x

Hitler dan Nazi Jadi 'Hantu' untuk Lewis Hamilton yang Berjuang Hilangkan Rasisme di F1

Sabtu, 10 Oktober 2020 14:08 WIB
Editor: Lanjar Wiratri
Lewis Hamilton dianggap menjadi inspirasi banyak orang setelah perjuangannya menyuarakan anti rasisme di ajang Formula 1 (F1).

INDOSPORT.COM - Lewis Hamilton dianggap menjadi inspirasi banyak orang setelah perjuangannya menyuarakan anti rasisme di ajang Formula 1 (F1). Meski berani bersuara, namun sikap vokal Hamilton terkait gerakan Black Lives Matter justru dianggap tak pada tempatnya.

Banyak hal yang dilakukan Hamilton untuk menggaungkan sikap anti rasismenya di kancah F1 di mana hal tersebut tentu sangat patut diapresiasi. Namun orang-orang di sekitar pembalap Inggris itu tak semuanya berpihak kepadanya.

Baca Juga
Baca Juga

Pro kontra wajar terjadi terlebih Hamilton sempat menyuarakan dan mengkritik pembalap-pembalap lain yang dinilainya pasif untuk melek terhadap masalah rasisme.

Pembunuhan George Floyd oleh polisi kulit putih Amerika Serikat membuat jiwa pergerakan Hamilton untuk menyudahi aksi rasisme makin menggelora. Mercedes mebubah mobil mereka menjadi corak hitam sebagai bentuk dukungan untuk aksi Hamilton.

Harus diakui berkat Hamilton, F1 kini giat mendorong masyarakat yang lebih adil dan setara, dan pada gilirannya, meningkatkan keragaman di kejuaraan balap jet darat itu.

Namun hal itu itu juga tetap membuat banyak orang kesal atau tidak puas. Beberapa orang marah pada Hamilton dan F1, beberapa bingung mengapa itu perlu, beberapa merasa masalah non-balap yang dipaksakan di depan mereka.

Memerangi rasisme memang tak cukup dan rasanya sulut hanya dilakukan lewat cara-cara simbolis seperti yang dilakukan Hamilton. Masalah sejarah berabad-abad lamanya menjadi penyebab rasisme sulit dihilangkan.

Untuk mengetahui seberapa jauh rasanya Lewis Hamilton terus memperjuangkan masalah rasisme dan beberapa alasan yang justru membuatnya kelihatan hilang konsep, berikut INDOSPORT merangkumnya.

Lewis Hamilton Tak Boleh Hanya Ikut-ikutan

Lewis Hamilton memang boleh saja berbicara mengenai rasisme, bersikap vokal agar banyak orang di luar sana juga menyadari betapa kompleksnya permasalahan ini. 

Namun yang perlu diperjelas di sini, juara bertahan F1 itu bukanlah pejuang hak-hak sipil dan tak bisa sekejap menjadikan dirinya sendiri aktivis di garis terdepan perjuangan.

Sebagai orang awam, kita tentu harus banyak belajar mengenai rasisme begitu juga Hamilton yang tak boleh hanya sekadar ikut-ikutan. 

Tentu tak mudah untuk membicarakan masalah rasisme jika kita tak pernah terlalu mendalaminya atau hanya baru saja menyadarinya dalam waktu yang belum terlalu lama.

Baca Juga
Baca Juga

Pembunuhan George Floyd menghidupkan kembali gerakan besar-besaran di seluruh dunia. Ini mendorong rasisme ke dalam kesadaran publik. Hamilton juga. Dia bergabung dengan gerakan ini dan menggunakan platform besarnya.

“Saya memiliki platform dan saya pikir tidak akan bertanggung jawab jika saya tidak menggunakannya untuk membantu mendidik orang, mendidik diri sendiri, dan benar-benar mendorong akuntabilitas di tempat saya bekerja, dan dalam industri tempat saya bekerja,” kata Hamilton seperti dilansir dari The Race.


1. F1 Tidak Memiliki Masalah dengan Keragaman

Lewis Hamilton di sesi kualifikasi F1 GP Belgia 2020.

F1 harus diakui tidak terlalu memiliki masalah dengan keragaman. Tetapi kurangnya keragaman dapat menjadi konsekuensi dari rasisme yang kurang terbuka.

Jadi bukan berarti F1 itu rasis. Namun tidak perlu kebijakan 'khusus kulit putih' yang eksplisit untuk menjadi eksklusif.

Sudah 13 tahun sejak Hamilton masuk F1, 12 tahun sejak dia menjadi pembalap terbaik di dunia. Hamiltom sudah menjadi contoh hebat untuk menjadi panutan dan inspirasi calon-calon pembalap kulit hitam lainnya.

Tidak ada pembalap kulit hitam lainnya yang berhasil mencapai F1. Berapa banyak yang yang bahkan sampai di Formula 3?

Ini serupa di sisi mekanik dan teknik. Ada sebagian besar para pekerja kulit putih di paddock. Meski kurang memiliki keragaman, namun bukan berarti rasisme tidak bisa terjadi bukan?

Sejarah Mercedes dengan Hitler

Hal ini menjadi perdebatan, karena rasanya salah tidak membiarkan Lewis Hamilton berjuang melawan rasisme karena sejarah masa lalu timnya, Mercedes dengan Adolf Hitler dan Nazi.

Pertama-tama Mercedes bukanlah cerminan nilai-nilai Partai Nazi yang memiliki sejarah menyuplai barang-barang persenjataannya pada tahun 1930-an dan awal tahun 40-an.

Daimler-Benz tidak mencoba menyembunyikan bagian dari sejarahnya, atau bahwa ia menghasilkan uang dari bisnis it. Tetapi setelah perang, mereka terlibat dalam inisiatif untuk memberikan kompensasi dan bantuan kepada para korban kerja paksa saat Nazi berkuasa.

Apapun alasannya, kesalahan telah diakui. Mercedes modern yang diwakili Hamilton bukanlah bagian dari Nazi.

Lewis Hamilton harus melalui banyak rintangan untuk terus menyuarakan dukungannya menghilangkan rasisme. Namun ia tetap memilih untuk berani dan tak goyah dengan semua tuduhan yang diarahkan padanya.

Lewis HamiltonF1Formula 1Mercedes

Berita Terkini