In-depth

Menimbang Prestasi Bulutangkis, Perlukah Indonesia Gunakan Pelatih Asing?

Sabtu, 10 Agustus 2019 16:50 WIB
Penulis: Martini | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Mulyo Handoyo dan Hendrawan. Copyright: © Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Mulyo Handoyo dan Hendrawan.

INDOSPORT.COM – Bulutangkis Indonesia memang menjadi salah satu yang terbaik di dunia saat ini. Bahkan dalam klasemen BWF World Tour 2019 paska gelaran Thailand Open 2019 pada 4 Agustus lalu, Indonesia berada di urutan ketiga di bawah perolehan China dan Jepang.

Indonesia sudah mengoleksi dua medali emas dari level Super 1000, yakni dari ajang All England Open 2019 dan Indonesia Open 2019. Kedua medali emas dipersembahkan oleh wakil ganda putra, yakni dari pasangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.

Ganda putra Indonesia juga saat ini diakui menjadi yang terbaik di dunia, dengan dua pasangan yang bertengger di posisi pertama dan kedua ranking BWF. Herry Iman Pierngadi patut berbangga dengan pencapaian kariernya sebagai pelatih ganda putra Indonesia.

Dari nomor tunggal putra, pelatih Hendry Saputra juga terus membenahi pola pelatihannya hingga akhirnya dua wakil Indonesia mampu berada di Top 10 dunia, yakni Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting.

Dengan hasil gemilang dua pelatih asal Indonesia itu, apakah perlu jika PBSI selaku induk bulutangkis nasional mendatangkan pelatih asing untuk perkembangan bulutangkis Indonesia?

Ada beberapa pertimbangan yang menjadi tolok ukur untuk mendatangkan pelatih asing di cabang olahraga bulutangkis, salah satunya adalah karena merosotnya prestasi di beberapa sektor, khususnya tunggal putri dan ganda putri.

Tak satu pun wakil Indonesia mampu menembus Top 10 nomor tunggal putri, sebab Gregoria Mariska Tunjung yang meraih peringkat tertinggi pun kini hanya mampu berada di peringkat 20 besar.

Demikian pula dengan nomor ganda putri yang hanya mengandalkan pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu, meski keduanya kerap kali mendapat batu sandungan dan sering menuai kekalahan saat bertemu pasangan ganda putri asal Jepang.

Saat ini tiga pasangan ganda putri Jepang mendominasi di tiga besar dunia, sehingga Indonesia patut mengamati bagaimana pembinaan pelatih Jepang dalam memoles anak asuhnya di sektor ganda putri.

Hal tersebut setidaknya dapat menjadi alasan kuat mengapa Indonesia perlu mendatangkan pelatih asing untuk bulutangkis, namun cukup mengisi di beberapa nomor saja seperti ganda putri dan tunggal putri.

Sementara itu potensi pelatih asal Indonesia juga bisa diteruskan untuk melatih ke luar negeri, seperti misalnya beberapa nama terdahulu yakni Hendrawan di Malaysia, Rionny Mainaky di Jepang, Rexy Mainaky di Thailand, hingga Flandy Limpele dan Mulyo Handoyo di India.