Sampai Ganti 3 Kali, Sejarah Sistem Skor di Bulutangkis

Rabu, 22 April 2020 21:07 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Olahraga bulutangkis yang terus bermetamorfosis telah mengenal tiga kali inovasi penghitungan skor pertandingan. Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Olahraga bulutangkis yang terus bermetamorfosis telah mengenal tiga kali inovasi penghitungan skor pertandingan.

INDOSPORT.COM - Olahraga bulutangkis yang terus bermetamorfosis telah mengenal tiga kali inovasi penghitungan skor pertandingan. 

Belum lama ini bulutangkis dunia dihebohkan dengan penyataan kontroversial Presiden BWF, Poul Erik Hoyer Larsen, yang mengusulkan untuk mengembalikan sistem poin bulutangkis ke-11 poin mulai tahun depan

Dilansir dari laman Badminton Planet, direktur BAM tersebut menyatakan bahwa format 11x5 hampir sama dengan 5x7 yang diberlakukan pada 2001-2002 dengan tujuan mempersingkat jalannya pertandingan. Padahal, BWF mulai meninggalkan sistem 11 poin sejak tahun 2006 silam. 

Usulan ini sendiri sudah dibawa ke forum pada 2018 dan mendapat penolakan. Sebanyak 129 suara yang mayoritas dari Asia menolak, sementara 123 lainnya yang kebanyakan dari Eropa menerima. 

Sebagai salah satu olahraga tertua di dunia, bulutangkis sudah mengalami banyak perubahan aturan. Metamorfosis ini mencakup pada sistem penghitungan skor. 

Sebelum memasuki milenium baru, selama puluhan tahun bulutangkis mengenal sistem penghitungan klasik 3x15 (putra) dan 3x11 (putri). Sistem ini mengenal adanya aturan pindah bola. 

Itu artinya, pemain/pasangan yang mendapatkan poin adalah mereka yang mendapat kesempatan untuk men-service bola. Dengan kata lain, untuk mendapatkan poin, pemain harus bisa memegang servis terlebih dahulu.

Sistem klasik ini akhirnya ditinggalkan pada 2002. Mengingat pamor bulutangkis yang kalah dari tenis baik dalam popularitas dan hadiah kompetisi, akhirnya BWF memutuskan melakukan inovasi dengan mengubah sistem penghitungan poin. 

Sistem klasik dianggap terlalu lama dan melelahkan lantaran kedua pemain bisa menghabiskan banyak waktu hanya untuk 'merebut bola'. 

BWF akhirnya memunculkan sistem skor baru 5x7 yang langsung diterapkan di awal tahun 2002. Sama seperti klasik, aturan ini juga mengenal aturan pindah bola .

Dengan sistem ini, pemain/pasangan yang memenangkan tiga set awal berhak langsung menang. Jika skor imbang 2-2, maka akan digelar set kelima. 

Akan tetapi, sistem 5x7 hanya berumur 8 bulan saja. Pasalnya, ketika diterapkan, sistem ini gagal memangkas durasi pertandingan. 

Pertandingan di semua nomor putra dan putri tetap berlangsung lama. Aturan pindah bola masih menjadi penyebab utamanya. 

Akhirnya, pada September 2002 BWF kembali menerapkan sistem 3x15 (3x11) dengan sedikit modifikasi. 

Peraturan Sistem Reli 3x21 poin

BWF masih tak puas dengan sistem penghitungan klasik yang menerapkan aturan pindah bola. Pada 2006 mereka pun sepakat untuk menerapkan aturan baru. 

Sejak Mei 2006, sistem poin yang dipakai adalah 3x21 poin untuk semua nomor di putra dan putri. Sistem ini tak mengenal adanya aturan pindah bola. 

Artinya, pemain yang melakukan kesalahan langsung berbuah poin bagi lawan. Bagi pemain/pasangan yang merebut dua set awal bisa dinyatakan menang tanpa perlu menggelar rubber set. 

Ternyata, sistem ini berhasil mengangkat pamor bulutangkis dunia. Pertandingan berjalan lebih seru dan singkat. Durasi panjang hanya tercipta pada laga alot yang menggunakan reli-reli panjang. 

Sistem ini terus digunakan sampai detik ini di semua kejuaraan dan turnamen-turnamen bulutangkis profesional maupun amatir di dunia.