In-depth

Analisis Kevin/Marcus di Kejuaraan Dunia 2019, Akan Juara atau 'Habis Bensin'?

Rabu, 31 Juli 2019 16:35 WIB
Editor: Abdurrahman Ranala
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Kevin Sanjaya/Marcus Gideon berhasil menjadi juara sektor ganda putra setelah mengalahkan ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan pada babak final Indonesia Open 2019, Minggu (21/07/19). Foto: Herry Ibrahim/INDOSPORT Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Kevin Sanjaya/Marcus Gideon berhasil menjadi juara sektor ganda putra setelah mengalahkan ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan pada babak final Indonesia Open 2019, Minggu (21/07/19). Foto: Herry Ibrahim/INDOSPORT

INDOSPORT.COM - Kevin/Marcus tampil dalam beberapa turnamen berturut-turut di bulan Juli. Kevin Sanjaya/Marcus Gideon dikhawatirkan akan kehabisan bensin di Kejuaraan Dunia BWF 2019. 

Ganda putra andalan Indonesia, Kevin Sanjaya/Marcus Gideon, kembali meraih gelar demi gelar di tahun 2019 ini. Kevin/Marcus sudah memenangkan 4 gelar BWF World Tour 2019. 

Gelar tersebut adalah Malaysia Masters 2019, Indonesia Masters 2019, Indonesia Open 2019, dan Japan Open 2019. Gelar Indonesia Open 2019 dan Japan Open 2019 dimenangkan secara beruntun. 

Setelah memenangkan Japan Open 2019, Kevin/Marcus kemudian harus langsung bertarung di Thailand Open 2019. Padatnya jadwal yang dihadapi Kevin/Marcus, menimbulkan kekhawatiran. 

Kekhawatiran terbesar adalah Kevin/Marcus gagal berprestasi di Kejuaraan Dunia BWF 2019

Kelelahan 

Faktor utama yang dihadapi oleh Kevin/Marcus dengan jadwal yang ada adalah kelelahan. Kelelahan ini dipicu oleh jeda antar turnamen yang sangat mepet. 

Sebagai contoh, Indonesia Open 2019 berakhir pada tanggal 21 Juli 2019. Sedangkan Japan Open 2019 dimulai pada 23 Juli 2019. 

Kevin/Marcus yang menjadi juara di Indonesia Open 2019, artinya hanya ada waktu istirahat sebanyak 2 hari. Berbeda ceritanya jika Kevin/Marcus sudah kalah di babak pertama. 

Kevin/Marcus bisa mendapat istirahat hingga 7 hari tanpa bertanding. Meskipun tidak bertanding, Kevin/Marcus pun tetap harus menjalani latihan. 

Selain berhadapan dengan jarak waktu turnamen yang berdekatan. Jarak antar negara tempat turnamen dilaksanakan juga menjadi faktor kelelahan. 

Seperti contohnya, Indonesia ke Jepang, lalu Jepang ke Thailand, setelah dari Thailand, Kevin/Marcus akan melakukan perjalanan ke Swiss tempat berlangsungnya Kejuaraan Dunia BWF. 

Jeda waktu antar turnamen yang seharusnya bisa dipakah untuk istirahat, kadang harus terpakai untuk melakukan perjalanan ke negara tempat turnamen berikutnya. 

Kelelahan yang dihadapi ini, bisa membuat pemain rentan menghadapi cedera. Seperti yang ditakutkan oleh pelatih ganda putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi. 

"Ada satu yang saya takut, yakni kalau Kevin dan Marcus cedera," kata Herry.

Antiklimaks?

Selain cedera, kelelahan yang dialami oleh Kevin/Marcus juga bisa berpengaruh kepada penampilan mereka di turnamen berikutnya. 

Hal ini sebenarnya pernah terjadi kepada Kevin/Marcus di tahun 2018 lalu. Kevin/Marcus menjuarai Indonesia Masters 2018 dan India Open 2018 di awal tahun. 

Kemudian Kevin/Marcus menang di Denmark Open 2018 pada bulan Oktober, kemudian menjuarai China Open 2018 di awal November. 

Seminggu kemudian, Kevin/Marcus memenangkan Hong Kong Open 2018. Hasilnya, Kevin/Marcus tampil antiklimaks dan harus mundur dari BWF World Tour Finals 2018 setelah menjalankan dua pertandingan. 

Skema antiklimaks seperti inilah yang menghantui Kevin/Marcus di Kejuaraan Dunia BWF 2019