Ovan Tobing: Jejak dan Suka Duka Sang Pendiri Klub Arema
INDOSPORT.COM - Penuh suka duka dan perjuangan, Ovan Tobing, menjadi salah satu pendiri awal klub Arema. Arema adalah tim Singo Edan, dan Singo Edan, ya Arema. Begitu lah slogan yang sudah demikian lekat pada tim kebanggaan Aremania.
Mengambil karakter sang raja hutan, Arema terlahir dengan karakter layaknya khas Arek Malang. Gemar berkarya, ngeyel, keras, berjiwa besar hingga pantang menyerah.
Arema pun memulai usahanya di sepak bola nasional mulai dari nol. Dari sebuah klub tidak dikenal yang pontang panting mencari dana operasional, hingga kini selalu dicap sebagai tim tradisi juara di setiap musim kompetisi.
Berikut adalah wawancara eksklusif yang tidak bisa didapat secara mudah, bersama Ovan Tobing, setelah Arema FC memenangi trofi Piala Presiden, Minggu (13/04/19) lalu.
Ovan Tobing adalah satu legenda hidup klub, yang turut mendirikan Arema bersama Almarhum Lucky Acub Zaenal pada 11 Agustus 1987 silam. Tugasnya memang tidak masuk ke dalam struktur manajemen secara resmi, namun perannya tetap kuat di Arema sebagai pembawa acara di Stadion Kanjuruhan, plus motivator tim pada setiap kesempatan.
1. Melihat Arema FC Indonesia
INDOSPORT: Sebagai salah satu pendiri klub, bagaimana sikap Anda terhadap prestasi Arema FC?
Ovan Tobing: Prestasi adalah sebuah kebanggan, dan tim ini sudah mencetak sejarahnya. Tapi sudah harus berhenti, untuk menatap ke depan lagi.
INDOSPORT.COM: Arema FC memasang target menuju kompetisi Asia di kompetisi Liga 1, minimal dua besar. Cukup optimis?
Ovan Tobing: Saya ini tipikal orang yang tidak berpijak pada masa lalu. Jadi, harus selalu optimis dengan situasi apa pun. Dan kalau melihat komposisi tim di tahun ini, saya sangat optimis, meski situasi di kompetisi sepak bola akan sangat berbeda ketika hanya bertanding di pertandingan turnamen.
INDOSPORT: Anda dikenal sebagai salah satu tokoh pendiri klub. Lalu, apa keterlibatan Anda di Arema saat ini?
Ovan Tobing: Saat ini, saya hanya berusaha membantu semua hal yang bisa dilakukan untuk tim. Menjadi motivator tim di setiap latihan, dan berada (membawakan acara) di pertandingan di Stadion Kanjuruhan, sudah cukup dari saya. Meski secara pribadi, saya memang sengaja untuk tidak terlibat lebih ke dalam manajemen, untuk memberi kesempatan kepada orang yang lebih kompeten.
2. Suka Duka Awal Mendirikan Arema
INDOSPORT: Tapi di era dulu, keterlibatan Anda cukup penting di Arema?
Ovan Tobing: Ya, sewaktu tim ini menjadi juara di kompetisi Galatama tahun 1991/1992. Waktu itu, saya berani mengambil resiko untuk mengisi jabatan manajer tim, karena tidak ada orang yang mau mengisinya. Kondisi Arema sedang sangat sulit sekali dalam hal finansial, sehingga merembet kepada situasi internal klub.
Dari situ saya belajar, bahwa membangun komunikasi antar manusia memang tidak mudah. Berbicara dari hati ke hati, adalah solusi terbaik yang bisa diambil. Karena dengan keterbatasan finansial, sangat sulit sekali untuk melihat Arema bertanding dengan komposisi terbaiknya.
Membuat pemain seperti Kuncoro, Mecky Tata, hingga Singgih Pitono memakai kostum saja sangat sulit. Karena kondisi tim sangat sulit sekali, dan mereka berhak melakukan itu. Tapi dengan perjuangan yang panjang, peluang besar untuk meriah juara kompetisi bisa kita dapatkan.
INDOSPORT: Lalu, bagaimana kiat anda bisa meyakinkan pemain hingga mencapai juara?
Ovan Tobing: Saya terus berbicara dari hati ke hati. Bahwa Arema itu adalah klub rakyat, klub proletar. Bukan klub milik pemerintah seperti era perserikatan yang makmur dari segi finansial.
Saya bertanya, apa yang bisa membuat kalian bangga terhadap Arema? Mereka menjawab, menang bos. Oke, itu yang kalian mau, maka lakukan lah. Soal hal-hal lainnya (seperti gaji dan bonus), biar tugas kami untuk menyelesaikannya.
3. Pesan Sang Pendiri Arema untuk Aremania
INDOSPORT: Sedikit menengok ke belakang, apa perbedaan paling besar di Arema sejak berdiri 1987 lalu?
Ovan Tobing: Dari sisi suporter (Aremania), sudah berbeda. Dulu, Aremania selalu datang ke stadion, setiap mendengar tim Arema bertanding. Siapa pun lawannya atau prestasinya, tetap datang. Sedangkan sekarang, mereka menunggu dulu seperti apa prestasi timnya. Dan saya masih bisa menerima hal itu, karena jaman memang sudah berbeda.
Sedangkan dari tim, yang berbeda sangat jelas adalah soal salary (gaji). Pemain sekarang bergelimang uang karena tim juga mendapat pemasukan besar pada tiket maupun sponsor. Kalau dulu, pemain dapat bonus dari satu kemenangan saja sudah sangat bersyukur.
INDOSPORT: Apa yang menjadi pesan Anda dalam menyikapi soal fanatisme dan rivalitas suporter, terutama Aremania?
Ovan Tobing: Secara garis besar, suporter itu berasal dari bahasa Inggris, yaitu to be support yang artinya memberi dukungan. Ingat saja kata-kata itu, maka selesai sudah. Kebanggaan adalah kebanggaan, tapi tidak secara berlebihan. Sudah saatnya semua pihak belajar untuk lebih dewasa mulai dalam menerima kekalahan, hingga dewasa dalam menjadi tuan rumah yang baik. Biar sepak bola Indonesia ini menuju ke arah yang benar, sepak bola entertainment sesuai cita-cita bersama.
Bertualang ke Tempat Wisata Unik di Malang, Kampung Biru Arema
Terus Ikuti Berita Sepak Bola Indonesia Lainnya di INDOSPORT