In-depth

Greysia/Apriyani Performanya Menurun, Perlu Dirombak?

Sabtu, 26 Oktober 2019 19:05 WIB
Editor: Juni Adi
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Ganda Putri Indonesia, Greysia Polii/Apriani Rahayu berhasil mengalahkan ganda Jepang, Ayoko Sakuramoto/Yukito Takahata dengan skor 21-15 dan 21-16 pada babak pertama Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Selasa (16/07/19). Foto: Herry Ibrahim/INDOSPORT Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Ganda Putri Indonesia, Greysia Polii/Apriani Rahayu berhasil mengalahkan ganda Jepang, Ayoko Sakuramoto/Yukito Takahata dengan skor 21-15 dan 21-16 pada babak pertama Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Selasa (16/07/19). Foto: Herry Ibrahim/INDOSPORT

INDOSPORT.COM - Nasib buruk harus kembali dialami oleh sektor ganda putri Indonesia, di ajang turnamen bulutangkis dunia. Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang menjadi andalan, lagi-lagi harus menuai hasil mengecewakan.

Gagal melangkah jauh di Denmark Ope 2019, karena dikalahkan pasangan Korea Selatan, Chang Ye Na/Kim Hye Rin dengan skor 21-14, 21-10 di babak kedua, Greysia/Apriyani mengulangi catatan buruk itu di ajang selanjuntya.

Kali Greysia/Apriyani tampil buruk di French Open 2019. Langkah mereka hanya mampu sampai babak kedua, setelah dihentikan pasangan China, Liu Xuan Xuan/Xia Yu Ting dengan skor 13-21, 21-16, 21-16.

Kekalahan ini tentunya membuat publik Indonesia, khususnya para pecinta bulutangkis Tanah Air sangat kecewa. Pasalnya, lawan yang dihadapi Greysia/Apriyani secara pringkat jauh di bawah mereka.

Saat ini Greysia/Apriyani berada di peringkat ke-6 dunia, sedangkan Liu Xuan/Xia Yu bertengger di posisi ke-28. Di atas kertas, harusnya Greysia/Apriyani mampu mengalahkan lawannya itu tanpa susah payah.

Selain itu, rapor merah yang dialami Greysia/Apriyani di tahun 2019 ini seolah menjadi tamparan keras bagi jajaran pengurus Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), untuk melakukan pembenahan.

Hal tersebut dilakukan guna meningkatkan prestasi ganda putri Indonesia, seperti yang pernah ada dalam sosok duet Liliyana Natsir/Vita Marissa.

Pasangan ini sukses mengembalikan pamor Indonesia di kancah internasional. Prestasi pertama keduanya yakni menjuarai China Masters Superseries 2007.

Keduanya kembali menjadi andalan Indonesia pada Piala Uber 2008 di Jakarta dan konsisten menyumbang poin. Prestasi itu berlanjut. Liliyana/Vita berhasil menjuarai Indonesia Open 2008 dan mengantarnya ke peringkat 4 dunia.

Penyebab Menurunnya Greysia/Apriyani

Pelatih pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu, Eng Hian pun geram. Dirinya bahkan memberikan ultimatum kepada keduanya, dan menjelaskan faktor apa yang membuat mereka melempem di French Open 2019.

“Menurut saya kehidupan sosial media mereka sudah tidak sehat. Jadi setelah ini mereka akan saya minta off semua sosial media. Tidak ada membaca informasi dari sosial media,” ujar Eng Hian di laman resmi PBSI.

Lebih lanjut, Eng Hian juga akan meminta agar kedua anak asuhnya itu melakukan pembenahan mental, guna mengembalikan kepercayaan dirinya demi meraih banyak poin untuk berlaga di Olimpiade 2020 mendatang.

“Perlu saya garis bawahi, siapa yang memberikan mereka beban? Saya secara khusus tidak pernah menargetkan harus juara ini dan itu, dari binpres juga nggak ada statement langsung," katanya.

"Di media-media pun saya rasa tidak ada yang memberitakan kalau Greysia/Apriyani harus juara. Siapa yang membebankan? Ya diri mereka sendiri. Itu yang membuat mereka beban,” sambungnya.

Perlu Dirombak? 

Terakhir kali pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu meraih gelar juara di ajang India Open 2019, pada Maret lalu. Keduanya sukses menumpaskan perlawanan wakil Malaysia, Chow Mei Kuan/Lee Meng Yean, 21-11, 25-23.

Tujuh bulan lebih tanpa gelar juara, merupakan hasil buruk yang perlu dievaluasi. Salah satu opsi terbaik untuk menghancurkan tembok kebuntuan prestasi dari ganda putri adalah, melakukan perombakan terhadap pasangan ini.

Akan tetapi hal itu perlu dipertimbangkan dengan matang, mengingat keduanya sedang mengejar poin untuk berlaga di Olimpiade 2020 mendatang.

"Yang paling utama saat ini adalah mengembalikan pola pikir mereka. Pulang dari sini mereka akan saya program untuk back to zero. Semuanya. Dari gaya hidup, pola latihan, dan berbagai hal lainnya akan saya program ulang," tukas Eng Hian.