Detik-detik Tangisan Emas Taufik Hidayat di Final Olimpiade 2004

Senin, 4 Mei 2020 14:09 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Lanjar Wiratri
© Andrew Wong/Getty Images
Final Olimpiade Athena 2004 yang diakhiri dengan tangisan, merupakan salah satu momen terbaik dalam karier bulutangkis Taufik Hidayat. Copyright: © Andrew Wong/Getty Images
Final Olimpiade Athena 2004 yang diakhiri dengan tangisan, merupakan salah satu momen terbaik dalam karier bulutangkis Taufik Hidayat.

INDOSPORT.COM – Final Olimpiade Athena 2004 yang diakhiri dengan tangisan, merupakan salah satu momen terbaik dalam karier bulutangkis Taufik Hidayat.

Sebagai salah satu pebulutangkis terbaik yang ada di dunia. Tentu banyak momen penting yang telah dilalui Taufik Hidayat sepanjang kariernya.

Namun diantara itu semua, rasanya tak berlebihan jika disebut bahwa final bulutangkis tunggal putra Olimpiade Athena 2004 merupakan salah satu momen terbaik dalam karier Taufik Hidayat.

Selain nama besar ajang Olimpiade itu sendiri, final tahun 2004 layak dikedepankan karena di situ terjadi momen langka, kala Taufik Hidayat begitu emosional merayakan kemenangannya dengan sebuah tangisan kebahagiaan.

Detik-detik Taufik Hidayat Menangis

Sukses melewati Hidetaka Yamada (Jepang), Choong Hann Wong (Malaysia), Peter Gade (Denmark), Boonsak Ponsana (Thailand) hingga melaju ke final.

Di Final Olimpiade Athena 2004, Taufik Hidayat lantas ditantang tunggal putra Korea Selatan, Shon Seung-mo, yang di atas kertas tak jauh lebih diunggulkan darinya.

Meski begitu, selayaknya laga final, status unggulan tak menjamin Taufik Hidayat akan menang dengan mudah. Terbukti dirinya harus lebih dulu tertinggal dari Shon Seung-mo di set pertama hingga kedudukan 0-5.

Baru kemudian bisa mendapatkan angka pada kedudukan 1-5, hingga berubah menjadi 2-7, perlahan Taufik Hidayat mulai menemui permainan terbaiknya.

Bermain dengan rally panjang dan kemudian mengahirinya dengan pukulan keras nan terarah, satu demi satu poin didapat Taufik Hidayat. Sehingga kemudian berhasil comeback dan merebut set pertama 15-8.

Di set kedua, kejadian sempat berulang. Kala Taufik Hidayat sempat tertinggal jauh 0-3. Beruntung dirinya cepat bisa membalikan keadaan menjadi unggul 4-3.

Setelah itu Taufik Hidayat seakan tak terbedung. Shon Seung-mo dibuatnya tak berdaya hingga tak menambah satupun angka sampai kedudukan 12-3 untuk tunggal putera Indonesia itu.

Sayang di kedudukan itulah Taufik Hidayat mulai lengah, hingga sang lawan bisa bangkit mengejar, skor berubah dari 5-12 hingga kemudian 7-13.

Tekanan yang mulai datang itu direspons baik oleh Taufik Hidayat kemudian. Kembali menambah poin, hingga akhirnya satu jump smash keras ke arah kiri bidang permainan Shon Seung-mo, membuat Taufik Hidayat mengamankan poin ke-15 yang langsung dirayakannya dengan sebuah tangisan.

Awalnya setelah melakukan Jump Smash keras yang berujung poin kemenangan itu, Taufik Hidayat langsung berteriak, tersungkur di atas lapangan. Dirinya tak kuasa menahan emosi untuk tertunduk sambil menangis dan menutup wajahnya sesekali.

Bahkan ketika sang pelatih Mulyo Handoyo mengampirinya dan memeluk, Taufik Hidayat masih saja terus menangis, meluapkan kebahagiaannya.

Taufik Hidayat sempat tertunduk di hadapan Mulyo Handoyo, hingga sampai sedikit tertatih dipapah sang pelatih ke pinggir lapangan.

Luapan kebahagian Taufik Hidayat itupun masih terlihat ketika dirinya berjabat tangan dan berpelukan dengan lawannya Shon Seung-mo yang saat itu tampak lebih tegar dengan menyunggingkan senyum lebarnya.

Di tengah tangisan kebahagiaannya bisa meraih medali emas Olimpiade Athena 2004 itu, Taufik Hidayat juga sempat memberikan tepuk tangan penghormatan kepada suporter bulutangkis Indonesia yang menonton langsung di Goudi Olympic Hall.

Sambil juga tak lupa menghampiri dan memeluk orang terdekat yang mendukungnya langsung dari tribun penonton.

Menjadi sangat wajar jika kemudian Taufik Hidayat begitu emosional terus menangis bahagia karena keluar sebagai juara. Tapi lebih dari itu sikap emosional Taufik Hidayat juga tak bisa dilepaskan dari kondisinya sebelum Olimpiade Athena 2004.

Sebelum berangkat ke Olimpiade, Taufik sempat berseturu dengan PBSI yang melepas pelatih Mulyo Handoyo. Taufik bahkan sempat ingin hijrah ke Singapura mengikuti Mulyo Handoyo, andai pelatih yang membesarkan namanya itu tak dikembalikan ke Pelatnas PBSI.