x

Rahasia Thomas Tuchel Mengubah Wajah Chelsea dalam Tempo 100 Hari

Jumat, 7 Mei 2021 16:22 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya

INDOSPORT.COM – Genap 100 hari sudah Thomas Tuchel menahkodai Chelsea menggantikan Frank Lampard. Sejak saat itu, pelatih asal Jerman ini mampu mengubah wajah The Blues.

Tuchel resmi menjabat sebagai pelatih Chelsea pada 27 Januari 2021 atau dua hari usai pemecatan Lampard. Ia didapuk sebagai pelatih dengan kontrak selama 18 bulan atau 1,5 tahun.

Awal mula kedatangannya, Tuchel seakan tak diterima karena ia menggantikan Lampard yang berstatus pelatih muda Inggris dan legenda Chelsea sendiri.

Baca Juga
Baca Juga

Bahkan banyak muncul sikap skeptis dari pecinta sepak bola mengingat Tuchel sendiri datang ke Chelsea tak lama setelah ia dipecat oleh Paris Saint-Germain.

Namun, Thomas Tuchel mamp membuktikan kapasitasnya dan mengubah wajah Chelsea yang mayoritas dihuni para pemain muda dengan hasil memuaskan dan penampilan yang apik.

Sebagai catatan, saat Tuchel pertama kali datang, Chelsea berada di tempat ke-9 klasemen Liga Inggris 2020/21. Hanya dalam kurun waktu 100 hari, The Blues mampu kembali ke empat besar.

Baca Juga
Baca Juga

Catatan apik tak terhenti sampai di situ. Tuchel juga membawa skuat muda Chelsea melangkah ke final Piala FA dan Liga Champions musim ini. Meski belum membuahkan gelar, prestasi ini sudah terbilang apik.

Sebab, sebelumnya Lampard menyatakan bahwa skuat Chelsea di musim 2020/21 belum siap bersaing memperebutkan gelar. Namun, Tuchel mampu membuktikan bahwa pernyataan pendahulunya salah besar.

Lantas, apa saja rahasia Thomas Tuchel sehingga mampu mengubah Chelsea yang tadinya tak cukup kuat untuk bersaing memperebutkan gelar seperti kata Frank Lampard, menjadi tim yang mulai ditakuti seperti klaim yang ia tuturkan?


1. 3 Jurus Thomas Tuchel hingga Mampu Mengubah Wajah Chelsea dalam 100 Hari

Para pemain Chelsea berlatih dengan bola kecil di bawah arahan Thomas Tuchel.

1. Kemampuan Beradaptasi dengan Lingkungan Chelsea

Sebagai informasi, Tuchel bukanlah pelatih bertipe ‘Yes Man’. Tak ayal, ia kerap hengkang ataupun dipecat karena berkonfrontasi dengan petinggi klub.

Di Borussia Dortmund, Tuchel kerap mendapat intervensi saat timnya berlatih dan dalam transfer. Pun saat di Paris Saint-Germain.

Hal ini tak ia temui sejauh ini bersama Chelsea. Tuchel bebas bereksperimen tanpa ada gangguan dari petinggi Chelsea.

Dikutip dari Bild, Direktur Chelsea, Marina Granovskaia, tak menggangu pekerjaannya karena jarang berada di Cobham dan hanya mengobrol dengannya sekali dalam satu atau dua pekan saja.

Pun dengan Roman Abramovich. Pemilik Chelsea ini hanya memberi Tuchel target yakni gelar. Target itu sendiri sama dengan target yang dimilikinya sejak menjadi pelatih Chelsea.

Lingkungan Chelsea ini membuat Tuchel mudah cepat beradaptasi dan bebas mengeluarkan kemampuan terbaiknya dalam melatih.

Bahkan, menjelang dibukanya bursa transfer, ada rumor yang menyatakan bahwa dirinya akan menjadi sosok sentral dalam penentuan target The Blues di musim panas, sesuai dengan keinginannya sebagai pelatih.

2. Perlakuan ke Pemain

Saat tiba ke Chelsea, banyak laporan menyebutkan bahwa Tuchel datang untuk membantu para penggawa Jerman, Timo Werner, Antonio Rudiger, dan Kai Havertz, berkembang.

Kedekatan dari asal daerah yang sama membuat media memberi istilah kepada keempat sosok itu sebagai ‘German Mafia’.

Nyatanya, Tuchel tak pilih kasih dan memprioritaskan para pemain yang berasal dari Jerman. Ia memandang semua pemain harus mendapat perlakuan yang sama.

Sebagai bukti, Tuchel memimpin latihan dengan bahasa Inggris. Bahasa Inggris tersebut juga ia terapkan ke trio Jerman tersebut (kecuali saat berbicara empat mata).

Tuchel juga tak pandang bulu mengenai para pemainnya. Anggapan bahwa ia mementingkan satu pemain tak terbukti. Bahkan ia sering menyalahkan dirinya ketimbang pemain.

Sebagai contoh adalah kasus Hakim Ziyech dan Tammy Abraham. Kedua pemain ini jarang bermain di eranya. Ia pun menyalahkan dirinya sendiri yang kemudian ia lanjutkan dengan memainkan sang pemain.

Hal ini berbeda dengan Lampard saat menangani kasus Marcos Alonso. Bahkan, Lampard banyak menyalahkan pemain jika Chelsea mendapat hasil buruk.

Pendekatan Tuchel pun tak hanya sebatas di lapangan saja. Ia bahkan mengizinkan para pemain Chelsea minum bir dan berlibur sehari pasca laga agar para pemain lebih rileks.

3. Komunikasi yang Baik dengan Pemain

Tuchel paham betul bahwa dirinya datang di tengah musim dan menggantikan legenda Chelsea, yakni Lampard. Tentu ia paham tak mudah merebut hati para pemain The Blues.

Menyadari hal tersebut, Tuchel lantas melakukan pendekatan lewat komunikasi yang baik. Dalam menerapkan taktik dan keinginannya, Tuchel memberikan semacam kode ke para pemain Chelsea.

Hal ini berbeda dengan era Lampard. Di saat Lampard menukangi Chelsea, para pemain dilaporkan tak memahami instruksinya secara jelas saat bermain atau berlatih.

Tuchel yang mengedepankan komunikasi yang baik pun mampu merubah hal tersebut dan menjelaskan taktiknya lewat kode-kode yang bisa dipahami oleh para pemainnya.

Kemampuan komunikasi Tuchel sendiri juga memberi pengaruh kepada keputusan pemain. Billy Gilmour adalah contohnya.

Sebelum kedatangannya, Gilmour dilaporkan akan dipinjamkan untuk mendapat menit bermain. Namun Tuchel berbincang kepadanya dan berhasil membuatnya bertahan.

Meski selanjutnya ia jarang bermain, tak ada protes yang Gilmour lancarkan mengingat Tuchel terus berkomunikasi dengannya sehingga pada akhirnya ia menjadi starter saat Chelsea menghadapi Fulham.

ChelseaFrank LampardThomas TuchelIn Depth SportsSepak Bola

Berita Terkini