x

Cerita Essien Hingga Oppa Korea yang Terperdaya Magis Sepak Bola Indonesia

Kamis, 21 Maret 2019 11:28 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto

INDOSPORT.COM - Mantan pesepak bola asal Korea Selatan, Park Chul-hyung, baru-baru ini mengenang kembali pengalamannya bermain di Indonesia. 

Dalam video yang diunggah Korea Reomit, milik seorang YouTubers, Jang Hansol, Park mengungkapkan sisi gelap sepak bola Tanah Air. 

Park secara terang-terangan mengungkapkan bahwa hingga kini terdapat salah satu klub sepak bola Indonesia yang memiliki utang alias penunggakan gaji.

Tak tanggung-tanggung, pemain berusia 36 tahun tersebut menyebutkan dirinya belum menerima hak senilai satu miliar rupiah.

Baca Juga

"Sebenarnya ada tunggakan gaji lebih dari satu miliar yang belum saya terima sampai sekarang. Satu miliar rupiah berarti sekitar 100 juta Won Korea ya," ungkap Park. 

Pengalaman yang sama juga pernah dialami oleh legiun asing asal Rusia, Sergei Litvinov, yang pernah bermain untuk Solo FC, PSLS, dan Persikab Bandung. 

Ia pernah mengalami nasib sial ketika merumput di Indonesia. Gajinya sebagian tak kunjung dibayarkan oleh pihak Klub, dalam hal ini PSLS Lhokseumawe tahun 2014 silam.

Melihat itu, Sergei memutuskan untuk menjual jus buah di Solo demi melanjutkan hidup. Ia pun akhirnya dideportasi oleh pihak imigrasi Indonesia. 

Beruntung, Alm. Julia Perez membantu kebutuhan ekonomi Sergei sehingga ia bisa pulang ke Rusia.

Kesamaan

Belajar dari kasus Park Chul-hyung dan Sergei Litvinov, ada dua kesamaan yang dimiliki keduanya. Pertama, keduanya sama-sama mengalami pengalaman buruk berupa penunggakan gaji pemain. 

Kedua, walau pernah diperlakukan buruk oleh manajemen klub, keduanya tetap merasa bahagia dan cinta dengan Indonesia. 

Park pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia pada 2009 silam. Kala itu, dirinya bermain untuk Persema Malang. 

Setahun berikutnya, ia memutuskan hengkang ke Semen Padang, kemudian lanjut ke PSPS Pekanbaru, Persela Lamongan, Gresik United, hingga Mitra Kukar pada 2015.

Meski mendapat perlakuan buruk dari manajemen klub, Park Chul-hyung mengaku sangat bahagia bermain di Indonesia. 

'Daya Magis'

Ternyata sepak bola Indonesia menawarkan lebih sekedar materi bagi Park Chul-hyung. Ada daya magis yang membuat dirinya betah bermain lama di Indonesia. 

Magis itu tak lain adalah kekuatan suporter yang memberikan dukungan secara luar biasa, berbeda dari liga negara asalnya, K-League. 

"Di Indonesia gajinya memang lebih kecil dan menunggak, tapi ketika masuk lapangan perasaan saya sangat bahagia, lebih semangat, lebih termotivasi. Seharusnya kekuatan saya 100 persen, tapi karena semangat bertambah jadi 120 persen," kata Park. 

Sementara itu bagi Sergei Litvinov, Indonesia bukan hanya soal sepak bola, melainkan juga tempat mencari nafkah penghidupan. 

Setelah dicerai istrinya di Rusia, Sergei mencoba merintis kariernya dari awal. Sergei kabarnya sempat bergabung dengan klub futsal di Rusia. 

Namun, hal itu tak membuatnya bertahan lama, sampai akhirnya ia memutuskan kembali mengadu nasib di Indonesia.

Kembali ke tanah air, Sergei tidak lagi memilih menjadi pesepakbola. Ia memilih untuk berkarier di dunia entertainment, sebagai penyanyi.

"Saya sudah berumur, dan dapat bayak ilmu dan berpengalaman dalam sepakbola, ketemu dan pernah main lawan pemain berkelas. Ini waktunya untuk para pemain muda. Lebih baik putra daerah lokal main dan meraih mimpi," ujar Sergei dengan bijak. 


1. Bikin Legiun Asing 'Terpedaya'

Michael Essien tepuk tangan pada laga perdana Piala Presiden 2018. Herry Ibrahim

Gairah suporter dan keramahan masyarakat Indonesia sepertinya menjadi daya magis tersendiri yang bisa 'memperdaya' para pemain asing untuk betah di Indonesia walaupun kerap mengalami penunggakan gaji. 

Meriahnya suasana di dalam stadion dengan hadirnya puluhan ribu penonton menjadi semacam spirit bagi pemain untuk bermain semangat dan bagus.

Suasana stadion yang riuh ini tidak ditemui di liga sepak bola seperti Singapura, Malaysia, atau bahkan Thailand sehingga Indonesia dianggap lebih memiliki greget. 

Michael Essien misalnya, eks penggawa Chelsea yang merumput bersama Persib Bandung itu mengaku betah bermain untuk Maung Bandung karena suporter dan orang-orang yang dinilainya baik dan bersahabat. 

Bayangkan, dari panggung Liga Primer Inggris dan Liga Champions Eropa, Essien mau berjibaku di 'lapangan-lapangan botak' di liga Tanah Air.. 

Kini, dengan era sepak bola industri yang semakin berkembang di Indonesia, pemain asing pun semakin "dimanjakan" bermain di Indonesia. 

Tak hanya disuguhi antusiasme luar biasa dari penonton dan fans, pemain asing juga sudah dijamin dengan baik kesejahteraannya. 

Baca Juga

Banyak klub-klub Liga 1 yang sudah mampu membayar mahal pemain asing dan tidak lagi menunggak gaji. Bayaran pemain asing saat ini bahkan meningkat dibanding satu dekade lalu. 

Kondisi finansial klub pun jauh lebih baik ketimbang era APBD atau pun saat masih era Liga Super Indonesia. 

Liga Indonesia, sekali lagi, menjadi surga sepak bola baru bagi para pemain asing yang ingin mencoba peruntungan di Tana Air.  

Terus Ikuti Perkembangan Sepak Bola Indonesia dan Berita Olahraga Lainnya Hanya di INDOSPORT.COM 

Michael EssienLiga Indonesia

Berita Terkini