x

Sisi Lain Kai Havertz: Si Introvert Pecinta Keledai yang Andal Main Piano dan Tenis

Sabtu, 5 September 2020 19:03 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
Mengulas sisi lain Kai Havertz. Si introvert pecinta keledai yang mahir memainkan piano dan tenis.

INDOSPORT.COM – Raksasa Liga Inggris, Chelsea telah resmi mendatangkan Kai Havertz dari Bayer Leverkusen. Ia didatangkan dengan status pemain termahal kedua The Blues sepanjang masa dengan nilai mencapai 71 juta poundsterling (Rp1,3 triliun).

Nama Havertz muncul ke permukaan sejak dirinya melakukan debutnya pada 2016 silam. Saat itu, usianya baru 17 tahun. Dalam debutnya, ia mampu tampil mempesona dalam waktu tujuh menit kendati timnya tumbang dari Werder Bremen.

Baca Juga
Baca Juga

Debut tersebut membuatnya menjadi pemain termuda sepanjang sejarah Leverkusen yang tampil bersama tim senior. Gebrakannya tak cukup sampai situ. Tak butuh waktu lama, ia mampu melesakkan gol penyeimbang kala timnya bermain imbang 3-3 melawan VfL Wolfsburg.

Tentu sepak terjangnya di usia yang relatif muda membuatnya kian dipuja oleh pendukung Leverkusen. Performa yang ia tampilkan membuat Havertz tampil secara reguler bersama tim utama.

Kai Havertz bahkan pernah diandalkan oleh Bayer Leverkusen di kompetisi sekelas Liga Champions. Dirinya dimainkan kala melawan Atletico Madrid di leg pertama. Sayang, di leg kedua karena rekrutan anyar Chelsea ini memilih fokus ujian sekolah.

Baca Juga
Baca Juga

Di saat mayoritas pesepak bola muda melupakan pendidikannya untuk meniti karier, Havertz berusaha menyeimbangkan keduanya. Hal tersebut menunjukkan bagaimana uniknya sosok pemain berusia 21 tahun ini.

Siapa yang menyangka, dibalik glamornya kehidupan sebagai pesepak bola muda, Havertz malah menjalani hidupnya layaknya manusia biasa. Hal ini tercermin dari kehidupannya yang jauh akan dari lampu sorot dan gemerlap cahaya pesta seperti pemain lainnya.


1. Kai Havertz: Bocah Rumahan yang Dirawat Baik Leverkusen

Kai Havertz resmi berseragam klub Liga Inggris, Chelsea.

Kai Havertz digambarkan sebagai pemuda yang senang bergaul dan dekat dengan rekan-rekannya. Namun hal tersebut ternyata tak berjalan mudah di awal. Banyak laporan yang menggambarkanya sebagai anak pemalu dan pendiam.

Kedekatan dengan rekan-rekannya tak ia dapatkan dengan mudah. Ada jalan terjal di dalam dirinya untuk akrab dengan orang lain. Hal ini tak lepas dari kehidupannya di rumah di kota kecil bernama Aachen, sehingga cap anak rumahan atau 'bocah kampung' menempel kepadanya.

Havertz dibesarkan oleh seorang ibu yang bekerja sebagai pengacara dan seorang ayah yang merupakan seorang polisi. Kehidupan orang tua yang jauh dari lapangan hijau membuatnya pun menjalani kehidupan layaknya remaja biasa dan bukan sebagai pesepak bola muda ternama.

Suasana dalam keluarganya tak memunculkan tekanan besar dalam karier sepak bolanya. Kondisi ini menjadi keuntungan tersendiri bagi Havertz. Hal tersebut diakui oleh Slawomir Czarniecki yang merupakan pelatih tim muda Leverkusen.

“Saya selalu memberi tahu Kai bahwa keuntungan terbesarnya dibandingkan pemain lain adalah lingkungan sosialnya. Para pemain lain selalu dianalisa oleh orang tua mereka. Tapi Kai, bersama keluarganya, hanyalah bocah rumahan. Di rumah, dia bukanlah bintang muda. Keluarganya membuatnya tenang,” ujar Czarniecki.

Menyadari bakat mudanya tertutup dan dibesarkan bak remaja biasa, Leverkusen pun berusaha menjaganya secara hati-hati dan membinanya tanpa merusak kehidupan lainnya yakni sebagai bocah rumahan.

Salah satu hal yang dilakukan Leverkusen adalah membiarkan Havertz menjalani pendidikannya dan tak memaksanya ikut bertanding di Liga Champions melawan Atletico Madrid. Die Werkself sadar bahwa ia bisa berkembang jauh dengan bakatnya tanpa melupakan kehidupan lainnya.

Sebagai seorang yang tertutup, Havertz pun terkadang dibuat kebingungan saat di sekolah. Statusnya sebagai bintang muda Leverkusen membuat namanya melambung dan dikenal banyak murid.

“Banyak teman sekelas saya adalah penggemar berat Bayer (Leverkusen). Beberapa kali saya duduk di kelas dan seorang guru datang bertanya apakah saya dapat pergi ke kelasnya karena anak-anak akan sangat senang tentang itu,” kenang Havertz dilansir dari Spox.


2. Sisi Lain Kehidupan Kai Havertz: Keledai, Piano, dan Tenis

Kai Havertz, gelandang serang Bayer Leverkusen masuk dalam radar klub Liga Inggris, Chelsea.

Banyak pesepak bola ternama yang menjalani kehidupannya di rumah bersama yang terkasih dan juga ditemani oleh hewan peliharaannya. Untuk hewan peliharaan, pesepak bola rata-rata memilih anjing atau kucing sebagai teman.

Namun berbeda dengan Kai Havertz. Ia memilih keledai yang kerap dicap hewan bodoh sebagai hewan peliharannya. Kecintaannya terhadap keledai tumbuh sejak dirinya masih kecil.

Kecintaannya terhadap keledai terjadi saat dirinya dan keluarganya menyelamatkan seekor keledai agar tak dibawa ke tempat pemotongan. Peristiwa tersebut pun selalu dikenangnya dan menjadi alasan mengapa dirinya mencintai sosok hewan satu ini.

“Saya selalu menyukai keledai sejak kecil. Salah satu mimpiku adalah memiliki keledai sendiri atau peternakan keledai. Pada ulang tahunku, orang tuaku memenuhi mimpiku dan menghadiahiku dua keledai yang salah satunya adalah keledai yang kami selamatkan dari tempat pemotongan,” kenang Havertz.

“Bagiku, sangat menyenangkan bisa berlari bersama keledai. Dalam beberapa tahun ke depan, perlindungan hewan akan jadi isu bagiku dan saya baru saja mengambil langkah awal,” tuturnya dilansir laman resmi Leverkusen.

Tak hanya keledai, Havertz juga menyukai musik di mana alat yang ia mainkan adalah piano. Kemampuannya bermain piano sendiri lahir dari keluarganya, yakni sang nenek yang memiliki grand piano di rumah.

“Salah satu nenekku memiliki grand piano di rumah yang selalu ku mainkan. Pada satu kesempatan, ibuku bertanya padaku apakah saya akan belajar instrumen. Saya baru memulainya dua tahun lalu. Saya mencoba mempelajari setiap lagu,” tuturnya.

Havertz lantas menambahkan, bahwa keluarga, hewan, membantu orang lain dan musik merupakan bagian terbesar dari hidupnya terlepas dari statusnya sebagai pesepak bola muda ternama. Semua hal tersebut membentuk karakternya hingga saat ini yang lepas dari keglamoran.

“Saya akui saya senang menghabiskan uang untuk berbelanja atau mengajak keluargaku berlibur. Tapi saya tak berpikir saya berlebihan. Memberi hadiah (ke orang lain) lebih menyenangkan daripada membeli apapun,” ujarnya.

Havertz memanglah pesepak bola bertalenta. Namun statusnya tersebut tak mengurungnya di olahraga lain. Diam-diam, ia ternyata handal mengayunkan raket dalam olahraga tenis.

Czarniecki dalam satu kesempatan pernah menjajal kemampuannya dalam tenis. Pelatih tim muda Leverkusen ini mengenang momen ketika dirinya mengajak Havertz berbincang soal kariernya sembari bermain tenis.

Siapa sangka, Havertz mampu membalas setiap pukulan yang dilayangkan dan membuat sang pelatih kesulitan. Hal ini mengejutkannya. Czarnieki yang tak menyangka anak didiknya ternyata handal di olahraga lain.

“Dia (Havertz) bisa menjadi pemain tenis juga,” ujar Czarnieki dilansir dari laman Telegraph.

ChelseaBayer LeverkusenBola InternasionalprofilSepak BolaKai Havertz

Berita Terkini