x

5 Alasan Manchester United Harus Memecat Solskjaer Sesegera Mungkin

Minggu, 17 Oktober 2021 13:05 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
Ole Gunnar Solskjaer, Pelatih klub Liga Inggris, Manchester United.

INDOSPORT.COM – Manchester United lagi-lagi menuai hasil buruk setelah tumbang dari Leicester City. Kekalahan ini menjadi tanda bahwa Setan Merah harus sesegera mungkin memecat Ole Gunnar Solskjaer.

Di pekan ke-8 Liga Inggris 2021/22, Manchester United bertandang ke markas Leicester City. Dalam kunjungannya ini, anak asuh Ole Gunnar Solskjaer menelan kekalahan 2-4.

Dalam drama 6 gol tersebut, Man United sejatinya unggul terlebih dahulu lewat sepakan keras Mason Greenwood dari luar kotak penalti di menit ke-19.

Baca Juga
Baca Juga

12 menit kemudian, Youri Tielemans menyamakan kedudukan memanfaatkan kesalahan Harry Maguire yang gagal memenangkan bola di barisan belakang. Skor 1-1 ini tetap bertahan hingga babak pertama usai.

Di babak kedua, Leicester City kembali unggul. Kali ini lewat Caglar Soyuncu memanfaatkan sepak pojok. Sayangnya, keunggulan ini tak bertahan lama dan mampu disusul Manchester United.

Man United menyamakan kedudukan lewat Marcus Rashford 4 menit kemudian. Tak disangka, skor ini kembali berubah semenit kemudian usai Jamie Vardy mencetak gol di menit ke-83.

Baca Juga
Baca Juga

Hingga akhirnya, pada menit ke-90+1 Patson Daka menambah keunggulan Leicester dan membawa tuan rumah meraup 3 poin dari Man United.

Kekalahan dari Leicester ini menjadi kekalahan ke-4 Man United di segala ajang. Untuk Liga Inggris, Setan Merah telah tumbang sebanyak 2 kali dan kebobolan 10 gol.

Kekalahan ini pun harusnya sudah menjadi bukti bahwa Manchester United harus memecat Ole Gunnar Solskjaer sesegera mungkin. Apalagi melihat 5 alasan berikut ini.


1. Dosa Solskjaer yang Membuatnya Harus Segera Dipecat Man United

Ole Gunnar Solskjaer di laga Leicester City vs Manchester United

1. Selalu Kesulitan Melawan Tim yang Lebih Lemah

Bila melihat materi pemain, Man United harusnya bisa menang atas Leicester City atau West Ham United, Young Boys, maupun Aston Villa untuk musim ini.

Namun faktanya, sejak Solskjaer menjabat sebagai pelatih kepala, Man United memang condong kerap tumbang atau meraih hasil minor dari tim-tim yang lebih lemah.

4 kekalahan yang diderita musim ini menjadi semacam Deja Vu akan kejadian di musim lalu di mana Setan Merah selalu terganjal lawan tim lemah dan bahkan harus kehilangan gelar di depan mata (contoh: final Liga Europa 2020/21 lawan Villarreal).

2. Selalu Salah Memilih Pemain yang Diturunkan

Solskjaer harusnya paham akan karakter permainan pemainnya, apalagi ia telah menukangi Man United sejak 2018. Sayangnya, ia masih saja salah memilih pemain untuk suatu pertandingan.

Salah satu contoh nyata terjadi di musim ini di mana Solskjaer mencadangkan Cristiano Ronaldo yang tengah moncer. Hasilnya? Man United ditahan imbang The Toffees.

Belum lagi caranya memilih pemain di lini tengah, terutama Double Pivot. Solskjaer kerap salah dalam menentukan keseimbangan lini tengah.

Memang benar Man United tak punya gelandang bertahan atau gelandang jangkar mumpuni. Tapi itu bukan alasan mengingat banyaknya opsi dan kualitas pemain hebat yang ada di skuatnya.

3. Tak Andal dalam Menggunakan Pemain

Saat ini, Man United punya skuat termahal kedua di dunia di belakang Manchester City, menurut data yang dihimpun oleh Transfermarkt.

Dengan skuat mahal tersebut, seharusnya mudah bagi Solskjaer untuk mengeksploitasi kemampuan pemainnya, termasuk saat mengganti pemain. Sayangnya, hal tersebut tak ia tunjukkan di Man United.

Ada Donny van de Beek yang dikenal sebagai gelandang haus gol. Namun pemain asal Belanda ini malah kerap dicadangkan. Belum lagi ada Edinson Cavani yang moncer musim lalu, tapi diparkir demi memberikan posisi penyerang pada Cristiano Ronaldo.

Andai Solskjaer paham, ia bisa saja memainkan Cavani dan Ronaldo bersamaan. Apalagi saat melawan Villarreal beberapa waktu lalu, pemain asal Uruguay tersebut mampu menciptakan ruang untuk Ronaldo.

4. Terlalu Bergantung terhadap Kualitas Individu Pemain

Sepak bola adalah permainan tim. Jika pun ada satu pemain yang menonjol, seharusnya itu karena apiknya koordinasi di dalam tim tersebut.

Sejak melatih Man United, Solskjaer mendapat kemenangan yang terbilang ‘Tricky’. Sebab, kemenangan itu didapatkan dari kualitas individu pemain di lapangan.

Solskjaer tak menggunakan kualitas pemainnya sesuai taktiknya. Tapi, pemain tersebut tampil memukau sehingga kelemahannya dalam menerapkan strategi tak terlihat.

Sebagai contoh ada David De Gea yang musim ini menjadi pahlawan Man United (dan Solskjaer) secara terus menerus. Ia mampu menjaga gawang Setan Merah dari kebobolan di laga-laga krusial.

Apiknya penampilan De Gea seharusnya menjadi alarm tentang buruknya sistem pertahanan Man United yang diterapkan Solskjaer.

5. Miskin Taktik

Liverpool memiliki gaya bermain menyerang yang mengandalkan lebar lapangan. Man City bermain menyerang mengandalkan penguasaan bola. Chelsea bermain dengan sistem Counter Pressing. Lantas, Man United di bawah arahan Solskjaer menggunakan sistem atau strategi apa?

Bisa dikatakan, Man United tak memiliki identitas permainan sejak ditangani Solskjaer. Tak begitu jelas apa sistem atau taktik yang ia terapkan selama 3 tahun menukangi Setan Merah.

Saat menyerang dan bertahan, Man United hanya mengandalkan kualitas pemainnya di setiap pos saja. Andai saja Setan Merah saat ini punya Pattern atau pola permainan yang jelas, mungkin saat ini penikmat sepak bola akan melihat salah satu tim terbaik di dunia.

Manchester UnitedLeicester CityOle Gunnar SolskjaerIn Depth SportsLiga InggrisSepak BolaBerita Liga Inggris

Berita Terkini