Komunitas Sehat

Olahraga Pagi atau Malam, Mana yang Terbaik?

Sabtu, 27 Juli 2019 22:00 WIB
Penulis: Martini | Editor: Yohanes Ishak
© Getty Images
Area Stadion Utama Gelora Bung Karno yang kerap dijadikan tempat olahraga di malam hari. Copyright: © Getty Images
Area Stadion Utama Gelora Bung Karno yang kerap dijadikan tempat olahraga di malam hari.

INDOSPORT.COM – Masyarakat Indonesia umumnya melakukan olahraga di pagi hari, saat tubuh masih kaku usai bangun dari tidur, sembari menghirup udara segar sebelum terkena polusi. Kebiasaan ini pula yang membuat acara Car Free Day (CFD) di berbagai daerah menjadi marak dan dilakukan di setiap akhir pekan.

Namun bagi sekelompok orang yang memiliki kesibukan di pagi hari, malam hari adalah waktu yang tepat untuk berolahraga, sebagai pelepas penat setelah seharian bekerja, sekaligus membantu agar kualitas tidur lebih nyenyak dan tetap prima saat harus bekerja di keesokan harinya,

Namun rupanya otot dan rangka tubuh memiliki waktu dan alarm tersendiri untuk menyesuaikan kapan harus berolahraga dan kapan harus berhenti. Lantas, mana waktu yang tepat bagi kita untuk berolahraga? Pagi atau malam?

Olahraga di pagi hari dengan intensitas sedang selama 45 menit dapat menurunkan rasa lapar, sekaligus membantu meningkatkan aktivitas fisik selama satu hari penuh. Namun upayakan untuk mengisi perut dengan makanan terlebih dahulu, setidaknya dua jam sebelum memulai olahraga pagi.

Namun bagi mereka yang sibuk, olahraga sore atau malam bisa menjadi alternatif terbaik agar tubuh tetap prima dalam menjalankan aktivitas. Berolahraga selama 35 menit sebelum tidur dapat membantu meningkatkan kualitas tidur menjadi lebih nyenyak dan bangun dengan kondisi prima.

Hanya saja menurut penelitian, olahraga terbaik justru dilakukan saat siang hari jika mempertimbangkan jam alami untuk otot, sebab hal ini berkaitan dengan ritme sirkadian dan gen, yang berdampak pada efisiensi penggunaan energi dan konraksi otot.

Gen yang bekerja untuk mengatur ritme sirkadian tidak aktif di malam hari, sehingga produksi oksigen yang harusnya dilakukan oleh sel otot akan susah dan berkurang. Hal ini bisa menyebabkan penumpukan asam laktat pada tubuh dan menyebabkan seseorang merasa kram.