Pencak Silat Diakui UNESCO, Hanifan Yudani Tunggu Aksi Pemerintah

Jumat, 13 Desember 2019 21:01 WIB
Penulis: Martini | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Herry Ibrahim/Indosport.com
Pencak silat diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada Kamis (12/12/19), pesilat Hanifan Yudani Kusumah menunggu aksi pemerintah untuk pembinaan. Copyright: © Herry Ibrahim/Indosport.com
Pencak silat diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada Kamis (12/12/19), pesilat Hanifan Yudani Kusumah menunggu aksi pemerintah untuk pembinaan.

INDOSPORT.COM – Pesilat nasional Indonesia, Hanifan Yudani Kusumah menyambut antusias keputusan UNESCO yang menetapkan pencak silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada Kamis (12/12/19) lalu di Bogota, Kolombia.

Sebagaimana diketahui, pencak silat kini semakin mendapat pamor dalam kompetisi olahraga internasional, mulai dari SEA Games hingga Asian Games. Banyak pula komunitas perguruan dan festival pencak silat yang digelar oleh berbagai negara.

Baru-baru ini, pencak silat juga turut dipertandingkan dalam pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara, SEA Games 2019 di Manila, Filipina. Wakil Indonesia turut mendominasi di berbagai nomor, namun, perolehan medali emas yang didapat tak sebanyak Asian Games 2018 lalu.

Hal ini membuat pesilat Hanifan Yudani Kusumah berharap akan ada aksi lanjutan dari pemerintah perihal pembinaan pencak silat, sehingga kedepannya Indonesia bisa kembali menjadi raja silat di Asia dan bahkan dunia.

“Pertama-tama, bersyukur melihat perjuangan pemerintah dan orang-orang pencak silat di Indonesia, ikhtiarnya membuahkan hasil yang cukup maksimal, ada jawaban dari UNESCO,” sebut Hanifan saat dihubungi awak redaksi berita olahraga INDOSPORT.com, Jumat (13/12/19).

“Semoga dengan adanya pengumuman itu, pemerintah bisa lebih peduli lagi, khususnya untuk cabang pencak silat, entah di seninya atau dalam prestasinya, dan juga pembinaannya,” harap Hanifan.

Perlu diketahui, dilansir dari situs Kemendikbud, pembahasan untuk mengakui pencak silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda ini sudah dilakukan sejak awal tahun lalu, sementara pengajuan ke UNESCO telah dilakukan sejak Maret 2017 silam.