Lee Hyun-il, Tunggal Putra yang Lebih Baik dari Big Four Kings?

Minggu, 20 September 2020 18:29 WIB
Editor: Arum Kusuma Dewi
© Robertus Pudyanto/Getty Images
Lee Hyun-il ketika bermain di Djarum Super Liga Badminton 2014. Copyright: © Robertus Pudyanto/Getty Images
Lee Hyun-il ketika bermain di Djarum Super Liga Badminton 2014.

INDOSPORT.COM - Dalam dua dekade terakhir, empat pebulutangkis merajai sektor tunggal putra, yakni Lin Dan (China), Lee Chong Wei (Malaysia), Taufik Hidayat (Indonesia), dan Peter Gade (Denmark). Mereka bahkan mendapat julukan Big Four Kings.

Namun seorang komentator bulutangkis sebagaimana dikutip BWF, menyebut satu nama yang dinilai lebih baik ketimbang empat legenda tunggal putra tersebut, yakni Lee Hyun-il dari Korea Selatan.

"Menurut opini saya, dia adalah pemain yang paling berbakat dari mereka semua," bilang komentator tersebut.

Lantas, bagaimana sepak terjang Lee Hyun-il selama berkarier di dunia tepok bulu dan menjadi tunggal putra tersukses Korea Selatan ini?

Lee Hyun-il yang lebih tua satu tahun dari Taufik Hidayat ini mulai moncer sejak membawa tim putra Korea Selatan meraih medali emas di Asian Games 2002. Ia tampil menjanjikan dengan melibas tiga lawannya tak sampai 30 menit per laga.

Satu tahun berselang, Lee juga membantu timnya meraih Piala Sudirman untuk yang ketiga kalinya. Lagi-lagi ia meraup poin di semua pertandingan yang dilakoninya.

Meski mengoleksi lebih dari 20 gelar individu di turnamen BWF, Lee Hyun-il tak mampu mendapatkan gelar-gelar di turnamen besar. Itulah mengapa namanya seolah tenggelam meski memiliki skill yang memukau.

Laman BWF bahkan menyebut pergerakannya seperti tarian balet, sesuatu yang jarang ditampilkan oleh para pemain bulutangkis akhir-akhir ini. Peraih medali perunggu Kejuaraan Dunia 2006 ini juga memiliki gerakan yang presisi dan serobotannya kerap memaksa lawan pontang-panting mengamankan area bermainnya.

Setelah Olimpiade 2008, Lee mengumumkan pensiun dari bulutangkis internasional dan hanya ingin mengikuti turnamen nasional. Namun dua tahun kemudian, ia kembali ke panggung mancanegara usai diyakinkan oleh pelatih dan rekannya karena tim Korea kekurangan pemain tunggal.

Ia sempat membela Korea di Piala Thomas 2010 dan bermain dua laga. Ia juga kembali turun di Olimpiade 2012 meski takluk dari Chen Long di perebutan medali perunggu.

Pada 2014, Lee terjun bermain lagi setelah mengumumkan gantung raket untuk kedua kalinya. Semakin berumur, Lee tak kelihatan kehilangan kemampuannya. 

Ia masih mampu bersaing di level tertinggi dan sempat mengalahkan Viktor Axelsen dan Chou Tien Chen. Ia pun membocorkan rahasia performa apiknya meski turun sebagai pemain veteran.

"Saya sangat disiplin. Saya tak pernah melewatkan satu pun sesi latihan, Saya juga menikmati pertandingan setelah menjadi pemain independen karena saya merasa tekanannya lebih berkurang," tutur Lee Hyun-il.