Apa Kabar Adriyanti Firdasari? Peraih 2 Medali Emas SEA Games

Jumat, 4 Desember 2020 16:48 WIB
Penulis: Shintya Maharani | Editor: Arum Kusuma Dewi
 Copyright:

INDOSPORT.COM – Para pencinta bulutangkis Indonesia pasti masih ingat dengan mantan pemain tunggal putri Adriyanti Firdasari. Sosoknya pernah berjuang dalam tim Piala Uber 2008 yang sukses meraih medali perak ketika berlaga di rumah sendiri.

Apa kesibukan Firdasari sekarang? Sosok kelahiran Jakarta 33 tahun lalu ini pun membagikan ceritanya kepada INDOSPORT.

“Dua bulan pertama sempat off enggak ngapa-ngapain waktu awal pandemi corona. Kerjaannya cuma nonton Netflix di rumah,” aku Firda.

Selama masa pandemi ini lalu Firda menemukan hobi baru yang dilanjutkannya menjadi bisnis, yakni tanaman. “Akhirnya aku memutuskan iseng-iseng jualan tanaman. Kalau enggak laku enggak apa-apa, nanti aku rawat saja.”

Firda lalu menuturkan, setelah keluar dari Pelatnasi PBSI pada 2013 lalu, ia langsung kembali ke klubnya yakni Jaya Raya untuk bermain lagi selama dua tahun.

“Waktu itu ketua harian Jaya Raya, Ci Imelda (Wigoena), sudah menawarkan untuk bantu melatih di Jaya Raya. Terus aku kayaknya enggak bisa kerja kantoran. Ya sudah Januari 2016 aku sudah start melatih sampai sekarang,” paparnya.

Firda juga mengatakan bahwa kegiatan melatihnya saat ini masih diliburkan karena pemerintah Tangerang Selatan masih membatasi aktivitas yang dilakukan banyak orang dalam satu tempat.

“Jadi kita latihannya via online. Sulit,” akunya sambil tertawa. “Setelah melatih pagi, aku jualan tanaman online.”

Sebelum berbisnis tanaman bersama sang suami, Firdasari lebih dulu membuka usaha berjualan hijab bersama sang adik.

“Memang pas kita memutuskan pakai hijab, pengin lihat orang pakai hijab tapi tetap cantik. Pernah nyoba jualan baju tapi enggak jalan. Terus kita coba hijab, desain sendiri, nah, baru ke tanaman.”

Semenjak pandemi virus corona ini, Firda menghentikan sementara bisnis hijabnya yang diberi nama by.dia untuk lebih fokus dengan usaha tanamannya.

“Memang pekerjaan utamanya melatih, bisnis lain untuk sampingan saja. Kan tidak full time. Kalau melatih kita jam 6-8. Aku melatih di pusdiklat masih usia remaja, SMP-SMA. Terus baru ngelatih lagi jam 2 atau jam 4. Jadi sela-sela waktu itu dipergunakan untuk bisnis,” jelas Firda.

Ia melanjutkan, dirinya dan suami bahkan sudah memiliki kebun sendiri.

“Awalnya berdua sama suami di rumah. Terus di rumah enggak muat akhirnya kita join sama (pebisnis) dekat kompleks sini kita garap. Awal-awal reseller dari petani, sekarang mulai tanam sendiri.”

Namun, tetap saja Firdasari mengakui bahwa perannya sebagai pelatih bulutangkis memiliki tanggung jawab yang amat besar.

“Paling sulit melatih bulutangkis. Karena kita sudah kayak orang tua yang anaknya banyak. Apalagi di usia remaja kita bukan hanya melatih badmintonnya saja, tapi karena mereka di asrama jauh dari orang tua jadi kita mendidik juga tingkah laku, budi pekerti segala macam.”

Pengalaman Paling Tak Terlupakan di Bulutangkis

Adriyanti Firdasari lalu membagikan juga pengalaman paling berkesan selama bermain bulutangkis, yakni ketika SEA Games 2003.

“Seminggu sebelum SEA Games kena tipes. Ya sudah enggak jadi berangkat. Tahun 2002 aku baru masuk pelatnas, masih baru. Belum pernah (dikirim ke SEA Games) tapi belum jadi berangkat.”

Namun dua tahun kemudian ‘utangnya’ lunas ketika dikirim ke SEA Games Filipina. Firdasari sukses merebut medali emas dari tangan pebulutangkis Malaysia, Wong Mew Choo. Di edisi SEA Games 2007 pun ia kembali membawa pulang medali emas dengan menjadi juara di sektor beregu putri bersama Maria Kristin dkk.