Pantas Banyak yang Tergoda, Ini Imbalan dari Pengaturan Skor di Bulutangkis

Jumat, 2 Maret 2018 17:50 WIB
Penulis: Alfia Nurul Fadilla | Editor: Ardini Maharani Dwi Setyarini
© Humas PBSI
kevin/Marcus saat meraih gelar juara di India Open 2018 Copyright: © Humas PBSI
kevin/Marcus saat meraih gelar juara di India Open 2018

Kasus pengaturan skor nampaknya sering terjadi di berbagai cabang olahraga. Salah satunya juga pernah terjadi di dunia bulutangkis.

Beberapa pemain pernah didekati para pelaku match fixing ini untuk sengaja mengalah di pertandingan tertentu. Imbalan yang dijanjikan pun tak sedikit, nilainya cukup menggiurkan.

© Fourthofficial.com
zulfadli zulkifli Copyright: Fourthofficial.comzulfadli zulkifli

Beberapa waktu lalu, dua pemain Malaysia, Zulkifli Zulfadli dan Tan Chun Seang terlibat juga atas kasus ini. Rupanya ini bukan tahun pertama, di tahun 2014 lalu ganda putra Denmark, Kip Astrup, pernah juga diajak kerja sama untuk berpura-pura kalah saat bermain di ajang Singapura Terbuka dan Piala Thomas.

Sang penyogok menawarkan imbalan sebesar 3000 Euro per pertandingan, atau sekitar Rp 50,4 juta rupiah. Namun Astrup kala itu menolak tawaran ini dan melaporkan kasus ini ke Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).

Dari informasi yang dilansir di berbagai sumber, harga imbalan minimal untuk pengaturan skor ini pernah mencapai 4.200 Euro, atau sekitar Rp 70,6 juta rupiah per pertandingan.

Apalagi dengan adanya peraturan baru BWF yang menyebut bahwa pemain yang kalah di babak pertama dalam turnamen level super yang hadiahnya bisa mencapai 700.000 dollar Amerika (sekitar Rp9,4 Miliar), akan juga bisa membawa pulang uang sebesar 0,1 persen dari total hadiah.

Artinya, pemain yang kalah masih bisa pulang membawa uang. Sekitar Rp 10 juta di tambah uang match fixing dari lawan Rp 70 juta tadi. Tentunya hal ini akan sangat menggiurkan jika ada pebulutangkis yang tergoda.