x

Aparat Tak Paham Karakter Suporter, Panpel Arema FC: Pitch Invasion Adalah Fenomena Wajar

Selasa, 18 Oktober 2022 11:36 WIB
Penulis: Ian Setiawan | Editor: Prio Hari Kristanto
Ganjalan demi ganjalan tampak masih menggumpal di benak Abdul Haris dalam mencerna Tragedi Kanjuruhan. Foto: Ian Setiawan/Indosport.com

INDOSPORT.COM - Ganjalan demi ganjalan tampak masih menggumpal di benak Abdul Haris dalam mencerna Tragedi Kanjuruhan, seusai Derby Jatim antara Arema FC versus Persebaya Surabaya, Sabtu (01/10/22) lalu.

Ketua Panpel (Panitia Pelaksana) Pertandingan Arema FC itu menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas terjadinya insiden yang menewaskan 132 orang tersebut.

Baca Juga

Abdul Haris disangkakan dengan Pasal 359 dan 360 KUHP atas kelalaian yang mengakibatkan orang terluka maupun meninggal dunia.

Sementara sanksi lain juga dijatuhkan Komite Disiplin PSSI. Abdul Haris dilarang beraktivitas di dunia sepak bola nasional seumur hidup.

"Untuk sanksi, saya sudah ikhlas menerima dan siap menjalaninya. Karena panpel harus bertanggung jawab," ucap Abdul Haris.

Baca Juga

Kendati demikian, masih ada yang mengganjal di benaknya. Lantaran seharusnya, prosedur keamanan dari petugas mesti memahami karakteristik suporter, dalam hal ini Aremania.

Insiden itu berawal dari masuknya segelintir suporter ke tengah lapangan untuk menemui para pemain Arema FC, lantaran kecewa akibat kekalahan 2-3 dari Persebaya.

Dalam istilah sepak bola, aksi itu lebih jamak disebut sebagai Pitch Invasion. Dan bagi Abdul Haris, pitch invasion adalah hal yang wajar.

Baca Juga

Kendati aksi itu adalah melanggar regulasi sehingga menimbulkan konsekuensi sanksi sebagaimana diatur dalam Kode Disiplin PSSI.

"Teman-teman Aremania saat memasuki lapangan ketika selesai pertandingan, itu adalah hal yang biasa. Baik ketika menang atau pun kalah," tandas dia.


1. Aparat Salah Persepsi

Kerusuhan suporter usai laga Arema FC vs Persebaya pada Liga 1 pekan ke-11 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (01/10/22) malam.

Dari urutan kronologi di atas, muncul indikasi adanya kesalahan persepsi dari oleh pihak keamanan. Mereka mungkin berpikir, masuknya suporter ke tengah lapangan terindikasi melakukan penyerangan.

Jika memahami karakter suporter yang sudah jamak melakukan pitch invasion, seharusnya penanganan bisa dilakukan secara lebih bijak.

Baca Juga

"Dan (aksi pitch invasion) itu bisa kita halau dengan persuasif, dengan humanis. Bukan dengan kekerasan atau ekspresif," urai Abdul Haris.

Maka dari itu, dia sangat menyesalkan adanya tembakan gas air mata dari petugas ketika berupaya menghalau serbuan suporter untuk memasuki lapangan.

"(Penanganan secara) berlebihan itu menjadikan suasana menjadi kacau. Dan fatalnya adalah penembakan gas air mata, yang di luar kendali panpel," kata Abdul Haris.  

Baca Juga

Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Arema FC, Abdul Haris, masih heran dengan upaya pengusutan atas terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10/22) lalu.

Dalam benaknya, masih belum ada upaya nyata untuk menyelidiki pemakaian gas air mata sekaligus motif yang menyertainya. Padahal, itulah faktor penyebab kepanikan suporter di tribun, sehingga mereka saling berebut akses keluar stadion.

Pada akhirnya, ratusan suporter berdesakan dan berhimpitan di pintu. Mereka menjadi korban atas tragedi memilukan yang memakan korban 132 orang meninggal dunia tersebut.

Baca Juga

"Itulah yang masih menjadi pertanyaan di otak saya," ucap Abdul Haris ketika mengunjungi Gate 13 untuk berdoa kepada korban Tragedi Kanjuruhan, Rabu (12/10/22).

Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris, sendiri sudah ditetapkan tersangka oleh pihak kepolisian dan menjalani sejumlah pemeriksaan atas pertanggungjawaban terhadap terjadinya Tragedi Kanjuruhan.

AremaniaAbdul HarisLiga IndonesiaArema FCArema FC vs Persebaya SurabayaTragedi Kanjuruhan

Berita Terkini