x

Man United dan Julukan 'Raja Comeback' yang Wajib Diwaspadai AS Roma

Kamis, 29 April 2021 18:33 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
Scott McTominay merayakan gol Manchester United bersama Victor Lindelof dan Marcus Rashford.

INDOSPORT.COM – Tak ada yang lebih istimewa dari Manchester United musim ini selain kemampuannya untuk membalikkan keadaan atau 'Comeback'. Senjata ini nyatanya menjadi ‘Kryptonite’ AS Roma sebagai calon lawan Setan Merah di semifinal Liga Europa 2020/21.

Man United akan menjamu AS Roma di leg pertama semifinal Liga Europa 2020/21. Seperti biasa, Setan Merah dijagokan di laga ini mengingat laju yang dimilikinya.

Saat ini, Man United duduk di tempat kedua klasemen Liga Inggris. Sedangkan AS Roma tengah terseok-seok di Serie A Italia.

Baca Juga
Baca Juga

Pecinta sepak bola sepakat bahwa saat ini Man United unggul segalanya atas AS Roma. Baik itu dari kualitas pemain, performa, dan status.

Apalagi dengan fakta bahwa Manchester United saat ini adalah tim bermental juara dengan kemampuan membalikkan keadaan dalam 90 menit laga. Hal yang menjadi titik lemah AS Roma sejauh ini.

Man United di Liga Inggris musim ini telah mendapat 28 poin dari posisi tertinggal terlebih dahulu. Dengan kata lain, istilah ‘Comeback’ adalah hal yang paling melekat di skuat Setan Merah saat ini.

Baca Juga
Baca Juga

Sedangkan AS Roma beberapa kali harus merasakan ‘Comeback’ dari lawan-lawannya. Terakhir, Il Lupi harus terima keadaan berbalik kala terlebih dulu unggul dan malah tumbang di akhir laga dari Torino dengan skor 1-3.

Kemampuan Manchester United ini tentu akan diperagakan di laga semifinal Liga Europa melawan AS Roma nanti. Lantas, apakah Setan Merah mau melakukan perjudian dengan memilih tertinggal terlebih dahulu?


1. Kebalikan Man United dan AS Roma

Skuad AS Roma merayakan gol ke gawang Ajax Amsterdam dalam laga leg pertama perempatfinal Liga Europa, Jumat (09/04/21) dini hari WIB.

Scott McTominay, gelandang Man United, menyebut alasan mengapa Setan Merah adalah raja ‘Comeback’. Ia menyoroti nasihan sang pelatih, Ole Gunnar Solskjaer.

“Pesan dari pelatih jelas, yakni kami harus tenang, tak perlu panik, dan kami hanya tertinggal satu gol. Kami telah berada di posisi ini (tertinggal) sebelumnya.

“Kami tahu bahwa kami memiliki karakter hebat di tim dan memiliki pemain yang berduel melawan tim yang hebat,” tutur McTominay.

Dalam 31 laga Liga Inggris, Man United telah tertinggal terlebih dulu sebanyak 14 kali di mana sembilan di antaranya mampu diubah menjadi kemenangan.

Kemampuan membalikkan keadaan yang ditunjukkan Man United bak sebuah isyarat bahwa saat ini Setan Merah memiliki mental juara.

Hal ini berbeda dengan AS Roma yang malah terlihat melempem saat unggul terlebih dahulu. Di musim ini, tak terhitung berapa kali Il Lupi harus menyerah di akhir laga saat telah unggul.

Sebagai contoh, saat melawan Atalanta di pertemuan pertama, AS Roma yang mampu mencetak gol terlebih dahulu harus menerima kekalahan di akhir laga dengan skor 1-4.

Lalu saat melawan Inter Milan, AS Roma yang unggul di awal-awal laga malah harus rela bermain imbang 2-2 di akhir laga.

Apa yang terjadi tersebut bukan menandakan bahwa AS Roma tak memiliki mental juara. Namun, Il Lupi terlihat rapuh dalam memanfaatkan keunggulan dan kerap kehilangan konsentrasi.

Kelemahan ini bisa saja dieksploitasi dengan baik oleh Man United. Hanya saja, maukah Setan Merah menerima keadaan dalam posisi tertinggal terlebih dahulu?

Dengan keinginan menghapus kutukan di semifinal, Solskjaer tentu berharap Man United tak perlu repot-repot harus ‘Comeback’ untuk meraih kemenangan.

Apalagi, laga yang akan dijalani adalah laga Eropa yang mengandalkan aturan gol tandang dan agregat gol sehingga akan membahayakan jika membiarkan lawan mencetak gol di laga tandangnya.

Manchester UnitedLiga EuropaAS RomaOle Gunnar SolskjaerSepak Bola

Berita Terkini