x

Analisis Jelang Final Liga Champions Tottenham vs Liverpool: Perang Pressing

Sabtu, 1 Juni 2019 14:39 WIB
Editor: Rafif Rahedian
Analisis pra laga final Liga Champions Tottenham Hotspur vs Liverpool.

INDOSPORT.COM – Pertandingan final Liga Champions 2018/19 yang mempertemukan dua klub Inggris, yakni Tottenham Hotspur vs Liverpool, bakal berlangsung pada Minggu (02/06/19) dini hari WIB.

Tottenham dan Liverpool akan dipertemukan di Stadion Wanda Metropolitano, markas Atltetico Madrid, untuk membuktikan siapa yang terbaik di Inggris maupun Eropa.

Bukan jadi rahasia umum jika kedua tim tersebut sama-sama menyiapkan amunisi terbaik menjelang pertandingan puncak Liga Champions 2018/19. Mengingat gelar ini sangat berarti buat kedua tim.

Baca Juga

Bagi Liverpool, sangat penting memenangkan gelar Liga Champions musim ini setelah lebih dari satu dekade mereka tak pernah mengangkat trofi Si Kuping Besar. Ini juga bisa menjadi obat penawar luka setelah gagal meraih gelar Liga Primer Inggris.

Sedangkan Tottenham, betapa bahagianya mereka jika berhasil menumbangkan runner-up Liga Primer Inggris di pertandingan puncak nanti. Pasalnya, ini merupakan kesempatan pertama Spurs menginjakkan kakinya di final Liga Champions.

Baca Juga

Bayangkan jika Tottenham langsung merebut trofi Si Kuping Besar dalam debutnya di partai puncak Liga Champions. Itu pun akan menjadi gelar paling berharga pertama Spurs dalam satu dekade terakhir.


1. Pressing Ala Tottenham

Selebrasi para pemain dan pelatih Tottenham Hotspur usai memastikan diri ke final Liga Champions 2018/19.

Tottenham melakukan pressing yang cukup dinamis di bawah asuhan Mauricio Pochettino. Karena mereka menggunakan dan menyesuaikan taktik mereka hampir di setiap pertandingan.

Dengan begitu, para pemain Tottenham sudah hafal betul mengenai apa yang harus dilakukannya saat menghadapi Liverpool nanti. Namun skema ini memiliki sisi negatif, yang bisa membuat pertahanan Spurs kewalahan.

Jika berhadapan dengan tim yang melakukan counter-press sempurna, maka pertahanan Tottenham berada dalam ancaman. Karena Spurs beberapa kali hanya meninggalkan dua pemain bertahannya di garis tengah, jika dalam posisi menyerang.

Baca Juga

Sedangkan dua bek sayapnya, seperti Ben Davies/Dany Rose dan Serge Aurier/Kieran Trippier terkadang ikut aktif dalam serangan yang dilancarkan Totteham. Maka akan sangat berbahaya jika mereka kehilangan bola saat tengah asyik menyerang.

Akan tetapi Tottenham tidak selalu menampilkan permainan pressing yang agresif. Pochettino juga sempat meminta anak asuhnya untuk membiarkan lawannya menguasai bola sebelum akhirnya melakukan serangan balik.

Itu terjadi ketika Spurs mengalahkan Real Madrid 3-1 (di Liga Champions) dan Liverpool 4-1 pada di Liga Primer Inggris pada musim 2017/18 lalu. Kala itu Pochettino sengaja mengubah skema permainannya menjadi 5-3-2.

Baca Juga

Perubahan strategi ini nyatanya tak membuat Liverpool siap menghadapi gempuran-gempuran dahsyat Spurs. Bukan tidak mungkin jika The Lilywhite kembali mengubah skemanya secara mendadak di partai puncak Liga Champions.


2. Liverpool Bisa Manfaatkan Lubang di Sisi Spurs

Trent Alexander-Arnold pada laga melawan Barcelona di Anfield 07/05/19. Quality Sport Images/Getty Images

Pada musim 2018/19 ini, Tottenham berhasil keluar dari gegenpressing Jurgen Klopp tanpa harus memainkan bola panjang. Meski begitu, Tottenham cukup mudah dihancurkan terutama di posisi yang ditempati Trippier.

Posisi defensif Trippier pada musim ini memang cukup dipertanyakan. Alhasil, Sadio Mane pun dengan leluasa membongkar sisi kanan pertahanan Tottenham melalui kecepatan dan keahlian individunya.

Terlebih, Liverpool juga memiliki dua bek sayap yang sangat agresif dalam membantu serangan mereka di sepanjang musim ini. Pemain tersebut adalah Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson.

Baca Juga

Dua pemain tersebut punya peran vital di sisi sayap. Meski rajin meninggalkan posisinya untuk membantu penyerangan, namun dua bek sayap tersebut tidak melupakan tugasnya sebagai seorang pemain bertahan.

Alexander-Arnold menjadi pemain yang harus diperhatikan betul-betul oleh Ben Davis atau Dany Rose. Karena pemain yang masih berusia 20 tahun tersebut bisa menghidupkan gaya permainan Liverpool melalui agresivitasnya.

Terbukti absennya Alexander-Arnold di leg pertama babak semifinal Liga Champions membuat Liverpool hancur lebur. Namun saat Alexander-Arnold hadir di pertemuan kedua, dirinya mampu membuat Barcelona hancur.

Baca Juga

Apalagi peran Alexander-Arnold-Robertson nanti bakal didukung penuh oleh Sadio Mane dan Mohamed Salah. Beberapa pemain sayap itu sepertinya akan memaksa bek Tottenham untuk tidak melakukan overlap.

LiverpoolLiga ChampionsTottenham HotspurIn Depth SportsFeatureSepak BolaRedBull

Berita Terkini