In-depth

Suka Duka Atlet Indonesia di SEA Games hingga Olimpiade

Senin, 2 Desember 2019 18:12 WIB
Penulis: Prio Hari Kristanto | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Grafis: Indosport.com
Suka Duka Atlet di SEA Games Filipina 2019. Copyright: © Grafis: Indosport.com
Suka Duka Atlet di SEA Games Filipina 2019.

INDOSPORT.COM - Suka dan duka dirasakan oleh atlet Indonesia yang pernah bertanding di ajang SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade.

Asian Games 2018 lalu jadi event bersejarah bagi olahraga angkat besi Indonesia. Pada ajang ini, Indonesia pertama kalinya mampu merebut medali emas.

Sebelumnya, Indonesia baru mengoleksi lima perak dan 13 perunggu di ajang multi-event terbesar di Asia tersebut.

Adalah Eko Yuli atlet andalan Tanah Air yang mampu menorehkan tinta emas tersebut. Eko berhasil mengalahkan wakil Vietnam, Van Vinh Trinh, di nomor 62 kilogram.

Eko Yuli sukses menambah deret medali yang diraihnya di Asian Games. Sebelumnya, pengoleksi empat medali emas SEA Games itu berhasil meraih medali perunggu di Asian Games 2010 dan 2014.

Capaian prestasi ini tentu tidak akan dilupakan olehnya dan menjadi salah satu kenangan terindah selama menjadi atlet angkat besi.

Eko Yuli pun kembali turun jadi andalan Indonesia di ajang SEA Games 2019 ini. Baginya, SEA Games merupakan ajang yang tak kalah penting dibanding Asian Games atau pun Olimpiade.

Demi mempertahankan kesuksesan yang ada, peraih medali perak Olimpiade 2016 itu pun mempersiapkan SEA Games ini dengan baik.

"Kita enggak mau leha-leha. Persiapkan dengan baik apapun itu kejuaraannya," ujar Eko ketika dihubungi INDOSPORT, Selasa (26/11/19).

Tak seperti cabang lainnya, angkat besi sendiri membutuhkan kondisi fisik yang prima terutama berat badan. Untuk itulah Eko Yuli bersama kontingen harus berangkat 4-5 hari sebelum pelombaan untuk penyesuaian.

Namun begitu, dengan langkah ini cabor angkat besi terpaksa harus berkorban dengan mengeluarkan dana talangan keberangkatan sebelum nanti diganti oleh KOI.

"Memang PB juga berusaha ngomong ke KOI dan memang diizinkan (berangkat lebih dulu). Cuma mau tidak mau memang dua hari sebelum itu pakai uang pribadi dulu (dari PB), dana talangan dulu seperti itu."

© Ronald Seger Prabowo/INDOSPORT
Eko Yuli Irawan raih medali emas angkat besi kelas 61 kilogram putra di Nino Aquino Stadium, Manila, Senin (02/12/19). Copyright: Ronald Seger Prabowo/INDOSPORTEko Yuli Irawan raih medali emas angkat besi kelas 61 kilogram putra di Nino Aquino Stadium, Manila, Senin (02/12/19).

Bagi Eko, bertanding di SEA Games, Asian Games, maupun Olimpiade adalah pengalaman yang menyenangkan karena di sini ia bisa bertemu para rival yang juga ia anggap sebagai teman.

"Di angkat besi ini malah semua seperti teman atau saudara. Setiap event-an kita pasti ketemu kan."

Tak hanya itu, baginya olahraga angkat besi adalah salah satu yang paling fair karena dinilai berdasarkan gagal atau tidak gagal.

"Apalagi angkat besi terbuka kan penilaiannya. Siapa gagal, dia gagal. Jadi enggak ada namanya dicurangi. Bukan pakai poin seperti cabang-cabang bela diri."

Sederet hal-hal di atas membuat Eko selalu bersemangat untuk memberikan yang terbaik. Namun, bukan berarti tak ada duka yang dirasakan Eko.

Jauh dari Keluarga

Meninggalkan keluarga selama berminggu-minggu menjadi hal yang paling menyedihkan bagi Eko. Namun dengan pengalamannya yang sudah berulangkali turun di SEA Games, Asian Games, ditambah juga Olimpiade, hal ini perlahan-perlahan bisa ia atasi.

"Ya kita kan kadang ada training camp keluar, karena mau enggak mau kan harus ninggalin keluarga," ujar Eko.

"Kalau kayak gitu kan (meninggalkan keluarga) dari persiapan sudah pasti ya," lanjutnya.

Eko Yuli sendiri saat ini sudah berkeluarga dengan dikaruniai dua orang anak. Anak keduanya lahir usai dirinya meraih emas Asian Games 2018. Untungnya, segala pengalaman itu terbayar lunas. Hari ini Eko Yuli sukses mempersembahkan medali emas di nomor 61 kg putra.

Ternyata duka meninggalkan keluarga juga tak hanya dirasakan oleh Eko Yuli. Atlet boling putri Tanah Air, Sharon Liman Santoso, juga ikut merasakannya.

Sharon adalah atlet Tanah Air yang pernah turun di ajang Asian Games 2014 (medali perunggu), SEA Games 2017 (medali emas) dan Asian Games 2018.

Sama seperti cabang olahraga lainnya, Boling juga melakukan latihan sejak awal tahun baik itu untuk SEA Games maupun Asian Games. Apalagi, di SEA Games 2019 ini latihan tidak dilaksanakan di Jakarta, melainkan di Jakabaring, Palembang, yang mana membuat Sharon jauh dari tempat tinggal.

Persiapan yang dilakukan sepanjang tahun ini pun mengorbankan waktu Sharon dengan keluarga dan juga dalam pekerjaan.

"Ya karena persiapan SEA Games itu kan (diselenggarakan) akhir tahun ya. Jadi persiapannya itu sudah sepanjang tahun kita sudah capek. Keringat, air mata, semua sudah (dikeluarkan)," kata Sharon.

Namun bagi Sharon, semua itu akan berubah menjadi suka ketika segala persiapan terbayar dengan prestasi.

"Ketika nanti kita di sana kita bertanding, apalagi kalau kita menang, semuanya terbayar lunas sih.'

Pada SEA Games kali ini Sharon bertanding di tiga nomor (single, double, dan tim empat). Untuk target sendiri secara pribadi Sharon tak mematok capain tertentu, tetapi yang terpenting dirinya mampu mempersembahkan yang terbaik.

Sementara itu, pelatih Timnas Boling Indonesia, Gatot Aryo Nugroho, menargetkan timnya meraih medali minimal melebihi di SEA Games Malaysia 2017. Pada 2017 lalu, tim Boling Indonesia meraih dua medali emas, tiga perak, serta tiga perunggu.

Boling total diperkuat oleh 12 atlet. Sharon akan bertanding di tim regu putri berdampingan dengan atlet andalan Tanah Air lainnya, Tannya Roumimper.

Podium dan Cedera

Lain Eko dan Sharon, lain pula yang dirasakan oleh atlet atletik, Maria Natalia Londa. Maria Londa tampil di nomor lompat jauh dan telah mewakili Indonesia di berbagai kejuaraan dunia, termasuk SEA Games 2019 nanti. 

Bagi Maria cedera adalah hal yang paling membuatnya sedih karena dapat menghambat motivasi dan keinginannya untuk bertanding.

Bagi atlet peraih medali emas SEA Games 2015 di Singapura ini naik podium adalah perasaan suka yang paling ia ingin rasakan dalam perlombaan.

"Sukanya saat di podium di setiap perlombaan. Dukanya di saat motivasi lebih besar terkadang kondisi cedera menghampiri. Itu saat paling menguras emosi dan kesabaran," ujarnya saat dihubungi INDOSPORT beberapa waktu lalu.

Maria Natalia Londa tercatat pernah tampil di Asian Games 2014 (medali emas), SEA Games 2009 (perunggu), SEA Games 2011 (Perak), SEA Games 2013 (emas), SEA Games 2015 (emas), dan SEA Games 2017 (emas).

Atlet senior kelahiran Denpasar, 29 Oktober 1990, itu akan begabung bersama juniornya di tim atletik Tanah Air untuk SEA Games 2019.

Cabang atletik sendiri ditargetkan meraih banyak medali di SEA Games 2019 ini. Maklum cabor lumbung emas satu ini jadi andalan Indonesia di SEA Games 2017 lalu dengan raihan lima medali emas, tujuh perak, dan tiga perunggu.

Menurut Sekjen PB PASI, Tigor Tanjung, tim atletik Tanah Air akan memboyong 35 atlet beserta 23 ofisial untuk SEA Games 2019 Filipina nanti. 

Pada SEA Games 2019 Filipina Indonesia tampil di 52 cabang olahraga dengan menurunkan 841 atlet. Pemerintah dan KOI menargetkan Indonesia meraih 54 medali emas dengan marjin eror 10-15 persen.

Cabang-cabang unggulan Tanah Air di antaranya adalah angkat besi, atletik, badminton, menembak, tenis, pencak silat, dan panahan.