Greysia/Apriyani Raih Perunggu, PBSI Bergegas Cari Pelapis di Sektor Ganda Putri

Senin, 26 Agustus 2019 20:44 WIB
Penulis: Shintya Maharani | Editor: Isman Fadil
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Ganda Putri Indonesia, Greysia Polii/Apriani Rahayu berhasil mengalahkan ganda Jepang, Ayoko Sakuramoto/Yukito Takahata dengan skor 21-15 dan 21-16 pada babak pertama Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Selasa (16/07/19). Foto: Herry Ibrahim/INDOSPORT Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Ganda Putri Indonesia, Greysia Polii/Apriani Rahayu berhasil mengalahkan ganda Jepang, Ayoko Sakuramoto/Yukito Takahata dengan skor 21-15 dan 21-16 pada babak pertama Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Selasa (16/07/19). Foto: Herry Ibrahim/INDOSPORT

INDOSPORT.COM - Sama seperti tahun 2018 lalu, pasangan Ganda Putri andalan Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu kembali mendapatkan medali perunggu pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019 di St. Jakobshalle Basel, Swiss.

Langkah Greysia/Apri terhenti di semifinal oleh pasangan Jepang Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara lewat dua gim dengan skor 12-21 dan 19-21, Sabtu (24/8/19).

Meskipun kembali gagal melaju ke final dan mempersembahkan emas, Achmad Budiharto selaku Sekretaris Jendral PBSI mengaku senang dan bersyukur atas pencapaian mereka.

"Iya, saya senang karena kita kembali dapat 1 medali dari Greysia/Apri pada Kejuaraan  Dunia 2019 ini. Tetapi saya kira tidak hanya sampai di sini, kita semua harus terus berusaha untuk cari pelapis mereka," ucap Achmad Budiharto kepada INDOSPORT.com, Senin (26/8/19).

Sebagai informasi, Indonesia sendiri mengirim tiga pasangan Ganda Putri ke Kejuaraan Dunia 2019, yakni Greysia Polii/Apriyani Rahayu, Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta yang berhenti di babak 16 besar, sedangkan Jauza Fadhila Sugiarto/Yulfira Barkah langsung tersingkir di babak pertama.

"Biar nanti diolah terus oleh pelatih (Eng Hian) agar bisa menemukan pelapis Greysia/Apri. Kan sudah ada Della/Rizki dan Ketut/Tania lalu juga ada junior lagi dibawahnya kan," ucap Achmad.

Achmad mengungkapkan, PBSI tidak mau mengulang kesalahanya pada beberapa tahun lalu yang lengah dalam pencarian pelapis untuk pemain utama.

"Selalu dari waktu ke waktu pasti setelah juara kami langsung fokus cari regenerasi,"

"Karena dulu bulutangkis Indonesia pernah punya pengalaman kemana-mana pakai yang juara terus, akhirnya tumbang," pungkasnya.