Serigala-Serigala Roma dalam Perburuan Scudetto 1983
INDOSPORT.COM - Mengingat kisah perjuangan para serigala AS Roma dalam perburuan gelar scudetto Serie A Italia musim 1982-1983 di bawah asuhan Nils Liedholm.
Penantian panjang AS Roma untuk merebut gelar juara Liga Italia akhirnya berakhir pada 1983. Pelatih asal Swedia, Nils Liedholm, memimpin skuad Gialorossi kepada titel scudetto untuk pertama kalinya sejak 1941/42.
AS Roma memulai kampanye musim 1982/83 dengan penyesalan setelah pada 1981 mereka gagal walau tinggal sejengkal lagi merebut gelar. Andai saja gol Maurizio Turone tidak off side pada laga kunci melawan tim juara musim itu, Juventus, Gialorossi mungkin sudah merasakan scudetto pada 1981.
Bagaimanapun, Il Lupi mendapatkan balas dendamnya kepada Juventus di musim 1982/83 dengan merebut gelar scudetto kedua mereka sepanjang sejarah.
Trofi scudetto 1983 terasa spesial bagi dua bintang besar AS Roma saat itu, Bruno Conti dan Pietro Vierchowod, yang baru saja mengantarkan Italia menjuarai Piala Dunia 1982.
Sukses yang diraih AS Roma pada 1982/83 sudah mulai dibangun sejak Dino Viola menempati jabatan presiden pada 1979. Pada musim pertamanya, Viola menunjuk pelatih bertangan dingin, Nils Liedholm.
Nils Liedholm merupakan legenda sepak bola Swedia yang pernah sukses di AC Milan dan beberapa klub Eropa lain. Liedholm sendiri sebelumnya pernah membesut AS Roma pada 1974-1977.
Pada era kedua kepelatihan Niles Liedholm, AS Roma menjelma menjadi salah satu kekuatan sepak bola Italia dan Eropa. Liedholm memegang peranan penting dalam mendatangkan para serigala di skuad AS Roma.
Sebut saja Aldo Madera (AC Milan), Pietro Vierchowod (Fiorentina), dan Herbert Prohaska (Inter Milan). Ketiganya menjadi salah satu pembelian terbaik dalam sejarah AS Roma.
Mereka menjadi pilar utama yang mengantar klub kepada perisai scudetto di musim 1982/83. Apalagi setelah Carlo Ancelotti menderita cedera panjang dari awal sampai pertengahan musim.
Tanda-tanda keberhasilan AS Roma sudah terlihat saat semusim sebelumnya mereka kembali hampir merebut gelar scudetto. Sayang, kemenangan 3-0 atas Juventus di pengujung musim tak cukup untuk mengangkat AS Roma dari posisi runner-up di bawah sang rival.
1. Perburuan Scudetto 1983
Perburuan scudetto 1982/83 terbilang sangat seru. Kala itu ada tiga klub yang berpacu dalam persaingan gelar. Mereka adalah Juventus (juara bertahan), Inter Milan, dan AS Roma.
Sampai lewat paruh musim AS Roma berhasil melangkahi Juventus yang ada di peringkat kedua. Roma pun fokus untuk menjatuhkan Inter Milan.
Pada musim itu, kemenangan di liga masih dihargai dua poin. Jadi selisih poin antar ketiganya tipis.
AS Roma beruntung karena musim itu mereka memiliki striker haus gol, Roberto Puzzo. Puzzo merupakan top skorer Liga Italia di musim sebelumnya.
Pada musim 1982/83, ia kembali jadi mesin gol andalan Roma bersaing dengan legenda Juventus, Michel Platini.
Perjuangan AS Roma meraih scudetto tahun 1983 tergolong berat. Sebab mereka tak bisa sekali pun mengalahkan Juventus.
Beruntung di pertandingan lainnya AS Roma tampil lebih konsisten ketimbang Bianconeri, terutama saat menghadapi tim papan tengah dan bawah. Hal ini jadi kunci AS Roma untuk menjaga persaingan dengan baik di papan atas.
Tercatat, AS Roma cuma meraih tiga kekalahan sepanjang musim itu yang mana menjadi jumlah kekalahan terdikit di antara peserta lainnya. Gialorrosi juga meraih kemenangan terbanyak yakni 16 kemenangan.
AS Roma akhirnya keluar sebagai juara di akhir musim dengan mengumpulkan 43 poin hasil 16 menang, 11 seri, dan 3 kalah. Sementara peringkat kedua ditempati oleh Juventus yang mengumpulkan 39 poin diikuti oleh Inter Milan dengan 38 poin di posisi ketiga.
Tim AS Roma di bawah Niels Liedholm memang berkembang bagaikan sebuah mesin yang sempurna. Pertahanan mereka sulit ditembus dengan pemain semacam Tancredi, Vierchowod, Nela, dan Maldera.
Lini tengah AS Roma juga mengagumkan yang diisi oleh Di Bartolomei, Falcao, Ancelotti, dan Prohaska. Di lini depan ada juru gedor eksplosif seperti Roberto Pruzzo dan Bruno Conti.
Kota Roma malam itu larut dalam kegembiraan luar biasa karena gelar juara Liga Italia. Bahkan, pesta di Kota Roma menginspirasi penyanyi dan penulis lagu Italia, Antonella Venditti, untuk menciptakan lagu 'Roma, Roma, Roma' dan 'Grazie Roma'