In-depth

Flashback Deretan Pebulutangkis Indonesia Penyumbang 7 Emas Olimpiade

Senin, 20 April 2020 04:59 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Coro Mountana
© INDOSPORT/Herry Ibrahim
Flashback Deretan Pebulutangkis Indonesia Penyumbang 7 Emas Olimpiade. Copyright: © INDOSPORT/Herry Ibrahim
Flashback Deretan Pebulutangkis Indonesia Penyumbang 7 Emas Olimpiade.

INDOSPORT.COM – Berikut deretan pebulutangkis Indonesia yang sukses menyumbangkan medali emas Olimpiade. Mulai dari Susi Susanti hingga Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad.

Sebagai cabang olah raga, bulutangkis bukan hanya populer di Indonesia, namun juga mampu menghadirkan prestasi yang membanggakan di kancah internasional.

Satu yang paling membanggakan adalah ketika olahraga tepok bulu ini hampir selalu rutin menyumbangkan medali emas buat Indonesia di pesta olahraga terbesar di Dunia, Olimpiade.

Bayangkan, dai 32 total medali yang telah didapat Indonesia hingga kini di Olimpiade, 19 diantaranya berasal dari cabang olah raga bulutangkis.

Bahkan khusus untuk medali emas, semuanya berasal dari cabang olah raga terpopuler nomor dua di Indonesia itu, setelah sepak bola.

Jika dirincikan pebulutangkis Indonesia kini telah menyumbangkan total 7 emas, 13 perak, dan 12 perunggu dari Olimpiade.

Maka dari itu, untuk mengenang superioritas bulutangkis Indoensia dalam menghasilkan medali, berikut INDOSPORT rangkumkan secara singkat kiprah tujuh pebulutangkis Indonesia yang sukses menyembangkan medali emas dalam sejarah Olimpiade .

Susi Susanti, Olimpiade Barcelona 1992 (tunggal putri)

Catatan panjang raihan medali emas bulutangkis Indonesia di Olimpiade, dimulai dengan torehan pemudi 21 tahun kala itu, bernama Susi Susanti.

Menjadi salah satu harapan Indonesia kala itu di cabang bulutangkis, Langkah Susi Susnati jelas tidak mudah. Apa lagi di partai final dirinya harus berhadapan dnegan lawan beratnya, tunggal putri Korea Selatan Bang Soo-hyun.

Namun buat yang menyaksikan langsung lewat layar kaca momen kala itu, pasti tak akan lupa ketika Susi Susanti berjuang dalam reli panjang, hingga akhirnya shuttlecock dikembalikan melebar oleh Bang Soo-hyun dan berujung kemenangan untuk pemudi keturunan Tionghoa itu dalam laga tiga set,  5-11, 11-5, 11-3.

Membuat akhirnya Indonesia Raya untuk pertama kalinya berkumandang di ajang sebesar Olimpiade.

Alan Budikusuma, Olimpiade Barcelona 1992 (tunggal putra)

Di tahun yang sama, tunggal putra yang kelak menjadi suami Susi Susanti, Alan Budikusuma juga menjadi penyumbang medali emas untuk Indonesia dari Olimpiade 1992 Barcelona.

Tak seperti Susi Susanti, keberhasilan Alan Budikusuma saat itu memang tak lepas dari kondisi sektor tunggal putra Indonesia yang sedang merajai dunia bulutangkis.

Bagaimana tidak, di semifinal Olimpiade saat itu, ada tiga tunggal putra Indonesia yang masuk ke babak semifinal. Termasuk diantara juga Hermawan Susanto dan Ardy Wiranata yang saling berhadapan di semifinal.

Namun tak bisa dikecilkan juga, perjuangan luar biasa Alan Budikusuma akhirnya membawa harum nama Indonesia, setelah difinal dirinya mengalahkan Ardy Wiranata.

Rexy Mainaky/Ricky Subagja-Olimpiade Atlanta 1996 (ganda putra)

Di Olimpiade selanjutnya, meski memiliki beberapa peluang, seperti lewat sektor tunggal putri yang masih ada nama Susi Susanti, Indonesia akhirnya hanya bisa menambah satu emas lewat nomor ganda putra melalui Rexy Mainaky/Ricky Subagja.

Buat Rexy Mainaky/Ricky Subagja raihan emas kala itu, tak lain merupakan sebuah bukti bahwa mereka pantas menjadi ganda putra nomor satu dunia saat itu.

Sejak awal Olimpiade diunggulkan di nomor satu sektor ganda putra, Rexy Mainaky/Ricky Subagja selalu bisa menumbangkan lawannya dua set langsung, hingga akhirnya menembus final.

Baru di final Rexy Mainaky/Ricky Subagja sedikit harus bersusah payah dalam laga tiga set, menghadapi pasangan Malaysia, Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock, 5-15, 15-13 dan 15-12.

Tony Gunawan/Candra Wijaya, Olimpiade Sydney 2000 (ganda putra)

Tradisi emas Olimpiade dari cabang olah raga bulutangkis Kembali berlanjut di tahun 2000. Dan lagi-lagi lewat sektor ganda putra, yang kala itu dipersebahkan Tony Gunawan/Candra Wijaya.

Selayaknya Rexy Mainaky/Ricky Subagja, Tony Gunawan/Candra Wijaya juga meraih medali emas dengan modal sebagai unggulan pertama kala itu.

Mereka juga selalu bisa mengalahkan lawannya dua set langsung kecuali di babak final, yang kala itu mempertemukan Tony Gunawan/Candra Wijaya melawan pasangan Korea Selatan Lee Dong-soo/Yoo Yong-sung dalam skor akhir 15-10, 9-15 dan 15-7.

Taufik Hidayat-Olimpiade Athena 2004 (tunggal putra)

Di Olimpaide Athena 2004, giliran sektor tunggal putra yang menjadi penyumbang medali emas, lewat Taufik Hidayat.

Hebatnya kala itu, Taufik Hidayat sebenarnya tak diunggulkan untuk keluar sebagai juara. Bahkan dalam daftar delapan nama unggulan, tak terselip nama Taufik di dalamnya.

Tapi sebagai salah satu pebulutangkis terbaik Indonesia saat itu, Taufik Hidayat membuktikan kualitasnya. Tiga orang unggulan berhasil dikandaskannya, Wong Choong Hann (Malaysia) di 16 besar dan Peter Gade (Denmark) di perempatfinal, serta unggulan ketujuh asal Korea Selatan Shon Seung-Mo di final, dalam skor akhir 15-8 dan 15-7.

Hendra Setiawan/Markis Kido, Olimpiade Beijing 2008 (ganda putra)

Medali emas Kembali disumbangkan bulutangkis Indonesia, dan Kembali dari sektor ganda putra di Olimpiade 2008.

Kala itu giliran duet nomor satu dunia, Hendra Setiawan/Markis Kido yang menjadi penerus tradisi emas Indonesia di Olimpiade.

Sebagai pasangan nomor satu dunia, Hendra Setiawan/Markis Kido juga tak terbendung sejak babak-babak awal. Namun di final, pasangan asal China yang merupakan unggulan kedua Fu Haifeng/Cai Cun sempat menyulitkan.

Beruntung akhirnya Hendra Setiawan/Markis Kido tetap mampu menjaga kedigdayaannya dalam skor akhir, 12-21, 21-11 dan 21-16.

Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad, Olimpiade Rio de Janeiro 2016 (ganda campuran)

Setelah raihan emas Hendra Setiawan/Markis Kido, bulutangkis Indonesia sempat absen menyumbangkan emas di Olimpiade 2012. Tapi di tahun 2016 lalu, Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad kembali bisa melanjutkan tradisi yang sempat tertunda.

Saat itu untuk pertama kalinya juga Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad mampu menghadirkan medali emas lewat sektor ganda campuran.

Jika melihat perjalanan Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad sendiri, mereka sebenarnya hanya datang sebagai unggulan ketiga. Bahkan di semifinal sempat harus menghadapi unggulan pertama, Zhang Nan/Zaou Yulei.

Tapi di luar dugaan, dengan semangat luar biasa Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad bisa mengalahkan pasangan China itu dua set langsung 21-16 dan 21-15. Untuk kemdian melaju ke final dan mengkandaskan pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying 21-14 dan 21-12 demi raihan medali emas ketujuh untuk Indonesia dari ajang Olimpiade.