x

Kutukan Siklus Tujuh Tahun! 3 Alasan Kuat Liverpool Harus Segera Pecat Jurgen Klopp

Jumat, 9 September 2022 01:58 WIB
Penulis: Maria Valentine | Editor:
Juergen Klopp, pelatih Liverpool. Foto: REUTERS-Peter Powell

INDOSPORT. COM - Keampuhan racikan taktik pelatih Jurgen Klopp untuk klub besutannya, Liverpool, sepertinya sudah memasuki masa kedaluwarsa.

Awal musim 2022/23, Klopp berulang kali harus menelan kecewa karena mendapati anak asuhnya menderita hasil buruk.

Paling terbaru, juru taktik asal Jerman mengalami kekalahan menyakitkan di matchday pertama Grup A Liga Champions 2022/23.

Baca Juga

Menjalani laga tandang ke markas Napoli, skuat The Reds benar-benar tak berdaya dan kalah dengan skor begitu telak, 1-4.

Kekalahan tersebut tentunya menambah daftar hasil buruk yang menerjang performa Klopp dan Liverpool musim ini.

Anfield Gank tercatat cuma bisa menang dua kali dari enam laga Liga Inggris dan satu pertandingan Liga Champions.

Sisanya, The Kop tertimpa dua kali kekalahan (dari Manchester United dan Napoli), serta menerima tiga kali hasil imbang.

Badai yang sedang kencang-kencangnya menerjang Liverpool, ternyata mulai turut diiringi oleh hembusan isu bahwa Klopp bakal dipecat.

Memang baru sekedar isu, tapi mungkin tak ada salahnya keputusan demikian lebih baik diambil oleh manajemen klub.

Kami lantas coba merangkum sejumlah alasan kuat yang membuat Liverpool harus segera mendepak Klopp dari kursi kepelatihan.


1. 1. Kebijakan Bursa Transfer yang Kurang Maksimal

Arthur Melo, pemain anyar klub Liga Inggris, Liverpool.

Jurgen Klopp seperti kurang maksimal dalam memakai kesempatan bursa transfer musim panas 2022 lalu untuk meningkatkan kekuatan timnya.

Hal ini dapat terlihat dari kinerja para penggawa anyar The Reds yang sampai sekarang benar-benar jauh dari kata memuaskan.

Darwin Nunez, penyerang baru yang dibeli dari Benfica seharga 75 juta euro, masih tak sanggup menunjukkan ketajamannya mencetak gol.

Baca Juga

Padahal Liverpool jelas-jelas butuh penyerang haus gol, mengingat mereka ditinggal Sadio Mane yang hijrah ke Bayern Munchen.

Mungkin masih terlalu cepat menghakimi Nunez adalah pembelian gagal, tapi hingga sekarang belum ada tanda-tanda perbaikan signifikan.

Bukan hanya di sektor penyerangan saja, Klopp juga lalai bergerak cepat dalam menggaet gelandang anyar berkualitas.

Sebenarnya The Reds sempat berburu gelandang top, sebut saja Aurélien Tchouaméni dan Jude Bellingham.

Namun ketika kedua pemain itu gagal didapat, Klopp malah dengan rasa percaya diri tinggi mengatakan ke media bahwa timnya tidak membutuhkan gelandang baru.

Liverpool pun akhirnya cuma bisa mendaratkan Arthur Melo dari Juventus pada detik-detik terakhir periode bursa transfer.

Arthur sendiri bukanlah termasuk level gelandang top, sebab kariernya di Juve juga tidak bagus-bagus amat.


2. 2. Taktik yang Mulai Usang

Hasil pertandingan Liga Inggris antara Everton vs Liverpool yang berakhir imbang 0-0, Sabtu (03/09/22). Foto: REUTERS/Phil Noble

Tak perlu diragukan lagi kualitas Jurgen Klopp dalam meracik taktik, dia masihlah termasuk level pelatih top dunia. 

Namun pada musim 2022/23, muncul pertanda kuat bahwa taktik yang dikembangkan Klopp di Liverpool kini mulai usang.

Setidaknya, hal itu bisa diukur dari kinerja tim besutannya dalam enam pekan awal Liga Inggris 2022/23 yang sudah dijalani.

Liverpool tercatat cuma bisa dua kali menang, meraih tiga hasil imbang, dan menelan satu kekalahan (sangat pahit karena yang mengalahkan mereka adalah Manchester United).

Dibandingkan lima musim terakhir, musim ini menjadi start terburuk Klopp bersama Liverpool di Liga Inggris.

Musim 2018/19, enam pekan awal dilalui Liverpool dengan menyapu bersih kemenangan di semua laga.

Musim 2019/20, hasil enam pekan awal juga masih sama, kemangan beruntun berhasil mereka raih.

Berlanjut ke musim 2020/21, meski tertimpa satu kekalahan pedih dibantai 2-7 oleh Aston Villa, enam pekan awal Liverpool tetap lebih baik karena menghasilkan empat kemenangan.

Terakhir, musim 2021/22, Liverpoool pada enam pekan awal Liga Inggris tak tersentuh kekalahan sama sekali, dengan rincian empat kemenangan.

Jelas terlihat bahwa enam pekan awal musim 2022/23, Liverpool di bawah racikan taktik Klopp mengalami kemunduran signifikan.


3. 3. Siklus Tujuh Tahun

Juergen Klopp, pelatih Liverpool. Foto: REUTERS-Matthias Rietschel

Jurgen Klopp pertama kali dipercaya untuk menukangi Liverpool pada 2015 silam.

Tujuh tahun sudah juru taktik Jerman itu mengambil pekerjaan sebagai pelatih kepala di Anfield.

Sebenarnya sah-sah saja bila ia mau terus bertahan dengan pekerjaannya tersebut, tapi ada sebuah siklus yang perlu diperhatikan baik-baik.

Baca Juga

Sebelum melatih Liverpool, nama Klopp eksis menjadi pelatih bagi salah satu klub top Liga Jerman, Borussia Dortmund.

Klopp membesut Dortmund sejak 2008, dan awalnya ia juga mampu meraih sukses besar bersama klub tersebut.

Dua musim beruntun, yakni 2010/11 dan 2011/12, Klopp berhasil mengantarkan Dortmund memutus dominasi Bayern Munchen dengan meraih gelar juara Liga Jerman.

Namun pada musim terakhirnya di Dortmund, yakni 2014/15, keampuhan taktik Klopp sudah kehilangan tajinya.

Musim itu pun Dortmund cuma bisa dibawanya mengakhiri musim di peringkat tujuh klasemen Liga Jerman.

Perlu digarisbawahi, musim 2014/15 adalah tahun ketujuh Klopp melatih Dortmund, dan ia sudah tak lagi sehebat musim-musim sebelumnya. 

Apa yang terjadi sekarang padanya di Liverpool, memungkinkan adanya sebuah pertanda bahwa Klopp sebenarnya memang didera kutukan siklus tujuh tahun.

Ketika masa baktinya untuk sebuah klub menyentuh durasi tujuh tahun, magis dari kehebatan taktiknya seakan memudar begitu saja.

Pertanyaan terakhir, apakah manajemen Liverpool akan mau segera memecat Jurgen Klopp dari kursi kepelatihan?

LiverpoolJurgen KloppLiga Inggris

Berita Terkini