Rahasia Kejayaan Lius Pongoh ‘Si Bola Karet’

Rabu, 7 Oktober 2020 15:52 WIB
Penulis: Ade Gusti | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
 Copyright:

INDOSPORT.COM – Legenda bulutangkis Indonesia, Lius Pongoh, meyakini bahwa kejujuran, kerja keras dan pantang menyerah menjadi kunci dia bisa berjaya di sepanjang kariernya sebagai tunggal putra andalan di tanah air.

Lius Pongoh merupakan salah satu legenda bulutangkis Indonesia yang serius menekuni sektor tunggal putra. Namanya pernah dikenal dalam sejarah bulutangkis di era 1970-an dan 1980-an.

Legenda yang juga dikenal dengan nama panggilan Nyonyong ini dijuluki “Si Bola Karet” oleh berbagai media kala itu. Julukan ini muncul karena postur tubuhnya yang pendek dan gemuk (untuk ukuran pemain bulu tangkis) namun sangat ulet dalam mengejar kok.

Meskipun postur tubuhnya kalah jauh dibandingkan para pemain bulutangkis di jamannya, dia mampu membuktikan diri lewat berbagai gelar yang dia raih seperti di English Masters, Danish Open dan Swedish Open.

Berbicara dalam program Badminton Unlimited yang dirilis media BWF TV, pria kelahiran Jakarta 3 Desember 1960 ini menuturkan bagaimana dia bisa mencapai kejayaan sebagai pemain bulutangkis kala itu.

“Saya adalah pemain yang nggak mau kalah sama siapa pun. Mau dia tinggi dia gede, saya nggak peduli,” ujar Lius Pongoh.

“Saya akan mati-matian semampu saya. Tinggal dia yang menang atau saya yang menang. Itu yang saya sampai hari ini terapin dalam hidup saya,” lanjutnya.

Putra sulung dari pelatih legendaris Darius Pongoh ini juga mengatakan bahwa dia akan berjuang mati-matian bila itu tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk kebahagiaan orang lain.

“Saya merasa itu benar, saya akan tabrak tembok itu. tinggal dua pilihannya, temboknya yang pecah atau kepala saya yang pecah.”

“Saya punya cuma itu, nggak punya yang lain. Saya punya kejujuran, kerja keras, pantang menyerah, saya akan maju terus.”

Karier bulutangkis Lius sendiri sempat divonis berakhir setelah selama dua tahun dia tidak ikut dalam berbagai kejuaraan karena mengalami cedera tulang punggung. Namun, dia serius menjalani pemulihan untuk bisa kembali ke pelatnas.

Lius pun mampu kembali tampil gemilang di Indonesia Terbuka 1984 saat ia mengalahkan Liem Swie King di perempat final, Morten Frost Hansen di semi final, dan Hastomo Arbi di final.

Lius Pongoh diketahui tidak hanya bermain di sektor tunggal putra saja, tetapi juga sempat bermain di sektor ganda putra dan sukses meraih beberapa gelar.

Bersama Christian Hadinata, Lius Pongoh berhasil meraih gelar US Open 1988, Japan Open 1981 dan Swedish Open 1982 serta menjadi runner-up di Denmark Open 1982.