Mimpi Indonesia untuk menggelar ajang balap MotoGP sebentar lagi akan terwujud. Pemerintah Indonesia memastikan terus mempercepat pembangunan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika termasuk sirkuit MotoGP.
Sirkuit MotoGP di kawasan wisata Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut nantinya bakal dijajal pembalap-pembalap top dunia seperti Valentino Rossi, Marc Marquez, hingga Jorge Lorenzo. Menariknya, sirkuit yang akan dibangun ternyata memiliki konsep berbeda.
Sirkuit MotoGP yang akan dibangun di Lombok merupakan sirkuit dengan konsep jalan raya atau street circuit. Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Abdulbar M Mansoer menjelaskan, kawasan wisata itu akan dibuat seperti di Nusa Dua, Bali.
“Kita menyebutnya Mandalika Street Circuit, jadi nanti balapannya di jalan itu yang dibuat seperti sirkuit bertaraf internasional,” kata Abdulbar M Mansoer seperti dilansir Otomania.com.
Sirkuit Monte Carlo, Monaco yang menggelar balapan Formula 1 (F1).Abdulbar melanjutkan, sirkuitnya nanti hanya dipakai jika ada ajang balapan saja. Namun, nanti pengembangannya dilakukan oleh insinyur dan desainer ternama yang sudah terbiasa dan dipercaya membangun lintasan balap untuk MotoGP.
“Jadi selain untuk balapan motor lain seperti Super Bike, MotoGP juga bisa digelar di sirkuit itu. Bahkan, nanti kita akan bangun Convention Hall, yang nantinya bisa digunakan sebagai paddock ketika balapan berlangsung,” sambungnya.
Tak hanya itu, untuk tempat penonton akan dibuat khusus, bahkan nantinya penonton bisa melihat balapan di atas bukit, sehingga memberikan sensasi yang berbeda kepada pecinta balap.
“Bukit itu akan kita bangun, jadi nanti bisa melihat di sekeliling bukit. Intinya segala sesuatunya akan dipikirkan, termasuk fasilitas sirkuit lain,” ujar Abdulbar.
Menarik dinanti wujud dari sirkuit MotoGP Lombok yang tengah dalam proses pembangunan saat ini. Pasalnya, sirkuit jalan raya di MotoGP Lombok nanti akan seperti sirkuit Formula 1 (F1) milik Monaco (Sirkuit Monte Carlo) yang sudah ada sejak tahun 1929.