x

Ayrton Senna: Sang Legenda F1 yang Ramalkan Kematiannya Sendiri

Jumat, 18 September 2020 10:33 WIB
Editor: Lanjar Wiratri
Legenda F1 asal Brasil, Ayrton Senna.

INDOSPORT.COM - Legenda Formula 1 (F1) Ayrton Senna ternyata memiliki cerita menarik yang rasanya tak masuk akal jika dicermati semasa hidupnya. Eks pembalap F1 asal Brasil itu pernah diketahui meramalkan kematiannya.

Kecelakaan tragis menimpa Senna saat balapan di F1 GP San Marino di Sirkuit Imola, Italia pada 1 Mei 1994. Senna yang sukses menjadi juara dunia sebanyak tiga kali di tahun 1988, 1990, dan 1991 saat itu memimpin balapan.

Baca Juga
Baca Juga

Senna sebelumnya optimistis mampu meraih gelar juara di Imola dan merasa akan mampu mengejar ketertinggalannya setelah kalah dia dua seri awal. Senna meraih pole position untuk ke-65 kalinya (sekaligus yang terakhir) di Imola.

Meski meyakini Imola akan dikuasainya, namun pembalap asal Brasil itu sudah sempat melayangkan kritik keras usai di sesi latihan bebas rekan senegaranya, Rubens Barrichello mengalami kecelakaan serius.

Kecelakaan itu membuat Barrichello mengalami patah lengan dan hidung setelah mobilnya terbang keluar lintasan di area chicane Variante Bassa sebelum menghantam dinding.

Senna yang melihat insiden tersebut memutuskan untuk meninggalkan mobilnya dan berlari ke arah Barrichello untuk menolongnya. Senna bahkan menemani Barrichello hingga sadar sebelum kembali membalap.

Barrichello bahkan menyebut wajah Senna lah yang pertama kali ia lihat saat sadar. Senna akhirnya tetap mengikuti balapan seperti biasanya dan ia sukses mempertahankan posisi pertama dari kejaran rivalnya, Michael Schumacher.

Pria kelahiran 21 Maret 1960 itu tancap gas di lap ke-6 setelah balapan sempat dihentikan karena kecelakaan yang menimpa JJ Lehto dari Benetton-Ford. 

Lehto mengalami gangguan teknis dan ditabrak oleh Pedro Lamy dari Lotus-Mugen-Honda. Sebuah roda dan puing terbang dan mendarat di tribun utama, melukai delapan penonton dan seorang polisi. 

Baca Juga
Baca Juga

Namun malang tak bisa ditolak karena giliran Senna lah yang mengalami kecelakaan hebat. Mobil Williams Renault yang dikendarainya menabrak dinding tikungan Tamburello pada lap 7. 

Bendera merah dikibarkan dan Senna yang tak sadarkan diri langsung dievakuasi keluar dari mobilnya. Ia kehilangan 4,5 liter darah dan jantungnya melemah hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit Maggiore di Bologna dan dinyatakan meninggal dunia tak lama setelahnya karena mati otak (brain dead).


1. Ayrton Senna Ramalkan Kematiannya Sendiri?

Ayrton Senna

Tak banyak yang tahu cerita di balik Ayrton Senna yang sempat meramalkan kematiannya sendiri pada awal tahun 1994, beberapa bulan sebelum kecelakaan hebat yang merenggut nyawanya.

"Saya ingin hidup dengan penuh, sangat intens, saya tidak ingin setengah menjalani hidup, tidak ingin menderita penyakit, atau cedera," kata Ayrton Senna seperti dikutip dari situs resmi F1.

"Jika saya nanti mengalami kecelakaan yang pada akhirnya merenggut nyawa saya berharap itu terjadi secara instan," tambahnya.

Kata-kata tersebut seolah menjadi kenyataan karena Senna akhirnya meregang nyawa saat kecelakaan di lintasan balap. Ia pergi untuk selamanya di usia 34 tahun, bukan karena sakit atau cedera yang membuatnya tak mampu menjalani hidup secara utuh.

Kematian Senna dianggap sebagai tragedi nasional. Pemerintah Brasil menyatakan tiga hari berkabung nasional. Diperkirakan tiga juta orang berbondong-bondong ke jalan-jalan di kota kelahiran Senna di Sao Paulo untuk memberi penghormatan terakhir kepadanya.

Prosesi pemakaman Senna yang dilakukan pada 4 Mei 1994 dianggap sebagai pemakaman dengan jumlah pelayat terbesar di zaman modern.

Untuk balapan berikutnya di Monako, FIA memutuskan untuk membiarkan dua posisi grid pertama kosong dan melukisnya dengan warna bendera Brasil dan Austria, untuk menghormati Senna dan Ratzenberger.

Senna sendiri sebenarnya sempat berencana untuk mengibarkan bendera Austria saat finis di balapan Imola untuk menghormati Roland Ratzenberger.

Ratzenberger meninggal akibat kecelakaan fatal di sesi kualifikasi GP San Marino 1994 sehari sebelum Ayrton Senna meninggal dunia akibat kejadian serupa. Namun sayang harapan Senna tak terwujud karena ia sendiri tak pernah mencapai garis finis hari itu.

F1Formula 1Ayrton SennaBerita F1

Berita Terkini