Akankah 'Kutukan Natal' Kembali Menimpa Liverpool Musim Ini?
INDOSPORT.COM - Keberhasilan menduduki puncak klasemen sementara Liga Primer Inggris 2018/2019 tepat saat Hari Raya Natal tak menjadi jaminan buat Liverpool untuk bisa keluar sebagai juara.
Akhir pekan kemarin, pada matchday ke-18, kejutan terjadi. Manchester City di luar dugaan mengalami kekalahan atas Crystal Palace dengan skor 2-3.
Hasil tersebut membuat Liverpool mampu menegaskan posisi teratas dengan perbedaan empat poin dari City. Di waktu yang hampir bersamaan, Mohamed Salah dan kawan-kawan sanggup membungkam Wolverhampton Wanderers dengan skor 2-0 di laga tandang.
Anak asuh Jurgen Klopp juga menjadi satu-satunya tim yang belum terkalahkan musim ini, dan meski jumlah golnya masih kalah dari City (50) dan Arsenal (40), The Reds (39) masih paling kokoh di lini pertahanan karena baru kebobolan tujuh gol saja.
Bisa dibilang, Liverpool merupakan klub yang difavoritkan untuk menjadi juara Liga Primer Inggris musim ini jika melihat rentetan catatan manis sejak pekan pertama. Akan tetapi, memori buruk selalu menghantui Merseyside Merah, setidaknya dalam kurun waktu 10 musim belakangan.
Berikut ini INDOSPORT mengulas 'Kutukan Natal' yang menimpa Liverpool.
1. Juara Saat Natal, Tergelincir di Akhir Musim
Buat sebagian orang, memuncaki klasemen saat Natal tak ubahnya hadiah terbaik di hari istimewa tersebut. Namun buat Liverpool, ini bisa jadi sinyal buruk.
Delapan dari sepuluh musim terakhir, dua kali Liverpool gagal menjaga posisi teratas dan akhirnya tergelincir sehingga gagal meraih juara.
Musim 2008/2009, Liverpool sukses memuncaki klasemen saat hari Natal. Sayang, di akhir musim malah musuh bebuyutan mereka, yakni Manchester United yang mampu keluar sebagai kampiun.
Kali kedua juga terjadi musim 2013/2014. Tampil perkasa hingga tanggal 25 Desember, inkonsistensi yang melanda Liverpool memaksa mereka harus rela menyaksikan Manchester City meraih juara Liga Primer Inggris musim tersebut.
Musim | Pemuncak Klasemen pada Hari Natal | Juara |
---|---|---|
2008/2009 | Liverpool | Manchester United |
2009/2010 | Chelsea | Chelsea |
2010/2011 | Manchester United | Manchester United |
2011/2012 | Manchester City | Manchester City |
2012/2013 | Manchester United | Manchester United |
2013/2014 | Liverpool | Manchester City |
2014/2015 | Chelsea | Chelsea |
2015/2016 | Leicester City | Leicester City |
2016/2017 | Chelsea | Chelsea |
2017/2018 | Manchester City | Manchester City |
2018/2019 | Liverpool | ? |
2. Inkonsistensi Fatal, Kandas di Pekan-pekan Terakhir
Tentunya banyak faktor yang membuat Liverpool acap kali mengalami kegagalan meraih juara Liga Primer Inggris, salah satu yang paling membuat gemas adalah inkonsistensi di pekan-pekan terakhir.
Mengambil contoh pada musim 2008/2009, Liverpool tampil superior dengan keunggulan satu poin atas Chelsea pada tanggal 25 Desember, bahkan unggul enam angka dari Manchester United yang duduk di posisi ketiga.
Hal tersebut tak lepas dari naik-turunnya performa Liverpool. Mempertahankan memang lebih sulit ketimbang mengejar. Tekanan-tekanan dari bawah membuat Steven Gerrard cs kerap kali kehilangan konsentrasi sekalipun menghadapi tim-tim guram.
Paling telak adalah pada musim 2013/2014. Pada tanggal 25 Desember, Liverpool memiliki poin yang sama dengan Arsenal - hanya unggul selisih gol saja. Sayang, pada akhir musim gelar juara Liga Primer Inggris harus diberikan kepada Manchester City dengan perbedaan dua poin.
Kekalahan di kandang atas Chelsea, plus hasil imbang di markas Crystal Palace membuat kans meraih juara Liga Primer Inggris harus kembali kandas.
Terus Ikuti Berita Sepak Bola Indonesia Lainnya di INDOSPORT.