x

Kisah NIAC Mitra Juara Turnamen di Bangladesh dan Disambut Presiden Soeharto

Rabu, 5 Juni 2019 12:01 WIB
Penulis: Luqman Nurhadi Arunanta | Editor: Lanjar Wiratri

INDOSPORT.COM – Klub sepak bola Indonesia, NIAC Mitra, pernah mengharumkan nama Merah Putih dalam turnamen internasional di Bangladesh tahun 1979.

NIAC Mitra terjun di edisi perdana kompetisi Galatama 1979 dengan gemilang. Skuat yang diturunkan juga terbilang mentereng.

Baca Juga

Mereka dihuni pemain-pemain yang membawa Persebaya Surabaya juara Perserikatan 1977/78, seperti Wayan Diana, Ketip Suripno, Hamid Asnan, Rudy Keltjes, dan Djoko Malis, belum lagi ditambah pemain lainnya yakni Yudi Suryata dan Suyanto dari internal NIAC Mitra.

M. Basri sebagai pelatih benar-benar memoles NIAC Mitra menjadi tim bermental juara. Terbukti, NIAC Mitra sukses meraih juara paruh musim.

Pencapaian tersebut membuat NIAC Mitra dipercaya mewakili Indonesia dalam turnamen Aga Khan Gold Cup di Bangladesh.

Menjadi wakil Indonesia di turnamen internasional tentu menjadi prestasi yang membanggakan, terlebih jika mampu memberikan gelar juara.

Akan tetapi, para pemain dan jajaran pelatih NIAC Mitra harus menjalani masa-masa yang kurang menyenangkan selama di Bangladesh.


1. Juara dan Disambut Presiden Soeharto

Klub sepak bola era Galatama, NIAC Mitra, pernah meraih juara Aga Khan Gold Cup di Bangladesh

Yudi Suryata dan kawan-kawan harus berada di Bangladesh selama 28 hari. Pertandingan sempat ditunda selama seminggu sehingga membuat para pemain kebosanan.

Beruntung, NIAC Mitra punya bos yang pengertian dalam diri Agustinus Wenas. Rombongan tim rencananya akan diajak jalan-jalan ke Katmandu, Nepal, namun sayangnya mereka tidak diperkenankan meninggalkan Dhaka, kota tempat penyelenggaraan Aga Khan Gold Cup.

Walau ‘tersiksa’ di sana, perjuangan mereka tidak sia-sia. NIAC Mitra keluar sebagai juara dan Dullah Rahim menyabet gelar pemain terbaik.

Baca Juga

Pada babak semifinal, kebetulan Presiden RI kala itu, Soeharto, tengah berada di Bangladesh. Para pemain NIAC Mitra diajak ikut rombongan presiden dalam kunjungan kenegaraan tersebut.

Wenas yang tadinya menjanjikan jalan-jalan ke Nepal membayar hutangnya dengan mengajak para pemain NIAC Mitra berlibur tiga hari ke Thailand.

Akan tetapi, para pemain minta dua hari saja berlibur karena sudah rindu keluarga di Indonesia. Sekembalinya ke Indonesia, NIAC Mitra disambut dengan suka cita hingga tak jarang terjebak dalam euforia.

Baca Juga

Kondisi itu berdampak kepada penampilan NIAC Mitra di putaran kedua. Peringkat NIAC Mitra terus merosot hingga akhirnya gelar juara Galatama edisi pertama diraih Warna Agung Jakarta.

Rudy KeltjesLiga GalatamaLiga IndonesiaNiac Mitra SurabayaSoehartoYudi SuryataFeatureBola Indonesia

Berita Terkini