luar biasa,” ungkap Ferguson seperti yang dinukil dari Dailymail.


2. Cacian yang Membentuk Sosok Jenderal Lapangan Tengah

Modric memenangkan Ballon d'Or 2018.

Penampilan gemilang Luka Modric akhirnya membuahkan kontrak dari Tottenham Hotspur ke Real Madrid. Sayang, pada masa awal-awal penampilan Luka Modric di Real Madrid, dirinya tidak mampu tampil baik hingga ada sebuah voting tentang pembelian terburuk di Liga Spanyol.

Hasilnya, Luka Modric terpilih sebagai pemain terburuk yang dibeli oleh Real Madrid dan kejadian itu terjadi pada sekitar 6 tahun yang lalu. Setelah itu, Luka Modric mulai memperbaiki penampilannya bersama Real Madrid.

Baca Juga

Perlahan ia berhasil menjadi jenderal lapangan tengah yang sangat handal sehingga permainan Real Madrid sangat seimbang.

Hasil tiga gelar Liga Champions dalam 3 tahun terakhir adalah bukti betapa hebatnya Luka Modric dalam mengatur lapangan tengah.

Salah satu penampilan terbaik Luka Modric terjadi di Piala Dunia 2018 kala membela negaranya, Kroasia. Modric mampu mengatur permainan dengan baik hingga tim-tim unggulan seperti Argentina dan Inggris harus tersungkur oleh daya magis umpan-umpan visioner dari peraih Ballon d’Or 2018.

Kapten Timnas Kroasia, Luka Modric usai mencetak gol ke gawang Argentina pada laga kedua Grup D Piala Dunia 2018.

Pada akhirnya Luka Modric berhasil mengubah cacian yang datang pada dirinya menjadi sebuah pujian dalam bentuk Ballon d’Or.

Luka Modric mampu berdiri menjadi manusia normal dengan sebuah kesedihan masa lalu yang memerdekakan sepak bola dari jajahan robot dan alien.

Ikuti Terus Berita Bola Internasional dan Berita Olahraga Lainnya Hanya di INDOSPORT.COM

Real MadridCristiano RonaldoKroasiaLuka ModricLionel MessiPiala DuniaLiga ChampionsTottenham HotspurBallon d'Or

Berita Terkini