x

Ayrton Senna: Awal Kisah The Rain Man (Jilid I)

Kamis, 10 Maret 2016 19:00 WIB
Editor: Hendra Mujiraharja

Ya, kala itu, Senna merupakan salah satu pembalap paling sukses F1 di era modern. Aksinya di lintasan mampu membuat orang terpesona.

Dia mampu menggeber mobilnya hingga kecepatan maksimal untuk menjadi juara setiap balapan. Tidak heran, banyak orang beranggapan dia sebagai pembalap jet darat terhebat sepanjang masa.

Tentu, banyak yang tidak mengetahui sosok pembalap yang berkarier di F1 selama 1984-1994 tersebut. Termasuk bagaimana dia memulai kariernya sebagai pembalap dan sebagainya.

Berikut ini, INDOSPORT coba untuk mengulas mengenai sosok pembalap hebat yang satu ini mulai dari awal karier hingga dia meninggal dunia:


1. Lahirnya Pembalap Hebat

Ayrton Senna.

Ayrton Senna lahir di Pro-Matre Maternity Hospital di Santana, sebuah daerah yang dekat dengan Kota Sao Paulo, Brasil. Senna merupakan anak dari pasangan yang cukup kaya di Brasil, Milton da Silva dan Neide Senna da Silva.

Senna merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Dia memiliki kakak perempuan bernama Viviane dan Leonardo. Dia tinggal selama empat tahun di daerah antara Avenida Aviador Guilherme dengan Avenida Gil Santos Dumont.


Ayrton Senna mulai belajar mengemudikan mobil.

Sejak kecil Senna sudah sangat gemar beolahraga. Dia jago dalam olahraga senam dan lainnya. Pada usia empat tahun, Senna sudah sangat suka dengan dunia otomotif. Dia mulai gemar otak-atik mobil dan memulai hobi balapan motor.


2. Berawal dari Ajang Karting

Ayrton Senna.

Pada usia tujuh tahun, Senna mulai belajar mengendarai kendaraan jenis Jeep milik keluarganya. Setelah memutuskan untuk berkarier di dunia otomotif, Senna mengikuti kejuaraan karting di Sirkuit Interlagos pada usia 13 tahun.

Meski menghadapi pembalap yang lebih tua darinya, Senna sama sekali tidak gentar dan mampu tampil gemilang.

Sayang, pembalap asal Brasil tersebut gagal finis setelah bertabrakan dengan rivalnya. Dia mendapatkan dukungan dari ayahnya dan Lucio Pascal Gascon pun memutuskan untuk menjadi manajernya. Pada 1977, Senna berhasil memenangkan ajang Kart Championship di Amerika Selatan.


Ayrton Senna saat masih mengendarai mobil Karting.

Dari 1978-1982, Senna mengikuti kejuaraan Karting World Championship. Dia berhasil finish di posisi kedua tahun 1979 dan 1980. Setahun berikutnya, Senna memutuskan untuk pindah ke Inggris dan mulai mengikuti balapan di single-seater.

Memperkuat tim Van Diemen, Senna berhasil memperlihatkan bakatnya dengan memenangkan dua kejuaraan sekaligus RAC dan Townsend-Thoreson Formula Ford 1600. Awalnya, Senna sempat ragu akan melanjutkan karier di dunia balapan.

Sebab, Senna diminta untuk meneruskan usaha ayahnya. Setelah itu, dia mengumumkan pensiiun dari ajang Formula Ford dan kembali ke Brasil.  Tidak lama kemudian, Senna mendapat tawaran untuk memperkuat Formula Ford 2000 dengan bayaran 10 poundsterling atau sekitar Rp185 juta pada saat itu.

Dia pun memutuskan untuk menerima tawaran itu dan kembali ke Inggris. Awalnya, dia menggunakan nama Ayrton da Silva. Namun karena banyak orang Brasil yang menggunakan nama da Silva, maka dia memutuskan untuk memakai nama keluarga ibunya, Senna.

Pada 1982, Senna berhasil memenangkan kompetisi Formula Ford 2000 di Inggris dan Eropa. Setahun berikutnya, dia melanjutkan karier dengan berkompetisi di Formula Three British Championship. Memperkuat West Surrey Racing, Senna berhasil menjuarai kompetisi tersebut.

Di tahun yang sama, Senna juga berhasil menjadi juara di ajang Formula 3 yang berlangsung di Macau bersama Theodore Racing Team.


Ayrton Senna saat mengendarai mobil Formula Ford.


3. The Next Rising Star F1

Ayrton Senna saat mengendarai mobil milik Tim Toleman.

Aksi cemerlangnya di ajang Formula 3 membuat sejumlah tim Formula 1 (F1) tergiur untuk meminangnya. Pada 1984, Toleman menjadi tim yang sangat beruntung mendapatkan servis pembalap berbakat asal Brasil tersebut.

Sebagai pembalap debutan, sebuah hal yang wajar jika Senna tidak diunggulkan. Namun, dia justru tampil mengejutkan pada debutnya di ajang F1. Senna mengawali debutnya dengan mengikuti Grand Prix F1 Brasil di Rio de Janeiro.

Memulai dari posisi 17, Senna sempat tampil mengesankan. Sayang, mesin mobil Hart 415T dari mobil TG183B miliknya meledak pada lap kedelapan.

Senna berhasil mencetak poin pertamanya di ajang F1 dengan finish pada posisi keenam di Grand Prix Afrika Selatan dan Grand Prix Belgia. Pada dua seri Grand Prix tersebut Senna mampu finish di posisi keenam.

Puncaknya, Senna mampu finish di posisi runner-up pada seri legendaris Grand Prix Monaco. Pada seri itu, hujan deras mengguyur lintasan sirkuit jalan raya Monte Carlo, di mana Senna memulai lomba dari posisi start ke-13.

Namun, cuaca buruk justru menguntungkan Senna. Meski hanya mengendarai mobil dari tim papan bawah, Senna mampu melewati pembalap-pembalap senior yang berada di depannya seperti pembalap Williams, Keke Rosberg, serta dua Ferrari, Rene Arnoux dan Michele Alboreto. Bahkan pembalap top sekaliber Nigel Mansell dan Niki Lauda tergelincir karena lintasan licin.

Sayang ketika Senna sudah berada di posisi runner-up dan hendak merebut posisi puncak dari pembalap McLaren, Alain Prost, tiba-tiba panitia mengibarkan bendera merah tanda diberhentikannya balapan, karena cuaca yang semakin buruk. Senna keluar di podium kedua, terpaut 0,091 detik dari Prost yang menjadi pemenang GP Monaco 1984.
 

Walaupun pada akhir musim Senna hanya mampu finish di posisi ke-13, penampilan gemilang Senna pada lintasan basah yang diguyur hujan deras di GP Monaco menjadi legenda.

Sejak saat itu Senna mulai menjadi rival abadi Prost di F1, dan hingga saat ini dia tercatat sebagai pembalap tersukses di GP Monaco dengan catatan enam kali menang. Senna pun mendapat julukan The Rain Man karena piawai melibas lintasan basah karena hujan.

Ingin tahu kisah Senna saat menjadi juara F1 dan rivalitasnya dengan Alain Prost? Saksikan kelanjutannya pada Kamis (17/03/16).

F1Formula 1Ayrton SennaIn Depth SportsLegenda Olahraga

Berita Terkini