x

3 Borok Peninggalan Tuchel di Chelsea yang Harus Segera Dituntaskan Graham Potter

Rabu, 21 September 2022 08:35 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
Aksi Graham Potter di laga Chelsea vs RB Salzburg (15/09/22). (Foto: REUTERS/David Klein)

INDOSPORT.COM – Berikut 3 borok penggilan Thomas Tuchel di Chelsea yang harus segera dituntaskan oleh Graham Potter sepanjang jeda internasional dua pekan ke depan.

Graham Potter memang terhitung baru menukangi Chelsea. Tercatat, belum sampai dua pekan dirinya memimpin The Blues sebagai pelatih.

Baca Juga

Meski begitu, dirinya harus segera memperbaiki masalah yang ada di kubu Chelsea yang tak lain peninggalan pelatih sebelumnya, Thomas Tuchel.

Masalah-masalah ini bahkan terlihat jelas di lapangan, sehingga Chelsea mendapati start buruk di awal-awal musim 2022/23 ini.

Dalam 6 laga di Liga Inggris 2022/23, Chelsea hanya memiliki catatan 3 kemenangan, 1 imbang dan 2 kekalahan, sehingga tertinggal 8 poin dari pemuncak klasemen, Arsenal.

Baca Juga

Parahnya lagi, dalam 6 laga Liga Inggris tersebut Chelsea memiliki catatn minus untuk urusan gol, dengan mencetak 8 gol dan kebobolan 9 gol.

Start buruk di Liga Inggris pun berlanjut di Liga Champions. Dalam 2 pertandingan yang dimainkan, Chelsea harus puas menghuni posisi juru kunci grup E.

Raihan ini didapatkan setelah Chelsea menelan kekalahan 0-1 dari Dinamo Zagreb dan bermain imbang 1-1 dengan RB Salzburg.

Baca Juga

Catatan-catatan buruk ini menjadi sinyal bahwa memang ada masalah-masalah yang tengah melanda kubu Chelsea, kendati telah berganti tampuk kepelatihan.

Lalu, masalah apa yang ada di kubu Chelsea saat ini dan membuat Graham Potter harus segera menuntaskannya agar bisa mengembalikan marwah The Blues?


1. 1. Kemampuan Menciptakan Peluang

Pemain Chelsea, Kai Havertz saat melindungi bola dari rebutan pemain West Ham United di Liga Inggris.

Problem pertama dari start buruk di kubu Chelsea tak berubah sejak musim lalu, yakni kemampuan menciptakan peluang dan gol.

Sejak musim lalu, Chelsea selalu bermasalah dengan dua hal yang saling berkaitan satu sama lain tersebut. Entah mengapa, memiliki pemain berkelas di lini serang tak membuat The Blues andal dalam dua hal itu.

Baca Juga

Soal membuat peluang, Chelsea punya catatan buruk seiring tiadanya kreator mumpuni. Parahnya lagi, di bursa transfer musim panas lalu The Blues tak mendatangkan pemain kreatif.

Ketiadaan kreator di lini serang pun berimbas pada menurunnya performa para penyerangnya dalam mencetak gol, sehingga Chelsea pun harus bergantung pada sosok Wing Back-nya.

Sebagai bukti, di Liga Inggris musim ini Chelsea hanya berada di peringkat ke-12, tepat di belakang Fulham, soal membuat peluang tembakan ke gawang atau Shot-Creating Actions.

Baca Juga

Dalam hal membuat peluang berbuah gol, Chelsea berada di urutan ke-9, lagi-lagi di belakang Fulham, dengan rataan 2,33 Goal-Creating Actions per 90 menit.

Buruknya kemampuan mengkreasikan peluang dan gol ini pun berimbas pada ketajaman penyerangnya. Maka tak mengherankan jika penyerang seperti Pierre-Emerick Aubameyang dan Kai Havertz selalu kesulitan menciptakan gol.


2. 2. Chemistry di Lini Belakang

Para pemain Chelsea mendengarkan arahan Thomas Tuchel di laga kontra Southampton (31/08/22). (Foto: REUTERS/David Klein)

Chemistry menjadi salah satu masalah di balik melempemnya permainan Chelsea secara kolektif di lapangan, terutama di lini belakang.

Sebagaimana diketahui, Chelsea baru saja mendatangkan bek-bek baru seperti Kalidou Koulibaly, Marc Cucurella, dan Wesley Fofana.

Baca Juga

Ketiga pemain baru ini datang dengan mahar besar untuk menggantikan pemain lama yang angkat kaki seperti Antonio Rudiger dan Andreas Christensen.

Namun kedatangan ketiganya belum menunjukkan kesolidan di lini pertahanan Chelsea. Setidaknya, hal ini terbukti dari banyaknya gol yang bersarang ke gawang The Blues.

Dengan statusnya sebagai pemain baru, ketiga pemain ini pun harus membangun Chemistry sehingga bisa membuat pertahanan Chelsea solid seperti musim lalu.

Baca Juga

Graham Potter pun harus berfokus membangun hubungan para pemain baru dengan pemain lama, agar bisa memiliki komunikasi apik di lini pertahanan.

Sebab, mayoritas gol telah yang masuk ke gawang Chelsea di awal musim ini berasal dari buruknya komunikasi para pemain belakangnya.


3. 3. Mempertahankan Ritme

Edouard Mendy tertunduk lesu usai membuat blunder di laga Leeds United vs Chelsea (21/08/22). (Foto: REUTERS/Phil Noble)

Kebiasaan buruk Chelsea yang telah berlangsung sejak era Thomas Tuchel adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan ritme permainan.

Sejak musim lalu, Chelsea selalu mudah kebobolan saat telah unggul. Sebaliknya, saat terlebih dulu kebobolan, The Blues malah seperti kehilangan arah dan tak bisa mencetak gol.

Baca Juga

Ritme permainan ini berkaitan dengan fokus pemain terhadap taktik yang diterapkan pelatih sejal sebelum pertandingan dimainkan.

Buruknya fokus para pemain ini pun membuat Chelsea kehilangan keseimbangan saat bertanding, sehingga mudah dibobol oleh lawan atau kena Comeback.

Baca Juga

Saat masih dilatih Tuchel, Chelsea harus merasakan Comeback sebanyak dua kali di laga melawan Tottenham Hotspur di awal musim, kendati sudah unggul dua kali terlebih dulu.

Comeback lawan ini pun dirasakan saat Chelsea sudah ditangani Graham Potter, di mana The Blues kena Comeback RB Salzburg meski sudah unggul terlebih 1-0 lebih dulu.

ChelseaThomas TuchelIn Depth SportsOne FootballGraham Potter

Berita Terkini