Ternyata Hal Ini Penyebab Kevin/Marcus Kalah Dramatis dari Endo/Watanabe

Senin, 16 Maret 2020 10:26 WIB
Penulis: Shella Aisiyah Diva | Editor: Lanjar Wiratri
© Theresia Simanjuntak/INDOSPORT
Pasangan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon membongkar penyebab kekalahan dramatis atas Hiroyuki Endo/Watanabe di final All England 2020. Copyright: © Theresia Simanjuntak/INDOSPORT
Pasangan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon membongkar penyebab kekalahan dramatis atas Hiroyuki Endo/Watanabe di final All England 2020.

INDOSPORT.COM - Pasangan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon membongkar penyebab kekalahan dramatis atas Hiroyuki Endo/Watanabe di final All England 2020.

Bertemu kembali dengan pasangan Endo/Watanabe di final All England 2020, pasangan Kevin/Marcus harus kalah dalam pertandingan rubber game pada Minggu (15/03/20) di Arena Birmingham, Inggris.

Pasangan Kevin/Marcus diketahui harus tertikung di game pertama dengan skor 18-21, sebelum akhirnya berhasil mengambil alih game kedua dengan skor 21-12 dari pasangan Endo/Watanabe.

Di game ketiga, mereka yang sempat tertinggal berhasil kembali mengejar hingga akhirnya dan sebenarnya sempat leading 19-18, namun sayang, penyelesaian akhir yang kurang tenang membuat pasangan Kevin/Marcus harus kalah dramatis dari Endo/Watanabe di final All England 2020.

"Pastinya kami sudah mencoba melakukan yang terbaik. Game pertama kami sudah fight, terus memang kalah. Game kedua kami ubah strategi, mainnya agak dipelanin sedikit, di situ sudah ketemu polanya. Tapi game ketiga mereka coba mempercepat permainan lagi," katanya.

"Kami sudah coba melakukan dengan maksimal, kami juga sudah mengejar. Kami sudah melakukan yang terbaik. Akhir-akhir kami juga unggul 19-18, tapi mereka maju lagi nempel ke net. Ya mungkin belum rejeki ya,” ujar Marcus Gideon dikutip dari laman resmi PBSI.

“Waktu kami unggul 19-18 memang sedikit buru-buru ya. Pengen menyerang duluan malah mati sendiri,” pungkas Kevin Sanjaya.

Kekalahan di final All England 2020 menjadi kekalahan keenam pasangan Kevin/Marcus atas Endo/Watanabe sekaligus harus merelakan trophy juara turnamen bulutangkis tertua dunia tersebut kembali lepas dari rengkuhan mereka setelah tahun 2019 juga sama.