12 Tim Pecat Pelatih, Bukti Hasil Lebih Suci daripada Proses di Liga 1
INDOSPORT.COM - Maraknya soal pemecatan pelatih di Liga 1 2021-2022 baru-baru ini, semakin menguatkan stigma hasil lebih penting daripada proses.
Kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Indonesia, Liga 1, baru-baru ini dibuat heboh. Bukan karena kejadian kontroversi melainkan ramainya fenomena pemecatan pelatih.
Memasuki putaran kedua Liga 1 2021-2022, sejauh ini total sudah ada 12 klub yang melengserkan pelatihnya. Artinya hanya enam tim yang masih mempertahankan pelatih pilihan mereka sejak awal musim.
Tim-tim tersebut adalah Persita dilatih Widodo C Putro, Bhayangkara FC dilatih Paul Munster, Persebaya dilatih Aji Santoso, Bali United dilatih Stefano Cugurra Teco, Persib dilatih Robert Rene Alberts, dan Arema FC dilatih Eduardo Almeida.
Fenomena ini tentu menegaskan di Liga 1 semua timnya hanya mementingkan hasil ketimbang proses. Sebab jarang sekali tim-tim di dunia yang memutuskan ganti pelatih saat kompetisi berjalan, dan tidak sebanyak itu klub yang ganti pelatih.
Stigma di atas mengingatkan kita dengan pernyataan anggota Exco PSSI, Haruna Soemitro. Baru-baru ini ia mengkiritisi kinerja pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong.
Menurutnya Shin Tae-yong sudah gagal melatih Timnas Indonesia lantaran tak bisa memenangkan gelar Piala AFF 2020 lalu, karena dikalahkan Thailand di laga final.
"Apa pun di sepak bola, tanpa prestasi itu nothing. Jadi, mau di PSSI mau di klub yang paling pertama orang lihat adalah prestasi. Proses tidak dilihat," ujar Haruna Soemitro beberapa waktu lalu.
Sontak pernyataan itu membuat publik geram. Bukan tanpa alasan, karena publik menilai Timnas Indonesia menunjukan progres permainan yang lebih baik sejak ditangani Shin Tae-yong.
Maka dari itu banyak pihak yang meminta agar Shin Tae-yong dipertahankan melatih Timnas Indonesia, dan PSSI diharapkan bersabar menanti prestasi karena membutuhkan proses.
1. Jadi Pelatih di Liga 1 Penuh Tekanan
Sayangnya keinginan publik tidak sejalan dengan iklim kompetisi dalam negeri, dimana banyak klub Liga 1 yang sering menggonta-ganti pelatihnya meski kompetisi sedang berjalan.
Hal tersebut lantaran klub banyak mendapat tekanan dari para pendukung yang menginginkan setiap pertandingan untuk dimenangkan.
Tingginya tuntutan prestasi dan tekanan untuk memenangkan setiap pertandingan, membuat kinerja pelatih di Liga 1 tak tak maksimal karena ancaman pemecatan bisa datang sewaktu-waktu.
Pelatih Persib Bandung, Robert Rene Alberts contohnya. Juru taktik Persib Bandung itu mengaku tidak mengerti mengapa klub Liga 1 sering gonta-ganti pelatih. Ini membuat pelatih, baik asing maupun lokal seolah dalam posisi tidak aman.
Robert Rene Alberts mengatakan setiap pelatih butuh waktu untuk membangun tim dan menjadikannya disegani di kompetisi. Ini dialaminya selama membesut Persib. Intinya ada proses yang harus dijalani, bukan semata-mata memburu hasil instan.
"Kalau saya tanggapi, setelah selesai paruh pertama, ada pergantian dari 18 klub, 12 klub sudah melakukan pergantian pelatih dan ini salah satu rekor yang pecah karena di dunia tidak ada yang seperti ini," kata Robert.
"Di (banyak negara) dunia tidak pernah ada yang seperti ini, mereka hanya mengganti satu-dua (pelatih) sampai kompetisi selesai," ungkap pria asal Belanda tersebut.
Terbaru ada Persija Jakarta dan Borneo FC yang telah memutus kontrak kerja sama dengan pelatihnya. Macan Kemayoran mendepak Angelo Alessio, sedangkan Borneo FC memecat Risto Vidakovic.
Bagi Borneo FC, ini adalah kali kedua mereka memecat pelatih. Sebelumnya ada Mario Gomez yang kerja samanya diputus pada pertengahan putaran pertama Liga 1 2021 lalu.