Pada era 1980, tinju Indonesia masuk masa keemasan. Banyak petinju nasional yang meraih gelar bergengsi internasional, salah satunya Junai Ramayana.
Pria asli Nanggroe Aceh Darussalam ini sukses jadi juara tinju IBF Intercontinental (Int) kelas bantam, setelah mengkandaskan Fransisco Aroyo (Panama) pada 1992 silam di Surabaya. Saat itu, Junai mampu menang KO ronde 4.

Mantan juara IBF Intercontinental kelas Bantam 1982, Junai Ramayana
Itu perjuangan yang tak mudah bagi Junai. Namun disaat sudah gantung sarung tinju, Junai terabaikan, terbuang dan tak dianggap.
Ketika disinggung soal perhatian pemerintah pada prestasi atlet yang mengibarkan panji Merah Putih di dunia internasional, Junai lantas terdiam. Dia telah lama tanpa ada dukungan dan kejelasan yang menjanjikan dari pemerintah akan prestasi yang diraihnya membela Indonesia
"Tawaran untuk mendapat pekerjaan yang memadai belum ada sampai sekarang. Tapi, kalau tali asih pernah terima. Cuma..," timpal salah satu rekan Junai saat menemani INDOSPORT yang kemudian menghentikan pernyataannya.
"Waktu era Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng, Mas Junai pernah dapat tali asih. Hanya saja, dari nilai sebesar Rp 175 juta yang seharusnya diterima Mas Junai, hanya Rp 25 juta yang sampai ke tangannya," lanjut rekan Junai seraya meminta namanya tidak disebutkan.

Mantan juara IBF Intercontinental kelas Bantam 1982, Junai Ramayana