Christian Hadinata Ungkap Tantangan Atlet Bulutangkis di Masa Kini

Selasa, 8 September 2020 19:04 WIB
Penulis: Ade Gusti | Editor: Lanjar Wiratri
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Legenda bulutangkis Indonesia, Christian Hadinata, mengungkakan sejumlah tantangan yang harus dihadapi atlet masa kini untuk bisa meraih hasil maksimal. Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Legenda bulutangkis Indonesia, Christian Hadinata, mengungkakan sejumlah tantangan yang harus dihadapi atlet masa kini untuk bisa meraih hasil maksimal.

INDOSPORT.COM – Legenda bulutangkis Indonesia, Christian Hadinata, mengungkakan sejumlah tantangan yang harus dihadapi atlet masa kini untuk bisa meraih hasil maksimal.

Christian Hadinata merupakan salah satu mantan pemain bulutangkis yang pernah mengantongi segudang prestasi, mulai dari All England hingga Piala Thomas.

Capaian prestasinya itu jadi hal yang membanggakan, mengingat pada masa dulu turnamen yang diikuti wakil Indonesia tidak sebanyak di generasi sekarang, yang mana turnamen banyak digelar dan segala akses dipermudah

Dalam bincang-bincang bersama media secara virtual yang digelar oleh PB Djarum pada Senin (07/09/20), Christian Hadinata mengatakan bahwa atlet di generasi sekarang memiliki tantangan yang lebih besar meskipun mendapatkan berbagai kemudahan.

“Di tengah persaingan yang ketat dengan banyaknya kejuaraan yang penting dan besar, yang paling penting bagaimana membuat atlet itu jangan sampai mengalami cedera, jangan sampai sakit berkepanjangan,” ungkap jebolan PB Djarum yang kini jadi penasihat klub itu.

“Yang kedua, harus pandai-pantai bersama dengan pelatih mempunya skala prioritas dalam arti kejuaraan mana yang harus mereka ambil untuk menjadi juara. Cotohnya All England, Kejuaraan Dunia, harus jadi prioritas,” lanjut Christian.

Untuk tantangan yang ketiga, Christian mengatakan bahwa atlet masa kini harus dituntut untuk memiliki konsentrasi, fokus, dan motivasi. Itulah mengapa Christian berharap para atlet ini harus jadi yang terbaik dibandingkan prestasi para pendahulunya.

Lebih lanjut, Christian Hadinata juga menyatakan bahwa fighting spirit yang dimiliki atlet itu tidak semudah diucapkan, terlebih apabila atlet juga dituntut berkomitmen terhadap klub.

“Kalimatnya sederhana ya, praktiknya tidak semudah itu. Intinya jangan terlalu menuntut apa yang organisasi atau klub berikan, sebaliknya apa yang bisa diberikan kepada organisasi atau klub. Mereka juga harus memberikan segalanya, termasuk prestasi kepada klub, bangsa dan negara.”

“Kalau itu sudah dicapai, lain-lainnya pasti akan menyusul,” tandas legenda yang mempersembahkan empat trofi Piala Thomas untuk Indonesia di tahun 1973, 1976, 1979 dan 1984 ini.

Selain Piala Thomas, Christian Hadinata di masa aktig bermain berhasil menjadi Juara Dunia di dua sektor yakni ganda putra dan campuran pada tahun yang sama.