x

Ketika Frank Lampard Hanya Jadi Korban di Balik Investasi Bodong Chelsea

Rabu, 27 Januari 2021 20:44 WIB
Editor: Coro Mountana
Frank Lampard.

INDOSPORT.COM – Malang benar nasib Frank Lampard di mana ia sepertinya hanya menjadi korban di balik investasi bodong yang dilakukan Chelsea di bursa transfer lalu.

Thomas Tuchel sudah resmi menjadi pelatih Chelsea saat ini menggantikan Frank Lampard yang dianggap gagal mengangkat peforma tim. Tuchel pun akan langsung memimpin Chelsea dini hari nanti di laga debutnya melawan Wolves.

Kehadian Tuchel sebagai pelatih baru Chelsea tentu menjadi sebuah kejutan tersendiri dalam sepak bola Inggris. Pasalnya seminggu yang lalu, kita masih melihat Frank Lampard lah yang menjadi nahkoda di tim Chelsea.

Baca Juga
Baca Juga

Akan tetapi rentetan hasil minor yang berujung pada tidak mampunya Chelsea ke papan atas Liga Inggris membuat vonis bersalah dijatuhkan kepada Lampard. Segala jasa dan bakti yang sudah dibuat Lampard pada musim lalu seperti hilang seketika.

Bak peribahasa panas setahun dihapus hujan sehari, Lampard harus menerima kenyataan dirinya kini sudah dipecat oleh Chelsea. Meski itu sudah berlalu, tak sedikit yang masih membahasnya soalnya banyak orang menganggap kalau ini tidak adil bagi Lampard.

Bagaimana tidak, pada musim lalu, saat Chelsea terkena embargo transfer, Lampard berhasil membawa The Blues masuk 4 besar Liga Inggris. Alhasil banyak suporter pun jadi jatuh cinta dengan Lampard berkat kepiawaiannya musim lalu.

Baca Juga
Baca Juga

Berbagai spekulasi pun terus bermunculan di awal pekan ini mengenai kontroversi pemecatan tak adil Chelsea kepada Lampard. Salah satu spekulasi yang paling menarik adalah adanya kemungkinan Lampard ini hanya menjadi korban.

Alias menjadi kambing hitam atas investasi bodong yang dilakukan Chelsea pada bursa transfer lalu. Seperti yang kita tahu di bursa transfer lalu, Chelsea membeli banyak pemain tetapi nyaris tak ada yang impresif, hal itu membuat Lampard pun menjadi kambing hitam atas investasi bodong itu.


1. Lampard vs Granovskaia

Marina Granovskaia, direktur di Chelsea F.C.

Di bursa transfer awal musim ini, Chelsea memang melakukan tindakan yang di luar nalar sejumlah klub-klub Eropa. Soalnya di masa pandemi virus corona seperti sekarang, banyak klub top Eropa lebih memilih untuk mengencangkan ikat pinggang.

Lihat saja bagaimana Manchester United tidak jadi membeli Jadon Sancho karena terlalu mahal atau bahkan kasus Liverpool yang enggan membayar pada Bayern Munchen terkait Thiago Alcantara. Semua klub memilih berhemat di bursa transfer, kecuali Chelsea.

Setidaknya dalam membeli 4 pemain saja, Chelsea sudah menghabiskan dana setidaknya hingga 200 juta euro.  Pemain termahal yang dibeli Chelsea awal musim ini adalah Kai Havertz, Timo Werner, Ben Chilwell dan Hakim Ziyech.

Chelsea sengaja membeli banyak pemain sebagai tindakan balas dendam telah diembargo untuk membeli pemain pada bursa transfer sebelumnya. Selain itu, Chelsea pun sengaja melakukan investasi gila-gilaan dalam membeli pemain, sebagai hadiah untuk Lampard.

Hadiah karena sudah membawa Chelsea tetap ke Liga Champions, makanya diberi uang banyak untuk beli pemain awal musim ini. Akan tetapi, menurut The Athletic, hal sebenarnya yang mengerikan tersimpan di balik aktivitas belanja gila-gilaan Chelsea.

Ternyata ada perselisihan serius antara direktur Chelsea, Marina Granovskaia dengan Lampard sebagai pelatih. Perselisihan itu dipicu adanya tidak kesepahaman visi dan misi saat membeli pemain baru antara Lampard dengan Granovskaia.

Laporan tersebut mengklaim jika keempat pemain mahal yang dibeli Chelsea, tak semuanya merupakan permintaan Lampard. Sebaliknya, Lampard sebenarnya hanya meminta Granovskaia untuk mendatangkan 3 pemain incarannya saja.

Yaitu Pierre-Emerick Aubameyang, Declan Rice dan James Tarkowski. Akan tetapi, Granovskaia tidak mengindahkan permintaan Lampard dan malah justru membeli pemain mahal yang diklaim bukanlah pilihan Lampard.

Di sisi lain, Granovskaia juga disebut telah menggagalkan upaya Lampard dalam usaha menjual Kepa Arrizabalaga. Situasi semakin diperparah dengan ketidakmampuan Lampard dalam memaksimalkan potensi para pemain mahal Chelsea itu.

Akibatnya yang bisa kita lihat sekarang, Chelsea malah seakan seperti melakukan investasi bodong dalam membeli Timo Werner hingga Kai Havertz. Sedangkan direksi Chelsea yang tentu tak mau disalahkan jadi terkesan seperti mengorbankan Lampard.

Sang pelatih dianggap bersalah karena tak mampu memanfaatkan pemain yang sudah dibeli mahal oleh direksi yang dipimpin Granovskaia. Pada akhirnya, Lampard pun dipecat dan sepertinya ia hanya jadi korban di balik investasi bodong Chelsea, sungguh tragis.

ChelseaFrank LampardMarina GranovskaiaIn Depth SportsFeature

Berita Terkini